dua puluh delapan

933 41 0
                                    

ZAYN POV

"Harus berapa kali lagi aku bilang??,aku sudah memaafkanmu,jadi tolong berhenti merasa bersalah dan meminta maaf"ucapku pada seseorang di seberang telfon sana.

"Kalau begitu, beri tahu ane dimana sekarang ane bisa menemui ente?"tanyanya.

"Ini juga sudah berkali-kali aku katakan,jangan temui aku dulu"

"Kau memang keras kepala Ali,lihat saja,pasti sebentar lagi ane sudah berada di depan ente"

"Lalukan bila kau bisa"tantangku.

"Berbaliklah Ali,karena ane sudah berada di belakang ente"suara itu sudah terdengar nyata.

Kubalikkan tubuhku dan ku temukan Omar sudah berdiri satu meter didepanku.

"Bodoh "gumamku.

"Ente yang bodoh Ali,bisa-bisanya ente kabur gitu aja dari semua orang,keluarga ente pusing nyari ente,dan Rara...."Omar sengaja tak melanjutkan kalimatnya.

Omar mendekat dan mendaratkan bokongnya disampingku.

Aku hanya diam,meskipun aku ingin tau apa yang akan dikatakannya.

Diam

Omar hanya diam tanpa bermaksud melanjutkan kata-katanya.

Huft

Kutarik nafasku dan kuhembuskan kasar.

Suara microfon menggema ke seluruh penjuru Bandara.
Memberi tahuku bahwa 10 menit lagi,aku sudah harus menaiki kursi pesawat.

Ku pandangi paspor bertuliskan tujuan negara Turkey yang sedari tadi ku genggam.

Omar hanya diam melihat gerak-gerikku,sedangkan jam terus berputar.

1 menit
2 menit
3 menit

Ku putuskan aku akan pergi sekarang.
Aku mulai berdiri dan mengambil ransel yang tadi kuletakkan di sampingku.kulangkahkan kakiku,namun pada langkah ketiga.
Langkah kakiku terhenti mendapati Omar berkata.

"Selangkah lagi ente pergi,maka jangan harap ane akan mengalah memberikan Rara untuk ente
."ucap Omar begitu dingin.

"Rara hanya mencintaimu,jadi untuk apa aku pertahankan Rara "ucapku tak kalah dingin.

"Ente gak tau apapun tentang Rara,jadi jangan ngambil kesimpulan sendiri".

Omar berdiri di hadapanku,menghalangi langkahku.

"Dengerin ane,Rara gak pernah punya rasa apa-apa ke ane,dan dia hanya menganggap ane kakaknya saja".

"Bohong"ucapku lirih.
"Kalian sama-sama mencintai kan?"entah mengapa aku tidak mempercayai apa yang Omar katakan,bayangan masa lalu itu terlalu kuat mengusik pikiranku.

Suara microfon itu terdengar lagi,mengingatkanku bahwa ini sudah waktunya berangkat.

Kulewati Omar yang menatapku dengan tatapan marah.

"ALI,RARA MENCINTAIMU!!
BILA KAMU MENCINTAINYA HENTIKAN LANGKAHMU SEBELUM AKU PULANG DAN MENIKAHINYA"
kudengar Omar meneriakiku.

DEG

Rara mencintaiku??

Hatiku menghangat mendengarnya.

Kuhentikan langkah kakiku dan ku putar langkahku berlawanan dengan calon para penumpang.

Omar sudah berbalik meninggalkanku.

Dan aku sedikit berlari untuk mengejar menyamai langkahnya.

"Mar,katakan lagi,aku ingin mendengarnya lagi"ucapku ngos-ngosan.

"Ya begitulah,Rara mencintai ente bodoh".ucap Omar sedikit acuh.

"Kau takkan menikahinya kan??"tanyaku memastikan.

"Ane akan menikahinya kalau kau pergi "

"Tapi aku tidak jadi pergi,lihat pesawatku bahkan sudah berangkat,dan aku masih di sini ".
"Kalau begitu ane akan melupakannya"

"Apa kau bohong??"tanyaku.

"Apa ane pernah bermain-main dengan kata-kata ane??"

Aku tersenyum lalu memeluk Omar erat.

"Makasih sobatku,kamu benar-benar sobat terbaikku".

"Lepasin anee,nanti ane kehabisan nafas"

Aku melepaskan pelukanku.

"Sekarang ane mau ente nraktir ane makan".

"Dengan satu syarat "

"Perhitungan amet ente sama sahabat sendiri.
Ya udah deh apa syaratnya??"

"Gimana ceritanya kamu tau kalau Rara mencintaiku?".

"Kalau yang ini nih,ente harus nraktir makanan ane selama seminggu".

"Itu namanya pemerasan"

"Kalau begitu gak akan ada cerita"

"Okelah semunggu traktiran,tapi bantuin aku juga."

Omar tersenyum penuh kemenangan dengan alis dinaik turunkan.

Aku dan Omar menaiki taksi online yang sudah di pesan Omar menuju sebuah restoran terkenal di kota pahlawan ini.

Itulah Omar,dia adalah sahabat terbaikku.
Sedari kecil kita sering punya kesukaan yang sama,tak jarang,Omar sering mengalah untukku.
Bahkan lihat sekarang,Omar mengorbankan cintanya untukku.
Tak tau aku harus membalas apa untuk sahabatku ini.
Yang jelas aku sangat bersyukur atas kehadirannya.

Niatku pergi ke Turkey adalah untuk melupakan Rara,dan mengikhlaskannya untuk Omar.
Namun entah mengapa Omar bisa menemukanku dan mencegah semua itu terjadi.

Dan mengenai Rara!!e
ntahlah mengapa aku mencintai Rara,dan semenjak kapan perasaanku itu ada??
Aku tak tau...
Sungguh aku tak tau.








Hai Bestie
.
.
Kalian bosen gak baca ceritaku??
Jangan bosen dulu yaaaa...
Please...

Gak lama lagi ending lho...
.
.
.
.
Insyaalloh.

Moga kalian suka.

Aamiin

Dear My GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang