Maaaff maaafff lamaaa
Suatu hari, ada kuda putih yang duduk di pinggir danau menatap bayangannya. Putih bersihnya tercermin di air danau yang tenang malam itu berikut jajaran Bintang yang menemani Bulan diatas langit sana. Sesaat ia merasa menjadi bagian dari Bintang-Bintang itu. Warna putih mereka sama, hanya saja bedanya ia berada jauh di bawah sini sementara bintang-bintang lainnya bersinar diatas sana.Lalu seekor burung gagak hinggap pada reranting semak di dekat danau tersebut. Ia mendekati Kuda putih itu lalu berujar,
"Ketika sebuah bintang jatuh ia akan kehilangan seluruh cahayanya, lalu menjadi benda putih biasa si bumi"
Kuda putih itu menoleh pada Gagak hitam legam yang berkilauan terkena cahaya Bulan.
"Apa aku bagian dari bintang yang jatuh?" Tanyanya.
"Kenapa itu penting? Kenapa kamu ingin menjadi bintang?"
"Mereka bersinar terang diatas sana, terlihat cantik," jawab Kuda putih.
"Bukan hal yang mudah berada di tempat yang tinggi, mereka hanya sebuah pajangan langit yang dipuja-puja tapi lalu tak berarti ketika kehilangan cahayanya. Tidakkah kau lihat betapa mereka kesepian diatas sana?" Ujar sang burung Gagak.
"Tapi aku juga kesepian dibawah sini," ucap Kuda putih murung.
"Setidaknya kau sedang berbicara denganku sekarang. Pernahkah kau lihat bintang-bintang itu bercengkrama barang sedetik?"
Kuda putih itu menatap kelangit, ia menggeleng.
"Benar, berada diatas sana tidak selalu menyenangkan. Jauh lebih menyenangkan saat kakimu bisa menyentuh rumput basah dan bersadar pada pohon kayu yang teduh,"
Jika Bintang itu adalah perumpamaan tempat tinggi yang sedang aku tempati, maka aku ingin menjadi sang kuda putih. Tak peduli akan seberapa kesepiannya di bawah sana, setidaknya kakiku memijak rumput dan menghirup udara yang segar.
Bukankah melelahkan hanya menjadi pajangan yang perlahan-lahan akan ditinggalkan saat kau jatuh dan cahayamu pudar?
Bulan menutup buku bersampul coklat ditangannya. Pada halaman terakhir yang terdapat tulisan, ada setangkai bunga kering yang menjadi pembatasnya. Diujung halaman itu ada tulisan namanya yang ditulis tangan oleh Mamanya.
Buku itu milik Mamanya. Ada ukuran nama Mamanya dibagian sampul buku itu. Ia temukan di dalam sebuah ruangan di bagian paling ujung mansion yang mengarah pada danau di halaman belakang. Hampir mendekati tengah malam, ia terduduk pada sofa yang ditutup kain putih penuh debu disana.
Tanya bagaimana Bulan bisa berakhir disana padahal ia sedang dihukum dan dikurung oleh Romo.
Jeremy yang mengeluarkannya. Cowo itu entah bagaimana punya kunci cadangan kamarnya dan membukakan pintu untuknya. Dengan catatan, setiap malam sebelum Romo kembali ke Mansion, dia sudah harus ada di kamarnya. Seperti Cinderella yang tengah dikurung dan harus kembali sebelum tengah malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sprinkles on My Shoes
FanfictionSuatu hari Ajeng tertidur di sofa dengan baju putih abu-abunya yang bau keringat. Sepatunya masih terpasang, ia juga ingat sebelum tidur ia berkhayal tentang bagaimana jika seandainya ia terlahir dari keluarga kaya raya. Ia membayangkan mobil merce...