Tuan Puteri yang Tersesat (dua)

188 50 18
                                    

Babull hereee

Bulan duduk dihalaman rumah Haikal megenggam minumannya dengan mata berkaca-kaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bulan duduk dihalaman rumah Haikal megenggam minumannya dengan mata berkaca-kaca. Haikal duduk disampingnya. Mendengarkan semua cerita Bulan bagaimana ia bisa sampai kerumahnya malam itu.

Hampir pukul sepuluh malam. Bulan tiba-tiba mengetuk pintu rumahnya dan berdiri disana dengan kening berkeringat dan punggung seragam basah. Ia bercerita bahwa ia berjalan kaki dari gedung pertunjukkan yang letaknya lumayan jauh dari rumah Haikal.

Kalimat pertama yang keluar dari gadis itu, "kal, tante gue pindah kemana? Rumahnya kosong, nggak ada orang disana," tanyanya kalut dan hendak menangis saat Haikal membukakan pintu untuknya.

Bulan terpaksa berjalan kaki dari gedung pertunjukkan menuju rumah lamanya. Jaraknya jauh lebih dekat ke rumah lama Bulan daripada ke kembali ke mansion Romo. Lagipula adahal yang menyakiti hati Bulan yang membuatnya ingin sekali pulang kembali kerumah lamanya dan tidur ditempat tidur lamanya bersama tante Farah.

Saat itu ketika ia keluar dari toilet, ia kehilangan jejak Jaleela. Bulan berkeliling mencari Jaleela tapi gadis itu tidak ditemukan diparkiran manapun. Diantara ramainya orang sore itu, semuanya sibuk tidak memperdulikan Bulan dan mulai pulang satu persatu bersama mobil jemputan atau teman mereka. Pada akhirnya Bulan bertamu Azam yang baru saja hendak menuju mobilnya yang terparkir bersama teman-temannya. Cowo itu melihat Bulan, lalu sebelum Bulan berbicara ia berujar lebih dulu.

"Lo mau minta tumpangan?" Tanyanya. Bulan tau Bastian agak tidak suka dengan Azam. Cowo itu emang agak nyebelin. Tapi Jaleela bilang kalau mereka bisa pulang dengan mobil Azam dan itu artinya Azam bukan orang yang semenyebalkan itu bukan? Toh Bulan pun nggak tau dimana keberadaan Jaleela sekarang. Dan nggak ada orang lain yang Bulan kenal disini selain Azam, teman sekalasnya.

Lalu Bulan mengangguk. Dan Azam terkekeh lalu mendekatinya.

"Sory mobil gue penuh," ucapnya. Padahal Bulan bisa melihat sendiri cuma ada dua orang yang bersamanya saat itu.

"Lo ngerti kata pantas nggak pantas nggak? Lo itu definisi nggak pantes. Nggak lantes ada di lingkungan kita. Kayanya lo harus stop being so dreamy acted like you are a princess cause no one even care Bulan. Jangan innocent banget,"

"See? Bastian, Jaleela, temen-temen lo nggak ada yang peduli sama lo sebenernya, they  are just pretends to get along with a chick like you,"

Sumpah. Bulan ingin sekali menonjok muka cowo yang hidungnya kelewat gede sampai nutupin sepertiga mukanya itu. Bulan kesel banget. Tapi alih-alih menghajarnya, Bulan hanya terdiam menahan emosinya.

Ia bukan Ajeng Anunggani. Ia Rembulan Candraswastika. Ada nama besar Romo dibelakang namanya. Dan Bulan tau cowo kaya Azam bakalan playing victim dan bikin semuanya lebih parah seadainnya Bulan membalas. Jadi Bulan memahan emosinya hingga tangannya terkepal disisi tubuhnya. Ia bergetar menahan tangis yang hendak keluar karena emosi itu tidak terlampiaskan.

Sprinkles on My ShoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang