dua puluh tujuh

915 38 0
                                    

RARA POV

Hari demi hari tak terasa berganti menjadi bulan..
Dan bulan demi bulan sudah silih berganti..

Delapan bulan sudah aku berada di pondok ini.
Dan Alhamdulillah setoran hafalanku sudah hampir mencapai finish.

Alangkah bahagianya hatiku,karena sekarang,di hari kamis pagi ini, dihadapan hampir 2000 santri,aku akan menghatamkan al-qur'anku yang akan di bacakan oleh Bu nyai Nafisah do'anya nanti,karena ini adalah setoran terakhir dan merupakan moment yang paling istimewa,aku turut mengundang Abah,Umah,Pakdhe-pakdhe,Budhe-budhe,paklik,bulik dan seluruh keluaga besarku.

Hal ini juga sudah menjadi adat di pesantren sini bila ada moment sakral seperti ini.

Akupun meminta Umah untuk membawa masakan yang sangat banyak untuk teman-teman santri yang akan turut mengamini do'a khotmilku.

Bismillah.

Kugunakan lututku sebagai tumpuan berjalan menghadap Bu nyai Nafisah yang masih menyimak santri terakhir.

Rasa dag dig dug sudah berdendang merdu didalam dadaku,ini benar-benar mendebarkan.

Ku buka halaman terakhir mushafku,lalu ku hadapkan ke Bu nyai Nafisah.

Ta'awudz..
Basmalah..
Al-ikhlas tiga kali..
Al-falaq..
An-naas..
Al-Fatihah..
Awal&akhir Al-baqoroh..
Dan tahlil sebagai penutupnya.
Telah selesai ku lantunkan dengan tartil bacaan-bacaan itu pada sebuah microfon yang menggema,semua yang hadir turut membaca dengan khidmat,aku pun larut dalam suasana indahnya kalamulloh hingga air mata ini mengalir haru mengenai baju putih dan jilbab putihku.

Sekarang waktunya Bu nyai Nafisah yang memimpin do'a.

Semua orang ikut mengamini,tak sedikit yang turut meneteskan air mata haru,karena do'a yang dibacakan oleh Bu nyai Nafisah sangat indah terdengar menyentuh relung hati.

Betapa indahnya moment menghatamkan Al-qur'an,karena do'anya ikut diamini para malaikat,sedangkan yang menghatamkan mendapat jatah satu pohon disurga-Nya kelak.

Aku mencium tangan Bu nyai Nafisah dengan khidmat tepat setelah Bu nyai Nafisah selesai membaca do'a.

Dan tak lupa pula aku mengucapkan
"Matur nuwun sanget Umi".

Bu nyai Nafisah tersenyum kepadaku.
"Sama-sama nduuk"

Kemudian Bu nyai Nafisah mempersilahkan keluagaku untuk pindah ke ndalem.

Saat berjalan,Abah dan Umah memeluk dan menciumku.

"Terima kasih sayang"ucap Umah.

"Matur nuwun anak Abah"kini giliran Abah yang mengatakan itu.

"Rara yang berterima kasih Umah,Abah".

Aku sebenarnaya sangat sungkan untuk ikut ke ndalem,namun aku tak bisa menolak karena umah memaksaku untuk ikut.

Di ndalem,Bu nyai Nafisah dan Pak Kyai menjamu kita dengan sangat baik,ini kerena beliau-beliau bersahabat sejak zaman mondok dulu.
Aku hanya diam dan sesekali melempar senyum bila percakapan mereka menjurus ke arahku.

Setelah itu,Abah dan Umah mengajakku untuk pulang karena Abah akan mengadakan syukuran khusus atas pencapaianku.

ALHAMDULILLAH

DOUBLE UP
Dalam sehari...

Author seneng!!
Moga kalian yang baca juga seneng..

;)

Dear My GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang