dua puluh enam

985 37 0
                                    

OMAR POV

Kupejamkan mataku beberapa detik,menarik nafas,lalu menghembuskannya kasar.

Ku coba mengusir pikiran tentang Rara,namun yang terjadi adalah insomniaku kambuh.

Entah sudah berapa jam aku memposisikan diri untuk tidur,namun sampai detik ini pun tak bisa.

Kubangkitkan tubuh lelahku di samping ranjang untuk mengambil obat yang sering menjadi temanku sejak setahun terakhir ini.ku ambil satu biji,meminumnya dengan segelas air putih.

Alhamdulillah batinku,mungkin setengah jam lagi aku bisa tidur.

Ku ketuk dua kali dengan jari telunjuk ponselku untuk memastikan sudah jam berapa sekarang.

Layar Pipih itu menunjukkan angka 00:03.

Ku rebahkan lagi tubuhku untuk mengatur posisi nyaman,ku tarik selimutku hingga mencapai dagu,dan aku memejamkan mata.

Bayangan malam dimana aku menyatakan perasaanku di depan semua orang terputar lagi dengan rapi.

"...dan orang itu adalah.......

Ku tatap Rara dengan lekat untuk melihat bagaimana reaksinya.

...njenengan ning!!...ning Roihana Nawawi".

Semua pasang mata menatapku dan Rara secara bergantian,sebagian dari mereka memberikan tepuk tangan.

Sedangkan Rara,kulihat wajahnya tampak terkejut sampai tersedak.

Oh Rara maafkan kak Omarmu ini.

Ali yang berada di sampingku diam beberapa saat,lalu menarik kursinya kasar, langsung berdiri dan pergi.

Apa?
Kenapa?
Pikiranku jadi bertanya-tanya.

Semua orang diam,tak ada yang berani mengucap sepatah katapun menyadari kepergian Ali.

"Ali...Aliiiiiii..
Aliiiiii......."teriakku padanya,namun dia sudah berlari meninggalkan kami.

Aku sebenarnaya ingin mengejar Ali,namun tangan kiriku di cegah oleh Hafshoh adikku.

"Biarkan kak,mungkin kak Ali sedang ingin sendiri,mending kakak tanya pada Abahnya ning Rara saja,siapa tau beliau bisa membantu".saran Hafshoh.

Aku tak mau berpikir ulang lagi,ku turuti apa yang Hafshoh katakan dan ku langkahkan kakiku menuju tempat duduk Abah Rara.

Lalu aku duduk bersimpuh dihadapannya.

"Abah yai,maafkan kelancangan saya yang tiba-tiba mengungkapkan cinta pada putri njenengan".

Abah Rara menatapku dengan tanpa ekspresi.

"Namun bila saya boleh tau,kenapa gus Zayn bisa terlihat marah seperti itu pada saya?"entahlah mengapa pertanyaan itu yang justru terucap dariku.

"Ekheeem"deheman menjadi pembuka perkataan beliau sebelum mengatakan hal penting.

"Alhamdulillah,alhamdulillah.......nduk ku ini banyak yang suka".canda Abah Rara awalnya,sambil melirik Rara.

Namun aku tak berani melirik sedikitpun ke arah Rara,mataku sudah ku atur untuk tetap menunduk,walau sebenarnaya sangat ingin melihatnya.

"Dua hari lagi itu ya Gus Zayn rencananya mau melamar Rara,lah tiba-tiba nak Omar ngungkapin cinta,ya kok lucu gitu".ucap beliau sambil terkekeh namun mampu menghujam tepat pada jantungku.

"Ngapunten sanget yai,saya benar-benar tidak tau".sesalku

"Yooooo.......ndaak masalah,ndak papa,seneng ke orang itu wajar,lagian posisinya kalian kan sama-sama ndak tau kan?jadi gak ada yang bersalah dalam kasus ini".

"Sekali lagi saya minta maaf ".ucapku tulus,rasanya tak ada yang bisa ku katakan lagi.mulutku terasa begitu kelu.

"Nduuuk,Rara"

"Dalem bah"

"Karena mereka belum sama-sama melamarmu,Abah mau tanya serius ke kamu "

"Njih bah"

"Kamu pilih Gus Zayn apa nak Omar nduk??..barangkali kamu sudah mencintai salah satunya".

DEG

Aku kaget mendengar pertanyaan ini,namun juga bahagia,karena masih ada sedikit harapan setelah terhempaskan.

Beberapa menit hening tanpa terdengar jawaban dari Rara,membuat jantungku berdetak tak karuan sampai aku bisa mendengarnya dengan jelas.

"Raraaaaaa..........
Rara maunya nyelesain hafalan Qur'an Rara dulu bah,Rara masih mau fokus,jadi maaf bah! Rara belum mau memilih"dan jawaban Rara membuatku lega.

Meski dia tak memilihku namun dia juga tak menolakku.

Aku tertidur pulas setelah setengah jam meminum obat dan bayangan hari itu hilang seiring bergantinya mimpi.





Alhamdulillah...
Bisa up lagi...


Jangan
Lupa
Kasih
Vote
Atau
Komen
Ya...

Makasih
Kawanku...

;)

Dear My GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang