Mari Beri Mereka Kesempatan, Ini Masih Bagian Dua Puluh Delapan

23 2 0
                                    

Apa boleh kasih mereka kesempatan?

Sudah dua tahun lamanya, Dara mulai terbiasa dengan dirinya saat ini. Irsal dan Siska selaku wali Dara-sudah beberapa kali mencari pendonor mata untuk sang cucu. Hanya saja, masih belum menemukan yang pas.

Dua tahun berjalan pun Dara tidak melanjutkan sekolahnya, walau sudah beberapa kali nenek dan kakeknya menyuruh untuk melanjutkan sekolah saja, tetapi karena kekurangannya, gadis itu tidak mau.

Hari ini adalah hari, di mana teman seangkatannya akan melakukan acara kelulusan mereka. Kemarin, Daren sempat menghubungi dirinya dan menyuruh datang ke sekolah. Bukan hanya cowok itu saja, tetapi ada beberapa teman kelas Dara serta beberapa guru menginginkan gadis itu datang ke sekolah.

Sebenarnya Dara tidak ingin pergi ke sana, tetapi karena banyak yang menyuruh dirinya datang, jadi mau tidak mau gadis itu harus pergi. Pun nenek dan kakeknya juga mengizinkan gadis itu ke sana. Saat ini gadis itu tengah merias wajah, walau tidak bisa melihat, gadis itu sudah hafal di mana letak segala keperluannya serta paham cara berdandan. Walau hanya kegelapan yang ia lihat, tetapi gadis itu sadar, bahwa kekurangannya sekarang adalah sebuah keistimewaannya saat ini.

Senyum gadis itu merekah ketika sudah selesai merias wajah cantiknya. "Make up-ku udah pas, eum coba bisa liat, ya. Pasti aku sekarang cantik banget," ucap gadis itu. Menit selanjutnya, Dara langsung mengambil tongkat miliknya yang berada di samping meja.

Dara keluar dari kamar dan berjalan dengan pelan menuju ruang tamu. Gadis itu sudah paham betul bagaimana letak rumahnya, awalnya ia sangat kesusahan, bahkan makan pun tidak bisa dilakukan karena tidak terbiasa. Irsal dan Siska merasa sedih melihat cucu kesayangan mereka seperti itu, tetapi waktu berjalan dengan cepat hingga gadis itu berada di titik saat ini.

Kegigihan dan keinginannya, Dara bisa menghafal dan mengetahui semuanya. Mulai terbiasa dengan sesuatu yang bahkan tak pernah terpikirkan sangat tidak mudah. Butuh waktu untuk bisa memahami situasi dan diri sendiri. Ikhlas yang harus ia kuatkan, dan untungnya banyak orang yang memberi support terhadap dirinya.

"Sudah siap, Sayang?" Itu pertanyaan dari Irsal ketika melihat cucunya yang kini sudah berdiri di samping dirinya.

"Sudah, Kek. Aku pergi dulu, ya. Assalamualaikum," salam Dara sembari menyalami Irsal dan Siska secara bergantian.

Dara keluar di bantu oleh pembantunya. Hingga sampai di samping pintu mobil, gadis itu lalu masuk dan diikuti oleh wanita paruh baya dengan penampilab sederhana itu. Hingga menit selanjutnya, sang supir melajukan mobil dengan kecepatan rata-rata. Membawa mereka ke sekolah.

******

Sekitar beberapa menit berada di dalam perjalanan. Akhirnya mereka telah sampai di depan gerbang sekolah. Ini untuk pertama kalinya Dara datang ke sekolah ini lagi setelah kejadian dua tahun yang lalu yang merengut kedua orang yang paling ia sayangi.

Berada di sini membuat kejadian itu terlintas di pikirannya. Sempat ia merasa trauma akan hal itu hingga beberapa bulan hanya berdiam diri di rumah saja, tetapi untungnya Daren yang selalu ada dan datang membuat dirinya merasa senang walau hanya sedikit.

"Pak, hati-hati, ya," lirih Dara sembari memegang erat tangan sang pembantu.

"Baik, Non," balas supir itu.

Sang supir pribadi kediaman rumah Dara memasuki mobil dengan hati-hati. Takut terjadi sesuatu yang tidak-tidak kepada mereka dan takut jika trauma Dara terulang kembali. Hingga sampai di depan pintu utama masuk ke dalam sekolah, Dara langsung keluar dari mobil dengan dibantu oleh pembantunya.

