Here we gooo
Bulan menaruh ponselnya sembarangan saat mendengar suara Margaret memanggil untuk kesekian kalinya. Ia balas berteriak, buru-buru memeriksa dirinya di depan cermin.
"Bentar.. bentar.. bentar!" Sahutnya panik.
Miss Daisy sudah datang sejak beberapa menit yang lalu dan sedang menunggunya di bawah. Guru etikanya itu paling nggak bisa metolerir keterlambatan, telat sepersekian menit saja, Bulan bisa berakhir berjalan membawa buku diatas kepala mengelilingi taman bunga.
Perempuan itu berdehem cukup keras saat melihat Bulan turun dari kamarnya. Memperhatikan penampilan Bulan dari atas sampai bawah.
Peraturan kedua saat mengikuti kelas Miss Daisy, harus mengenakan pakaian yang sopan dan rapi. Tidak ada pernak-pernik berlebihan, atasan berkerah, rok dibawah lutut, dan rambut ditata rapi. Harus anggun dan slay kapanpun dan dimanapun.
Isi closset Bulan yang kebanyakan meniru pakaian member Blackpink itu udah hampir nggak pernah dia pakai sejak mengikuti kelas Miss. Daisy. Alih-alih, gayanya sekarang malah kaya anggota kerajaan. Seperti Princess Charlote dari kerajaan Ingris, atau Princess Infanta Shofia dari kerajaan Spanyol.
Bulan kadang suka mikir, kenapa kiblat pendidikan etika ini mengarah pada negara-negara Eropa dan bekas jajahannya? Kenapa nggak negera timur tengah aja?
Bayangin kalau kiblat keluarganya lebih kepada budaya timur tengah. Oh sudah pasti, pertama sekali, Bulan akan dimasukkan ke Pesantren. Bukan sekolah international yang separuh isinya anak-anak mixblood dengan segala kerandoman mereka. Bulan nggak akan diijinkan berteman dengan banyak laki-laki dan kemungkinan dia nggak akan kenal dengan yang namanya Bastian.
Oh, itu lebih baik. Kayanya mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa jauh lebih baik daripada jatuh hati pada cowo itu.
Semua hal tentang dia itu menyebalkan.
"Sepertinya sedang ada Pemilu di kepala kamu," sindir Miss. Daisy memperhatikan kening Bulan yang berkerut, terlalu sibuk berpikir sendiri sampai lupa menyapanya.
"Iya ini lagi quickcount nentuin siapa yang menang," jawab Bulan lalu cepat-cepat menutup mulutnya sebelum Miss Daisy memelototi dan memarahinya.
Alis perempuan Belanda itu bertaut, ujung bibirnya terangkat sebelah seolah tersenyum mengejek.
"Pertandingan antara siapa dan siapa?" Tanyanya agak mengejutkan ternyata dia bisa get along juga dengan joke Bulan.
"Antara perasaan saya dan pikiran saya," jawab Bulan.
Lalu Miss Daisy tertawa. Benar-benar tertawa hingga mulutnya terbuka dan bersuara seolah sedang mengejeknya.
"You're so ridiculous Nona, terlalu naive," ledeknya membuat Bulan tercenung.
Apa yang salah dari jawabannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sprinkles on My Shoes
FanfictionSuatu hari Ajeng tertidur di sofa dengan baju putih abu-abunya yang bau keringat. Sepatunya masih terpasang, ia juga ingat sebelum tidur ia berkhayal tentang bagaimana jika seandainya ia terlahir dari keluarga kaya raya. Ia membayangkan mobil merce...