Bagian 12

20 5 35
                                    

Ini tentang bulan.
Tentang ia yang menjadi penerang dikala kegelapan.
Tentang ia yang merasa sendirian.
Tentang bagaimana kuatnya dia menerangi semesta dikala matahari menghilang.

"Dar, kamu cemburu?" Pertanyaan itu keluar begitu saja membuat Dara gelagapan mendengarnya.

Perasaan gugup dan salah tingkah kini Dara rasakan. Ingin menjawab "Iya", tetapi ia malu. Perempuan serba salah sekali, bukan? Gadis itu memilih menggelengkan kepalanya dikala hatinya berdegup kencang.

Aldo mengangkat tangannya lalu menyentuh rambut Dara yang terurai. "Tapi sikap kamu berbeda semenjak kemarin, kamu pasti cemburu, kan?"

"Nggak kok, sikap aku biasa aja, nggak ada bedanya," ketus Dara.

"Nada suara kamu beda," ucap Aldo sembari mengacak rambut gadis itu. Cowok itu tahu jika Dara memang cemburu terhadapnya.

"Ih apa, sih. Tuh bel bunyi!" seru Dara berusaha menghilangkan rasa gugupnya. Gadis itu lalu bangun dari kursi dan berjalan menuju pintu rooftop.

"Cie Dara cemburu cie!" Seruan itu membuat gadis itu ingin sekali menghilang di hadapan Aldo.

"Nggak adaaa!"

Kedua remaja tersebut menghilang di balik pintu bersamaan. Aldo yang sibuk merayu Dara, dan gadis itu kesel mendengarnya. Sebenarnya gadis ini memang ingin mengatakan jujur bahwa dirinya cemburu. Namun, ia kan seorang perempuan dan ia memiliki gengsi yang besar.

Sebaliknya, Aldo peka dengan hal itu. Cowok itu tahu bahwa Dara cemburu sejak kemarin, ia tahu juga bahwa gadis itu suka terhadapnya. Benerapa hari yang lalu, sempat cowok itu mengatakan perasaannya. Namun, sikap Dara membuatnya salah tingkah dan gugup.

Di mata Aldo, gadis itu terlihat berbeda dari gadis lainnya. Mata cantiknya yang dimiliki oleh Dara- Aldo menyukainya. Senyum yang ia perlihatkan membuat jantung cowok itu berdegup kencang.

Masih di koridor sekolah, kedua remaja itu tengah berlarian sembari mengejek satu sama lain. Apalagi Aldo-cowok itu sepertinya kini memiliki hobi baru, yaitu menggoda Dara dan mengejeknya bahwa gadis itu cemburu terhadap ia.

*****

"Mama masak apa, nih?" tanya Dara sambil mendekati sang mama yang tengah berada di ruang dapur.

"Kok lama pulangnya, Sayang?" tanya sang mama.

"Aku tadi harus ke sekolah lain dulu, Ma. Ada yang harus diurus, satu minggu lagi 'kan sekolah kita bakal ulang tahun, dan aku pastikan acara tahun ini akan lebih keren dari tahun sebelumnya," jawab Dara dengan semangatnya yang membara.

"Anak Mama semakin sibuk, ya sekarang. Oh iya, Mama masak makanan kesukaan kamu dan Papa kamu, nih, Sayang," balas Lalita.

"Jadi nggak sabar makan deh aku, perutku dari tadi minta di isi tau, Ma," ujar Dara sembari tekekeh kecil.

"Ma, Mamaaa pernah ngerasa cemburu nggak sama Papa?" tanya Dara.

Lalita menghentikan kegiatannya, mulai menghadap sang putri yang kini tengah menatapnya dengan serius.

"Pernah, kenapa? Kamu sedang merasakan hal itu? Aduh, anak Mama udah besar, ya, ternyata," goda Lalita.

"Ih Mama, tau ah," balas Dara.

LANGIT YANG TERSELIP (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang