dua puluh satu

1.4K 52 0
                                    


AUTHOR POV

Empat hari selanjutnya Rara sudah diperkenankan untuk pulang.

"Abah!..umah!..sebelum pulang,boleh gak Rara jenguk mbak Izza dulu?".izin Rara.

"Boleh sayaaang,tapi Abah belum makan siang,Rara nggak papa ya.. jenguk mbak Izza sendirian?
Soalnya Abah ndak boleh telat makan.
Nanti biar ditemenin mbak ndalem"ucap Umah lembut.

"Ndak papa Umah,lagian kesehatan Abah jauh lebih penting"balas Rara.

"Abah sama Umah nunggu di restoran sebelah kanan rumah sakit,kalau kamu sudah selesai".ucap Abah.

"Inggih Abah,ya udah,Rara kesana sekarang yaa ".

Rara bersama salah seorang mbak ndalem menyusuri lorong rumah sakit yang berliku-liku.sedikit sulit menemukannya,karena baru pertama kali masuk rumah sakit ini.

"Ah akhirnya ketemu"kalimat itu lepas dari bibir Rara,lebih terdengar seperti monolog.

Mereka berhenti pada sebuah pintu yang diatasnya terdapat tulisan Dahlia 4 menonjol dengan perantara kayu.

Sebelum memasuki pintu yang tidak tertutup rapat itu,Rara mengucapkan salam serta mengetuk pintu.

"Waalaikumsalam,silahkan masuk"sahut seorang laki-laki dari dalam.

Rara memasuki ruang rawat itu diiringi oleh mbak ndalem.

"Maaf,saya boleh menjenguk mbak Izza?"tanya Rara pada sosok lelaki yang duduk di kursi dengan mata yang menyorot Rara lekat,sepertinya lelaki itu adalah kakak Izza,karena ada kemiripan diantara wajah keduanya.

"Boleh,silahkan!"balas lelaki itu lalu pergi meninggalkan ruang rawat tersebut.

Kini Rara mengalihkan pandangannya terhadap mbak Izza.sebelumnya tadi Rara menunduk dalam saat lelaki itu melewatinya.

"Mbak Izza apa kabar"tanya Rara sambil melangkahkan kakinya menuju kursi samping ranjang Izza.

Izza memejamkan matanya sebentar,sebelum akhirnya mengambil nafas dalam-dalam.

"Seperti yang kamu lihat,aku jauh dari kata baik-baik saja".Jawab Izza tanpa menatap Rara sedikitpun.

Rara memberikan isyarat kepada mbak ndalem agar menaruh parsel buah yang sedari tadi di bawanya untuk di letakkan di atas nakas.

"Saya cukup sedih mendengar mbak kecelakaan,saya juga turut berduka atas kejadian yang juga menimpa bayi dalam kandungan embak"uca Rara hati-hati.

Izza diam sejenak untuk mengatur nafasnya "Ra,maafin embak ya..aku udah hampir ngerebut calon tunanganmu,aku sangat tak pantas bersanding dengan mas Zayn,bahkan aku sudah tidak pantas hidup di dunia ini lagi"ujar  Izza sambil terisak.

"Mbak..mbak Izza jangan ngomong kayak gitu,istighfar mbak,saya sama sekali ndak marah kok sama embak,ingat mbak masih ada Alloh,yakin aja mbak kalau Alloh yang akan menolong embak dalam keadaan apapun "
"Tapi aku tidak punya harapan hidup lagi Ra,orang tuaku tak ada yang mempedulikanku,bahkan kakakku sendiri....bahkan kakakku sendiri....."
Izza tak sanggup meneruskan kalimatnya,mata sayu itu semakin deras mengeluarkan air mata.

Rara memegang tangan kiri Izza untuk memberikannya kekuatan,sambil menunggu Izza meneruskan kalimatnya.

"Kakakku sendiri yang
telah membuatku hamil"terusnya lirih.

Rara sangat kaget atas kenyataan pahit yang baru saja didengarnya.

Meskipun bukan dia yang mengalaminya,namun dia merasa kan kepedihan yang amat,dia tak bisa membayangkan,kakak yang seharusnya melindungi dan menyayanginya,justru tega membuat hancur hidup adiknya.

"Naudzubillahimindzaliik"batin Rara dan mbak ndalem.

"Mbak yang sabar ya mbak,insyaAlloh kalau mbak bersabar semua akan ada jalan keluarnya"Rara menenangkan Izza sembari mengelus punggung tangan yang bergetar karena tangis itu.

"Aku harus apa Ra,semua ini terlalu berat buat aku,mencari kos/apartment juga gak mungkin,soalnya bawahan papa mesti bakal lapor,alasannya sih aku gak boleh berpisah dari kakak "pasrah Izza.

"Gimana kalau pas udah sembuh,mbak mondok bareng Rara aja?di pondoknya Gus Zayn!Kan mbak bisa keluar dari rumah embak,selain mencari ilmu"tawar Rara meski sedikit ragu untuk mengatakannya.

"Makasih Ra,untuk sarannya,tapi kan mbak masih kuliyah"

"Ndak papa mbak,orang di pondok aja lho banyak yang ikut kuliyah juga,nanti  mbak bisa bareng mereka berangkatnya"

"Iya Ra,aku mau,nanti aku coba buat merayu papa,moga aja boleh,soalnya papa agak keras orangnya,meskipun sangat sayang".

"Amiiin,ya udah,aku pamit yaa...moga mbak cepet sembuh ".

"Amiin..
Maksih banyak Ra "

"Sama-sama mbak"

Akhirnya Rara berpamitan karena jam jenguk sudah hampir habis.

Setelah Rara sampai di depan pintu ruang rawat itu,Rara bertemu lagi dengan lelaki yang sepertinya kakak Izza.

Dia menunggu di kursi panjang di sebrang ruangan tempat Izza berada.

Wajahnya ia benamkan ke dalam kedua lengannya yang tertekuk,sedangkan bahunya terlihat bergetar hebat seperti sedang menangis.

Rara yang melihat pemandangan itu ingin menghampiri lelaki itu,namun diurungkannya,karena Abah menelefon untuk segera kembali.

"Semoga masalah yang kalian hadapi cepat selesai,aaamiiin"do'a Rara dalam hati.

"Ayo mbak!"ajak Rara,agar mbak ndalem itu berjalan disampingnya.



Alhamdulillah
Setelah sekian hari gak up..
Sekarang up kembali..

Raraning pindah judul ke dear my gus..
.
Why???
..
...
Biar kece dikit
Wkwkwk
;)

Dear My GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang