AUTHOR POV
Rara melangkahkan kakinya memasuki area pemakaman keluaga yang terletak di pinggir pemakaman umum.
Diiringi oleh mbak ndalem disampingnya Rara duduk dihadapan makam saudara sepupunya yang seperti kakak kandungnya sendiri.
Rara menatap nisan yang bertuliskan nama Aisyah abdurrahman Binti Kh.abdurrahman haidar dengan tatapan sedih bercampur rindu.
"Kak Aisyah apa kabar??udah lama kita tak bertemu,kenapa kakak pergi disaat Rara masih di Turkey??"ucap Rara dengan air mata yang turun ke pipi putihnya.
Mbak ndalem yang melihat Ningnya bersedih turut bersedih,namun sungkan bahkan untuk menyentuh pundaknya memberikan kekuatan.
Rara membaca yasin dan tahlil untuk kakaknya.
Selesai setelah itu,Rara ingin mengunjungi rumah kakaknya itu.
"Assalamualaikum "ucap Rara sambil mengetuk pintu rumah bercat putih gading itu.
Tak lama kemudian Rara disambut oleh seorang wanita paruh baya yang bercadar.
"Waalaikumsalam,masyaalloh Rara,budhe kangen sama kamu nduk"ucap budhe Rara lalu memeluk Rara erat.
Rara mencium tangan budhenya dengan khidmat setelah pelukan mereka terurai,diikuti mbak ndalem Rara.
"Masuk dulu nduk"ajak budhe Rara.
"Gimana kabar kamu nduk?"tanya budhe Rara.
"Alhamdulillah sehat budhe,Abah,Umah semua juga sehat "
"Selamat atas selesainya Qur'anmu nduk,maaf dari syukuranmu dipondok sampai di ndalem Abahmu,budhe belum bisa datang,soalnya pakdhemu lagi sakit"
"Innalillahi wainna ilaihi rooji'un. Sekarang masih sakit budhe?"
"Alhamdulillah pakdhemu udah sehat Rara,sekarang malah sedang ngisi pengajian di kampung sebelah "
"Alhamdulillah kalau begitu budhe "
"Nduk,Aisyah sempat nitip sesuatu buat kamu ".
"Oh nggih budhe,apa itu?"
"Kamu boleh ambil sendiri di kamar Aisyah,tempatnya ada di nakas samping tempat tidur,disana ada box warna ungu.budhe mau ngisi sekolah diniyah dulu,maag ya kamu budhe tinggal ndak papa kan??sebentar lagi mas Harun akan datang ".
"Oh njih,ndak papa budhe,lagian dulu Rara juga sering disini bareng kak Aisyah aja"ucap Rara getir saat menyebut nama Aisyah.
"Ya sudah budhe berangkat yaa.kamu istirahat dulu di kamar Aisyah"
"Njih budhe"
Setelah budhenya Rara pergi. Rara meminta mbak ndalem tetap menunggu di ruang tamu,sedangkan Rara akan mengambil kotak yang dimaksud budhenya.
CKLEK.
Pintu coklat itu terbuka.
Dulu Rara sering menginap dikamar ini bersama pemiliknya.
Bercerita, bercanda apa saja,bahkan. Nonton drakor bareng hingga larut malam.Rara duduk ditepi ranjang dengan perasaan campur aduk.
Diambilnya kotak berukuran sedang berwarna ungu yang berada di atas nakas itu.
Bahkan saat mengambil kotak itu,Rara melihat foto mereka berdua tetap pada tempatnya.
Dibuka kotak ungu itu perlahan dan dikeluarkan isinya.
Sebuah mukena cantik berwarna putih dengan bordir ungu menghiasinya dan sepucuk surat yang terbungkus amplop berwarna senada.
Rara membuka amplop itu dan membaca isinya.
--------------------------
Untuk adikku Rara.Assalamualaikum Rara.
Aku yakin saat kamu membaca surat ini aku sudah tiada,jadi kumohon berikan do'amu untukku;)
Tes
Air mata Rara lolos begitu saja.
