Kalau ini Bagian Dua

101 21 188
                                    

Untuk kamu, tetap bahagia, ya.

*****

Pelajaran Matematika tidak banyak yang menyukainya. Namun, beda halnya dengan Dara, ia bahkan sangat menyukai pelajaran itu. Dengan mudahnya gadis itu menjawab semua pertanyaan dalam soal tersebut.

"Dar, ini jawabannya apa? Aku nggak tahu sama soal yang ini." Seorang gadis yang berada di sebelah Dara bertanya. Dara melirik sebentar, tanpa mengatakan sepatah kata, ia langsung menyodorkan bukunya kepada gadis tersebut.

Terdengar kekehan dari gadis yang duduk di sebelah Dara." Terima kasih, Sayangku."

Dara memutar bola matanya lalu berkata, "Panggil sayangnya pas ada maunya aja."

*****

"Halo, Sayang. Kayaknya Mama nggak bisa jemput kamu, sekarang lagi ada pertemuan rapat."

Terdengar suara di seberang sana. Dara tengah menelepon Mamanya untuk menjemput, karena lima menit yang lalu bel pulang sudah berbunyi.

"Ya udah, Ma. Nanti aku pesan grab aja." Setelah mengatakan itu, Dara lalu membuka aplikasi gojek online.

"Dar, Mama kamu nggak jemput?" Suara serak basah itu milik seseorang yang kini sudah berada di samping Dara. Cowok itu tengah berada di atas motor ninja merah menyala miliknya.

"Eh ... iya. Mama nggak bisa jemput soalnya ada rapat," jawab Dara.

"Nah, bagus deh." Ucapan itu sangat terdengar kecil, sehingga Dara tidak bisa mendengarnya.

"Ya udah, sini aku antarin, lagian rumah kita kan se arah," ujarnya. Terlihat dari raut wajah Dara, ia tengah bimbang. Ingin mengiyakan, tetapi dirinya gengsi, terlebih cowok yang berada di sebelahnya adalah seseorang yang sudah lama ia kagumi dalam diam.

"Emangnya nggak pa-pa?" tanya gadis itu pelan.

Cowok itu mengangguk antusias. "Nggak pa-pa dong. Mau aku pakein helmnya atau mau pake sendiri?"

"Aku pake sendiri aja." Dara mulai mengambil helm tersebut. Namun, ketika sudah siap untuk memasang kaitan yang terdapat pada helm tersebut, ia terlihat kesusahan.

Dua tangan kekar membuat Dara seketika terdiam. Itu tangan cowok tersebut, kini sedang membantunya memasang kaitan pada helm yang Dara pakai. Jangan tanya bagaimana perasaan gadis itu. Ingin rasanya ia berteriak. Namun, dirinya harus terlihat kalem di depan seseorang yang sudah lama ia kagumi.

"Eh ... Terima kasih." Dara terlihat menahan senyumnya.

"Ya udah, naik sudah biar kita pulang, nggak enak di liat orang." Kedua remaja itu lalu pergi meninggalkan sekolah. Dengan Dara yang sudah tidak bisa menahan senyum manisnya dan cowok itu yang kini hanya fokus membawa kuda merahnya.

Apa aku tiap hari aja kali ya nyuruh mama biar nggak jemput, hehe. batin Dara.

"Kamu tadi sudah makan, Dar?" tanya Aldo.

"Udah tadi pas jam istirahat," jawab Dara.

"Oh iya, aku baru inget. Do, bisa anter aku ke toko buku dulu nggak? Soalnya aku mau beli buku mata pelajaran Fisika," ujar Dara.

LANGIT YANG TERSELIP (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang