tiga puluh enam

909 44 0
                                    

AUTHOR POV

Rara diam saja diantara kedua keluaga yang tengah bahagia atas pernikahannya.

Sudah 2 jam yang lalu Rara mendengar dari Bu nyai Nafisah bahwa Gus Zayn sekarang adalah suaminya.

Tadi juga Gus Zayn juga sudah membacakan do'a dipuncak kepala Rara.

Dan sekarang adalah detik-detik kepulangan orang tua Rara.

Setelah keluaga Kyai Nawawi berpamitan pada semua orang disana termasuk Rara.

Rara berlari memeluk Umahnya yang sudah memegang gagang pintu mobil putih Abahnya.

"Umah,Rara takut".Cicit Rara.

"Ndak papa sayang,kamu kalau belum siap boleh tinggal di pondok dulu kok".ucap Umah Rara sambil mengelus puncak kepala Rara dengan lembut.

"Tapi Rara nggak mau Umah!!"ucap Rara kini dengan isakan kecil.

"Rara,Rara sabar dulu ya...nanti lama-lama terbiasa kok,insyaalloh Umah sama Abah bakal lebih sering kesini,kamu harus terima takdir yang telah digariskan untukmu nduuk,udah ya umah pulang dulu".

Rara hanya mengangguk lemah.

"Assalamualaikum"ucap Umah dan Abah bersamaan.

"Waalaikumsalam"jawab semua orang.

"Nitip Rara ya semuanya,maaf kadang Rara masih nakal".ucap Abah Rara sambil mengedipkan satu matanya sebelum mengendarai mobil putih itu menggalkan area  pesantren.

Rara menatap mobil Abahnya dengan perasaan  campur aduk.

Biasanya saat kedua orang tuanya meninggalkannya di pondok dia akan biasa saja,namun sekarang posisinya adalah lain.

Karena statusnya sekarang bukanlah seorang santri,melainkan istri.

Semua orang kembali memasuki ndalem atas ajakan Bu nyai Nafisah.

Namun Rara masih terdiam dalam lamunan di fikirannya dan mengabaikan apa yang di ucapkan Bu nyainya.

Suara Adzan ashar terdengar dari  speaker masjid pondok pesantren membuat Rara tersadar dari lamunannya.

Namun saat Rara  akan melangkahkan kakinya menuju area pesantren,
Tiba-tiba tubuhnya diangkat oleh dua tangan kokoh milik Zayn.

Rara terpekik kaget karena ulah suaminya.

"Eh,eh eh...aaaaaaaaaa
Turunkan aku!!!!!!
Mau di bawa kemana akuuu???? Turunin ngaaaaak!!!!" Rara memberontak minta di turunkan,namun Zayn tetap menggendongnya dan menulikan pendengarannya.

Zayn memilih pintu samping ndalem,karena di ruang tamu masih banyak orang,dan itu akan menimbulkan banyak ejekan.

Zayn agak susah membuka pintu karena sedang menggendong Rara yang masih saja memberontak.

Zayn  lalu menurunkan Rara dikamarnya.

Setelah Rara merasakan kakinya menginjak di bumi,gadis itu diam dari berontaknya.

Melihat pintu masih terbuka lebar,dia berlari ke arah pintu.

Dengan sigap Zayn menarik tangan Rara hingga Rara menabrak dada bidangnya.

"Kita sholat berjamaah dulu nduuk".ucap Zayn lembut namun berbanding terbalik dengan debaran di jantungnya.

Rara yang berada  sedekat itu dengan Zayn ikut  berdebar sehingga dia melangkah lebih mundur.

"S--saya j--ama'ah di masjid b--bareng teman2 santri s--saja Gus"ucap Rara dengan terbata dan menunduk dalam.

"Saya minta kamu jamaah sama saya nduk,habis itu kamu boleh pergi  ke kamarmu yang di pondok wees,atau kamu boleh jamaah di pondok,tapi malam ini kamu harus tidur disini".tawar Gus Zayn.membuat Rara meneguk ludahnya kasar.

"N--njih Gus,s--saya jamaah sama njenengan saja"putus Rara akhirnya.

Sudut bibir Zayn terangkat menjadi senyuman indah,namun Rara masih tak menatapnya.

Zayn lalu mempersilahkan Rara wudhu di kamar mandinya.

Sedangkan Zayn wudlu di kamar mandi lain,sekalian mengambil mukenah untuk istrinya.




Semangat..
.
.
.
.
Beberapa part  lagi selesai ceritanyaa...
.
.
.
.
.
.
.
.
Lope buat yang udah baca sampai sini
;)

Dear My GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang