Heeeeeeii lama tidak bertemu, wyd guys?
Hari ini Bulan sarapan bersama Mrs. Krystal dan Romo di meja makan. Koki mereka menghidangkan salad dengan dressing daun basil, toast roti gandum dan scramble egg sebagai menu sarapan pagi ini. Bulan menikmati scramble eggnya tapi enggak dengan salad dan toast avacado yang terasa asing dilidahnya.
Sarapan dengan nasi goreng atau nasi uduk bacem tempe itu lebih enak menurutnya. Lebih kaya rasa. Ah Bulan jadi rindu kehidupannya sebagai Ajeng.
Kalau masih jadi Ajeng, ia harusnya sudah disekolah sekarang. Berkelahi dengan Haikal berebut bakwan panas di kantin sekolah. Atau ribut soal tugas yang belum selesai mereka kerjakan dan memohon-mohon pada Siti si juara kelas buat diberi contekan.
Sudah dua hari. Dan Bulan masih merasa terlalu asing dengan kehidupannya sekarang. Iya, jadi orang kaya itu enak. Bulan nggak perlu mikirin hari ini makanan apa, atau mikirin biaya sekolahnya yang masih menunggak. Dia nggak perlu menghayal lagi soal baju dan sepatu bagus karena sekarang semuanya tersedia satu ruang penuh untuknya.
Tapi, ada hal kosong dalam dirinya yang selalu membuatnya terjaga selama dua malam ini. Bagaimana dengan tantenya? Bagaimana dengan semua kehidupannya dulu? Bulan sudah terbiasa dengan itu. Dengan semua kekacauan-kekacauan kecil dihidupnya, dan semua kesederhanaan itu.
Bulan sempat berpikir akan kembali ke rumah setelah beberapa waktu disini. Ia merasa tak mungkin meninggalkan tante Farah sendirian. Berjuang untuk hidupnya seorang diri sementara ia hidup enak bergelimang harta disini.
Namun, pagi ini Romo dan Mrs. Krystal malah sudah berdiskusi tentang rencana pendidikan untuk Bulan. Tentang proses kepindahannya ke sekolah baru dan kegiatan apa saja yang harus ia ambil untuk mengisi harinya. Mungkin maksudnya biar Bulan nggak gabut main sama anak tetangga sebelah yang absurdnya sama kaya Bulan. Mrs. Krystal juga menyarankan agar ia mengikuti sekolah atiquette untuk memperbaiki etika Bulan yang agak sembrono menurut Mrs. Krystal.
Well, Bulan nggak akan mengelak sih. Dia memang nggak seanggun princess Cinderella yang meskipun menghabiskan waktu bersama tikus dan menjadi upik abu, ia masih bisa terlihat anggun dan lihai dalam berdansa.
Kalau Bulan sih, seratus persen lihai memanjat pohon. Atau menangguk ikan sepat dan cupang di dalam got. Terakreditasi.
Bulan menghabiskan waktunya sehabis sarapan berteleponan dengan Haikal. Haikal bilang lagi ada jam kosong dan cowo itu benar-benar penasaran soal cerita Bulan yang tiba-tiba jadi orang kaya.
"Gile ye.. berarti sekarang lo bisa dong beliin gue sepatu jordan asli buat hadiah ulang tahun gue?" Seru cowo itu setelah mendengar semua cerita Bulan
"Lo mau? Gue beliin. Sekarang juga bisa. Mau apa lagi, bilang aja,"
"Idiiiih si paling kaya. Nggak lah nggak usah. Mending lo ajak gue ke istana lo trus kenalin gue sama Romo lo. Tanyain dia kira-kira butuh tukang nyiram tanaman nggak? Atau tukang cuci mobil gitu? Gue mau deh.. mau banget gue," pinta Haikal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sprinkles on My Shoes
FanfictionSuatu hari Ajeng tertidur di sofa dengan baju putih abu-abunya yang bau keringat. Sepatunya masih terpasang, ia juga ingat sebelum tidur ia berkhayal tentang bagaimana jika seandainya ia terlahir dari keluarga kaya raya. Ia membayangkan mobil merce...