Jangan sedih adikku sayang,karena kakakmu ini sangat membenci air matamu.
Sekarang kakak mau cerita semuanya.
Kakak telah dinikahi oleh orang yang sangat mencintai kakak,namanya Gus Ali.
namun sayangnya kakak sudah saling mencintai dengan orang lain,dan orang itu adalah orang yang salah.
Nama dia adalah Nizam.Kakak tau cinta kami itu juga salah. Namun kakak mohon setelah kamu tau semua ini kamu jangan marah pada kakak.
Dihari pernikahan kakak,Nizam membawa kabur kakak sesuai dengan perjanjian yang kita buat.
Lalu Nizam menikahi kakak dengan wali hakim.Kakak tak tau,ternyata Gus Ali sudah selesai ijab qobul didepan Abah dan semua tamu undangan.
Sebulan setelah itu,gus Ali menemukan kakak,Nizam membuat drama seolah-olah dia telah menculik kakak.
Akhirnya dengan terpaksa kakak harus ikut dengan Gus Ali dan meninggalkan Nizam.
Dua bulan kemudian kakak dinyatakan hamil oleh dokter,tentu saja Gus Ali tak mengetahui ini.
Bahkan selama kakak tinggal dengan Gus Ali,kakak selalu menolak disentuhnya.
Hari itu adalah hari kesempatan kakak untuk kabur.
Mungkin niat Gus Zayn hanyalah memberi pelajaran untukku namun sayangnya yang terjadi adalah sebuah kecelakaan.Hari itu Gus Zayn menurunkanku dijalanan sepi dipinggir hutan.
"Aisyah,dulu kamu pernah meninggalkanku dihari pernikahan kita,maka terimalah hukuman ini"ucap Gus Ali waktu itu,lalu mobilnya pergi meninggalkanku.
Aku sedikit bahagia dengan itu,karena aku bisa kembali kepada Nizam.
Kutelefon Nizam dan dia menemuiku.
Kukatakan padanya bahwa aku tengah mengandung anaknya.
Namun Nizam mengatakan bahwa itu bukan anaknya,melainkan anak Gus Ali.
Hatiku sangat sakit waktu itu.Ketika Gus Ali kembali,entah mengapa Nizam malah mendorongku ke jurang yang berada di pinggir jalan itu.
Aku langsung pingsan,dan saat terbangun Gus Ali menangis disampingku."Maafkan kebodohanku sayang"hanya kata itu yang kudengar berulang-ulang dari Gus Ali.
Saat aku sadar.Tulang punggungku patah dan benturan keras membuat kepalaku bocor.
Kusempatkan menulis tulisan ini saat aku akan operasi.Ra,tolong sampaikan maafku pada Gus Ali ya..
Aku mohon.
Kalau tidak tahu orangnya tanyakan saja pada Ummiku.Sudah ya Ra,waktuku hampir habis.
Aku yakin operasi ini takkan berhasil karena dokter mengatakan kemungkinan selamat dari operasi hanya 10 persen.Maafkan kakak
Dan ingat
Kakakmu ini selalu menyayangimu.Wassalamualaikum
---------------------------
Air mata Rara terus mengalir seiring dengan setiap kata yang dibacanya.Dadanaya benar-benar sesak sekarang.
Tubuh Rara meluruh hingga terduduk di lantai.
Rara memeluk lututnya dan menangis disana."Rara,apa yang terjadi??"sebuah suara terdengar dari pintu kamar.
Itu adalah suara Harun.
Dia berlari menghampiri sosok yang tubuhnya sedang bergetar memeluk lututnya dengan perasaan panik.861 kata
Alhamdulillah
.
.
.
.
.
terima kasih yang udah baca sampai siniLope you
;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Gus
RomanceRARA POV "Menikah menikah menikah,gue mondok di sini belom ada sebulan udah mau dinikahin ama gusnya".curhatku pada ayu,sahabat mondokku di Malang dulu,sebelum kuliyah di Turkey,kebetulan kita sepondok lagi. Belum ada satu bulan mondok Rara sudah d...