Gadis itu berhati-hati dengan memegang tongkat yang dua tahun ini sudah menemani dirinya. Sudah berada di aula, Dara bisa mendengar betapa riuhnya suara di dalam sana.

Dara tersenyum ketika MC di depan sana memanggil namanya. Gadis itu bisa mendengar bagaimana sorak-sorai teman-temannya ketika melihat dirinya datang. Sebenarnya ia masih belum siap berada di keramaian, takut jika teman-teman seangkatan dirinya merasa terganggu karena memiliki teman buta seperti dirinya.

Namun, untungnya, ia memiliki mereka yang mampu menerima dirinya apa adanya bukan karena ada apanya.

"Wah, teman kita ternyata sudah datang semuanya. Kita sambut Dara!" Seruan MC membuat yang berada di sana bertepuk tangan secara bersamaan.

Dara merasa terharu dengan semuanya. Bahkan air mata dirinya sudah turun begitu saja. Teman-temannya sangat menyayangi dirinya. Dua tahun tidak berada di sini, bukan berarti membuat mereka melupakan kebaikan, ketulusan dan keluarbiasaan gadis itu. Dara memang seorang pemimpin yang hebat menurut mereka.

Setelah Dara yakin untuk tidak melanjutkan sekolahnya, membuat mereka merasa kehilangan, kehilangan sosok teman yang baik dan pemimpin yang baik. Dara menangis terharu. Ia sangat bahagia karena teman-temannya menyambut kedatangan dirinya.

"Halo, Dara. Akhirnyaa kamu datang juga, ya. Ini aku, Daren-di sini kami masih menjadi temanmu, Dar. Kamu masih menjadi seorang pemimpin yang terbaik buat kami semua, Happy Graduation, Dara!" Seruan itu berasal dari Daren yang kini berada di depan panggung.

Tangisan Dara semakin menjadi ketika mendengar ucapan Daren yang menyentuh hatinya. Berada di sini dengan orang-orang yang luar biasa membuat Dara tidak bisa menahan tangisnya.

"Dar, kamu masih menjadi orang yang luar biasa buat kami. Seorang pemimpin yang sangat bertanggung jawab buat sekolah. Maafin kami, Dar dan maafin kesalahan aku!" Dara mendengar itu suara milik Tiara.

Di depan sana, tanpa Dara tahu ada Tiara, Daren dan Aldo. Baru dua orang yang sudah menyemangati Dara dan kini giliran Aldo.

"Dar. Kamu orang yang luar biasa, untuk semua kesalahan aku, aku minta maaf, ya, Dar. Aku mohon sama kamu, maafin aku! Dan tetap semangat, Dar. Kamu tidak sendirian di sini, masih ada kami!" Seruan terakhir itu milik Aldo.

Ucapan-ucapan teman-temannya membuat tangisan Dara menjadi-jadi. Kini bayangan di mana ia mendengar sendiri bagaimana perkataan Aldo membuat dunianya seakan runtuh, tetapi apakah ia harus melupakan itu dan menerima permintaan kedua remaja tersebut?

Dara sadar, dirinya sudah sangat keterlaluan terhadap kedua remaja tersebut. Lagian satu tahun yang lalu ia menerima kabar bahwa Aldo dan Tiara sudah resmi putus. Gadis itu memang sudah lama ingin memaafkan Tiara dan Aldo, tetapi karena rasa gengsi yang di miliki dirinya, ia tidak mampu. Lagian ia saat ini sudah melupakan perasaannya kepada Aldo. Hatinya sudah menjadi milik orang lain sekarang. Itu adalah Daren. Mungkin karena rasa nyaman yang diberikan oleh Daren membuat rasa itu timbul begitu saja.

Tiara, Daren dan Aldo berlari menuju Dara ketika melihat gadis itu mengangguk. Senyum di bibir Dara terukir dengan mata yang kini sudah membengkak. Tiba di depan Dara. Mereka lalu memeluk Dara sayang, walau gadis itu tidak melihat raut wajah senang atau pun sedih.

"Terima kasih, Semua! Kalian adalah orang yang luar biasa yang pernah aku temui," pinta Dara.

















Senin, 27 juni 2022

LANGIT YANG TERSELIP (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang