tiga puluh tujuh

931 47 0
                                    

AUTHOR POV  (lagi ;)

Setelah sholat ashar bersama sang suami,dirinya kembali ke pondok.

Pikirannya saat ini sangat kacau.

Kenapa sih Abahnya ndak bilang dulu kalo mau nikahin anaknya,di sisi lain,dirinya tengah merasa kecewa dan belum bisa memaafkan Gus yang tengah menjadi suaminya itu.

Rupanya pernikahan mereka sudah menjadi tranding topic di pondok ini,karena beberapa mbak ndalem juga menyaksikan ijab  qobul tadi bukan?

Lihat saja setiap langkahnya Rara disuguhkan dengan pemandangan para santri yang menunduk kepadanya,seperti saat keluaga ndalem lewat.

Arggggh!!!!
Batin Rara kesal.

Kenapa semua jadi begini??

Rara belum ada setahun mondok disini,tapi apa yang terjadi??

Sudahlah..
Mending sekarang dia segera kembali ke kamar dan menyembunyikan dirinya.

Tapi sebentar lagi kan ngaji bandongan bareng Gus Zayn.

Okelah Rara akan berangkat paling akhir.

****************

Lain halnya dengan Zayn yang kini tengah bahagia dengan perasaan berbunga-bunga.

Dia tersenyum mengingat tadi setelah sholat ashar dia telah berhasil mencium kedua pipi dan dahi istrinya.

Yah meskipun gadis itu hanya terlihat pasrah dan tanpa berkata apapun keluar dari bibirnya.

Zayn bangkit dari  duduknya,lalu mengambil kitab ta'limul muta'allim dan pergi menuju mushola pondok putri.

Pengajian berlangsung seperti biasanya,namun ada hal yang membuat berada,yakni gojlokan serta godaan teriak-teriak para santri putri terdengar heboh saat Rara mengantarkan uju'an/minuman ke meja Zayn.

Pasalnya saat menerima cangkir minuman itu,Zayn memegang tangan Rara agak lama serta menatapnya lekat.

Aaaaaaa

Huaaaaa

Cieeeeee

Suara teriakan yang bersahutan  itu akhirnya terhenti saat Gus Zayn berdehem di microfon bersamaan dengan Rara yang berjalan menunduk dengan kedua lututnya sambil menahan malu.

"Sudah sudah kita lanjut maknainya...
Bismillahirrohmaanirrohiim...."ucap Zayn sambil terkekeh,lalu Zayn sudah melanjutkan membaca ma'na dari kitab dan membuat seluruh santri kembali fokus pada bolpen dan kitab masing2.

Rara kembali duduk di tempatnya yang paling belakang dan mengembalikan nampan yang tadi digunakan sebagai alas cangkir kepada mbak ndalem yang tadi meminta tolong kepadanya karena tiba-tiba kakinya keseleo.

"Matur nuwun ningku"ucap mbak ndalem itu dengan cengiran lebarnya.

Namanya adalah fifi,dia memang sudah akrab dengan Rara sebelum ini.

Rara hanya melotot dipanggil 'Ningku' dan kembali fokus pada kitabnya.





.

.
.
.

Double up nih..
Alhamdulillah....

Moga kalian lancar ibadah dan rezekinya...

Aamiin..

Shollalloohu 'alaa muhammad

.
.
;)

Dear My GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang