empat puluh

1K 40 0
                                    

RARA POV

Sudah terhitung satu minggu sejak barang-barangku di pindahkan oleh Gus Zayn.

Selama itu pula,aku tinggal di ndalem ini.

Gus Zayn begitu perhatian dan baik,apalagi dalam kondisiku yang sedang sakit seperti ini.

"Aaaaaaa....
Buka mulutmu sayang".ucap Gus Zayn sambil menyodorkan sendok yang berisi bubur ayam.

Aku menggelengkan kepala bertanda menolak.

Gus Zayn memegang dahiku untuk kesekian kalinya.

"Kamu harus makan nduuk,suhu badanmu semakin tinggi,kamu  harus sehat di hari resepsi kita,jangan buat suamimu ini khawatir".ucap Gus Zayn dengan nada yang khawatir  yang sangat kentara.

"Gus,Rara mau makan kalau Gus  cerita kak Aisyah".ucapku lirih.

Gus Zayn mengukir senyumnya.

"Iya nduk,apapun yang kau mau!!...maafin Gusmu ini yaa...dari kemarin belum sempat menceritakan tentang Aisyah karena kesibukan Gus".

Gus Zayn mengelus pipiku.

Memang lima hari dari seminggu ini Gus Zayn keluar kota untuk mengurus semua urusan caffe yang dibangunnya,agar beberapa hari kedepan sudah bisa fokus dengan acara resepsi kami.

Akhirnya aku memakan bubur itu walau rasanya hambar,sengan telaten Gus Zayn menyuapiku hingga menghabiskan setengah mangkuk lebih.

"Sampun Gus,Rara udah ndak kuat lagi"pintaku sambil menutup mulut.

"Sekarang minum obatnya dulu yaaa".

Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

Gus Zayn memberikanku 2 butir kapsul berwarna putih lalu menyodorkan segelas air putih setelah satu kapsul masuk dalam mulutku.

Selepas itu Gus Zayn menaruh gelas itu di nakas lalu mengitari ranjang dan duduk tepat di sampingku.

Dia membawa tubuhku ke dalam pelukannya sambil bersandar pada sandaran ranjang.

Gus Zayn menghembuskan nafas lalu membenarkan letak selimutku sebelum mulai bercerita.






Hai
Hai
Hai
.
.
.
.
.
Sebagai readers yang baik jangan bosan2 kasih ane bintang yaaa??
.
.
.
;)

Dear My GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang