Bulan duduk di hadapan Jeremy yang mulai menggambar di kanvasnya. Wajah laki-laki itu tampak tak bersahabat, berkali-kali Bulan memperhatikan kerutan kesal di wajahnya entah karena apa. Jeremy memang tidak banyak berbicara sedari tadi. Ia hanya akan menjawab kalau Bulan bertanya, dan sebisa mungkin menunjukkan wajah ramahnya meski Bulan tau ada sesuatu yang sedang mengganggu pikiran laki-laki itu.
Nyaris satu jam Bulan duduk berpangku tangan di dekat sisi danau. Sore itu angsa-angsa sengaja dibiarkan lebih lama berenang di Danau karena Jeremy ingin melukisnya. Penjaga peternakan mereka berjelan melewati membawa kuda yang hendak di pakai Romo mengelilingi wilayah belakang mansion. Bulan tersenyum saat Romo lewat memperhatikan mereka. Ayahnya itu lengkap berpakaian hendak menunggang. Sementara dibelakangnya ada Mrs. Krystal yang didampingi dua asistennya berpakaian hendak bermain golf.
Memang, di bagian belakang mansion mereka terdapat lapangan golf pribadi. Bersebelahan dengan letak pertenakan dan berbatasan langsung dengan hutan bambu yang memang dirawat. Kalau tidak salah, disebalik hutan bambu itu ada satu villa lagi yang kini dihuni oleh keluarga juru masak mereka. Villa itu hanya digunakan ketika mansion kedatangan banyak tamu sebagai hunian cadangan. Saat ini, tak ada kegiatan berarti di mansion sehingga Villa itu diperbolehkan dihuni oleh keluarga juru masak mereka meski hanya beberapa bagian saja.
Bulan belum pernah kesana. Tapi Margaret pernah bercerita bahwa Villa itu dirancang sendiri oleh Romo saat ia masih bujangan. Rumornya, itu Villa yang dibangun saat Romo jatuh cinta dengan Ibu Bulan. Diberi nama Château le clair de lune, yang artinya istana yang dijatuhi cahaya Bulan.
Oh Bulan bisa membayangkan betapa romantis kisah cinta kedua orang tuanya itu dulu. Andai mereka masih bersama hingga sekarang, Bulan pasti akan tumbuh seperti seorang putri menyaksikan keharmonisan mereka. Ia akan sama anggungnya dengan Indira si Bidadari Bastian itu.
"Ini membosankan ya?" Tanya Jeremy saat Bulan hanya melamun membayangkan tentang kisah cinta kedua orang tuanya..
Bulan menoleh dan berkedip, "Enggak, sama sekali enggak. Aku enjoy banget sih sama kegiatan damai kaya gini," damai yang artinya bebas memandangi ukiran wajah tampan Jeremy.
"Masa sih? Aku pikir kamu punya kesenangan yang beda," terka Jeremy sebelah alisnya naik keatas meragukan jawaban Bulan.
"Enggak! Aku justru tertarik banget sama seni," sanggah Bulan.
Jeremy tertawa, ia menatap Bulan sekali lagi sebelum menggoreskan kuasnya diatas kanvas.
"Aku pikir, kamu lebih suka hal-hal kaya nge-drift, nonton konser metal rock, atau sejenisnya," terka Jeremy.
"Itu, aku juga suka," balas Bulan.
"Kamu juga suka nge drift?" Tanya Jeremy.
Bulan menggeleng, "belum pernah nyoba tapi kayanya menarik," jawab Bulan.
Senyum Jeremy terukir sekilas, ia mengangguk-angguk.
"Ngomong-ngomong, kamu tau nggak hobinya Bastian apa?" Tanyanya kemudian. Kali ini ia menatap Bulan lebih lama, menunggunya hingga menjawab. Tatapannya terasa seperti mengobservasi meski wajahnya tersenyum pada Bulan.
Bulan berpikir, ia nggak begitu tau hal atau hobi yang digemari oleh manusia planet neptunus yang sehari-hari kerjaannya ngeresein mba-mbak komplek itu. Bulan cuma tau ia bermain gitar untuk bandnya disekolah. Tapi tak benar-benar tau kalau itu hobinya Bastian atau bukan. Cowo itu kan random, bisa aja dia ikut band cuma buat mengisi kegiatan ekstrakulikulernya. Tapi yasudahlah, toh Jeremy juga tak benar-benar ingin tahun tentang Bastian. Pasti cuma basa-basi saja.
"Dia suka ngeband. Main gitar," jawab Bulan membuat garis senyum simetris diwajah Jeremy semakin terlihat jelas. Laki-laki itu menunduk mengaduk cat di paletnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sprinkles on My Shoes
FanfictionSuatu hari Ajeng tertidur di sofa dengan baju putih abu-abunya yang bau keringat. Sepatunya masih terpasang, ia juga ingat sebelum tidur ia berkhayal tentang bagaimana jika seandainya ia terlahir dari keluarga kaya raya. Ia membayangkan mobil merce...