Katanya ini Bagian Lima

61 14 105
                                    


"Aldo, kenapa bisa telat?" tanya Pak Wawan

"Tadi saya harus latihan basket dulu, Pak. Makanya telat, saya telat cuma sekali ini, lho, Pak," jelas Aldo. Memang benar, cowok itu memang baru pertama kali telat seperti ini.

"Ya sudah, Bapak nggak hukum kamu. Besok lomba basket 'kan?" tanya Pak Wawan lagi.

"Terima kasih banyak, lho, Pak. Iya, Pak besok saya ada pertandingan lawan sekolah sebelah," jawab Aldo.

"Ya sudah, kembali ke kelasmu sekarang, dan besok jangan lupa semangat, ya!" seru Pak Wawan terlihat semangat.

Aldo mengangguk saja sembari menyemangati dirinya, ia berjalan menyusuri koridor sekolah dengan tenang.

*****

Kedua gadis cantik itu sedari tadi sibuk dengan laptopnya. Mereka sedang menyelesaikan tugas OSIS, bahkan suara bel berbunyi lima menit yang lalu tidak membuat mereka meninggalkan ruangan itu.

Sepuluh menit berlalu. Tugas yang tadi keduanya kerjakan, akhirnya telah selesai.

"Yuk ke kantin, sumpah aku laper bener," ajak Tiara-sahabat Dara.

"Sama aku juga laper dari tadi, yuklah," ujar Dara.

Dara dan sahabatnya yang bernama Tiara tengah berjalan menyusuri koridor untuk ke kantin. Tidak jarang, murid-murid yang berada di depan kelas menyapa keduanya. Dara yang terkenal dengan mudah bergaul membuat siapa saja senang melihatnya, dengan Tiara yang jarang tersenyum membuat keduanya seperti air dan es. Dara sebagai air, yang selalu mengalir dan Tiara sebagai es yang beku. Namun, jika dengan orang yang ia kenal, Tiara akan merubah sifatnya.

"Eh, Ra, kamu ke kantin duluan aja, aku mau ke toilet sebentar," ujar Dara membuat Tiara menghentikan langkahnya. Sahabatnya mengangguk dan kemudian melanjutkan langkahnya menuju kantin. Sedangkan, Dara, gadis itu berbelok arah menuju toilet.

Saat Dara menuju toilet, gadis itu hanya terfokus terhadap ponsel yang tengah ia pegang. Tanpa disadari olehnya, dari arah berlawanan, seorang cowok melakukan hal yang sama.

Dan sampai akhirnya, mereka bertabrak.

BRUKK

"Eh maaf, aku nggak sengaja." Dara bangun dari tempatnya terjatuh, sambil membersihkan roknya yang terlihat kotor.

"Kamu nggak pa-pa 'kan, Dar?" Suara itu sangat familiar di telinga Dara. Itu suara milik Aldo. Gadis itu lalu melirik ke asal suara yang kini sudah berada di depannya.

Dara terlihat kaget. "Eh, maaf banget, Do, tadi lagi bales chatnya mama, makanya nggak liat jalan," jelas Dara.

"Aku juga yang harusnya minta maaf, kamu mau ke mana?" Aldo bertanya.

"Iya aku nggak pa-pa. Aku mau ke toilet," jawab Dara. "Ya sudah aku ke sana dulu, ya," sambunya. Aldo hanya mengangguk. Kemudian cowok itu kembali melangkah.

Tiba di depan pintu toilet. Dara langsung berjalan menuju bilik kosong sendirian. Ketika sudah berada di dalam sana, langkah kaki yang masuk membuat gadis itu terdiam. Terlebih ucapan yang mereka katakan membuat gadis itu diam untuk mendengarkannya.

"Sumpah gue kesel banget sama si Dara Dara itu, udah dua kali gue dipermaluin di depan umum gara-gara sok tegasnya dia." Terdengar ucapan itu membuat Dara memilih diam. Ia ingin mendengar apa saja yang diucapkan oleh mereka di luar sana tentang dirinya.

LANGIT YANG TERSELIP (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang