tiga puluh satu

923 43 0
                                    

OMAR POV

Aku sudah mengikhlaskannya.

Tak apa aku kehilangan cintaku,asal aku tidak kehilangan sahabatku.

Aku teringat waktu itu,beberapa hari setelah makan malam yang menegangkan.

saat aku ingin menjelaskan semua pada Ali,namun Ali tidak di rumahnya.

Aku berpapasan dengan Rara yang baru keluar dari pesantren,rupanya Rara mondok di tempat Ali.

Pantas saja kalau Ali jatuh cinta padanya.

Saat itu Rara tak mau melihat ataupun membalas sapaanku.
Dia hanya diam,malah teman yang bersamanya yang membalas pertanyaanku bahwa dia sedang tidak baik2 saja.

"Saya tahu,mesti nama anda adalah kak Omar"aku ingat perkataan teman Rara itu.

"Dari mana anda tahu?"tanyaku penasaran.

"Dari sikap, tatapan mata anda dan juga---"

"Ketampanan anda"

Entahlah,mengapa dia menebak mengenaliku dengan aneh seperti itu.

Aku berniat cepat pergi karena Rara hanya diam dan seperti tak menganggapku ada di depannya.

Apa dia marah tentang ungkapan cintaku?
Atau karena hal lain?

Akhirnya aku berpamitan dan melangkahkan kaki pergi.

"Tunggu"

Teman Rara mendekatiku lalu  berbisik pelan

"Sebenarnaya Rara mencintai Gus Zayn,namun menurut rumor yang beredar,Gus  Zayn kabur,jadi Rara pasti  sedang  mengkhawatirkan Gus Zayn".

Aku kaget bersamaan dengan rasa sakit dihatiku,merasa cintaku bertepuk sebelah tangan.

Kuceritakan semua itu dihadapan Ali.

Dan kini Ali sedang duduk bersandar di kursi kerjanya sambil mengutak-atik benda berlogo apel yang telah di gigit,sedangkan aku bercerita kepadanya sambil menatap pemandangan kota Jogjakarta lewat jendela.

"Jadi benar?Rara mencintaiku?"tanyanya.

"Begitulah"

"Entah alasan apa yang membuatmu selalu mengalah untukku,rapi aku sangat berterima kasih.

Aku menghela nafas berat.
Rasanya memang sulit sekali mengikhlaskan orang yang kita cintai.
Tapi aku harus apa?
Kalau kenyataannya Ali dulu yang sudah berniat melamar Rara.

"Besok pagi aku akan menemui Kyai Nawawi--"ucap Ali sambil menutup  laptopnya.

"--sudah ku selesaikan semuanya,jadi apa kau mau ikut?"lanjut Ali.

"Tidak Zayn,ane akan kembali ke Turkey "balasku
.
Sudah kuduga dia akan kaget,terlihat dari  ekspresinya.

"Untuk apa?"

"Ane akan mencari cinta ane yang lain "ucapku sambil terkekeh.

"Jadi semudah itu kau melu--"

"Berbahagialah dengannya,jangan pikirkan aku,disana masih banyak gadis cantik."potongku.

"Jangan membuatku merasa bersalah mar,aku tidak akan menikahinya bila kau menderita,kau tak perlu mengasingkan diri "ucap Ali dengan raut yang tak bisa ku artikan.

"Sebenarnaya bukan karena itu Ali,tapi dosen ane melamar ane untuk putrinya,dan ane rasanya sulit untuk menolaknya,jadi besok ane kesana untuk membalas lamar annya"

Sebenarnya aku tak yakin menikah dengan orang yang tak kucintai selama ini,namun aku akan mencoba melupakan Rara dan belajar mencintai calon istriku.

"Wah tak disangka ternyata kau mau menikah dengan orang Turkey,berarti  kau harus menyiapkan 2 tiket sekaligus untukku".

"Kenapa dua?"

"Kau tidak melupakan orang yang kau cintai bukan?"tanyanya sambil menaik-turunkan kedua alisnya.

Aku berdecih.

Ternyata dia ingin membalas menggodaku.

Sialan!!

Kasih Vote buat yang bakal kangen Omar.

Kasih komen buat yang gak bakal kangen sama Omar.

Syukron katsir pada kalian.

.
.

;)

Dear My GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang