Bagian 13

15 4 17
                                    

Manusia merasa dirinya paling sempurna. Nyatanya ia bisa sedih, bahagia, dan merasa tidak bisa mengikhlaskan apa yang telah pergi.

Seorang gadis cantik dengan wajah lelahnya, kini keluar dari ruangan sederhana tersebut. Sudah beberapa kali ia menghela napas beratnya. Hari ini ia merasa sangat lelah karena sejak jam istirahat dimulai, ia mengadakan rapat dan baru selesai beberapa menit yang lalu.

"Perjalanan kita masih panjang, Dar," ucap gadis itu sembari menenteng tasnya dan berjalan menyusuri koridor.

Untungnya hari ini, gadis itu membawa motor sendiri sehingga bisa langsung pulang tanpa memesan ojek online dan tidak menunggu lama lagi.

Sesampainya di tempat parkir itu, Dara langsung mengambil motor dan tanpa ingin berlama-lama lagi, gadis itu kemudian melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata. Di perjalanan pulang, gadis itu sesekali bernyanyi. Beberapa lirik salah ia ucapkan. Namun, itu tidak masalah, yang terpenting bisa menghibur dirinya.

Tidak terasa ia kini sudah berada di depan gerbang rumahnya. Membuka gerbang lalu membawa masuk motornya ke dalam. Gadis itu tidak sabar untuk merebahkan tubuhnya.

Dara membuka pintu rumah dan tak lupa membawa salam tentunya. "Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam, Sayang. Mukanya kok lesu banget, kenapa?" Lalita yang berada di ruang televisi melihat sang anak yang kini tengah berjalan menuju dirinya.

"Habis rapat, Ma. Capek banget, Dara langsung ke kamar, ya," pamitnya. Setelah menyalami tangan sang mama, gadis itu lalu pergi menuju kamarnya.

"Akhirnya," ujarnya dan langsung melemparkan tubuhnya pada kasur big size miliknya tersebut.

"Capek banget, tidur, ah!" seru gadis itu.

Namun, sebelum benar-benar menutup matanya, gadis itu melihat notifikasi yang masuk di ponselnya. Di sana hanya pesan-pesan di grup saja, tidak ada chat dari Aldo.

Karena sang retina tak mampu lagi di buka. Ia pun memilih tidur, tubuhnya hanya butuh istirahat sekarang.

*****

Cowok yang kini sedang mendrible bola terlihat sangat keren dan tampan. Terlebih keringat yang keluar dari tubuhnya menambah kesan tersendiri.

"Sayang, makan dulu!" Suara wanita paruh baya terdengar di dalam sana. Aldo menghentikan permainannya karena mendengar panggilan dari sang bunda. Ia lalu masuk rumah dengan bola yang berada di tangannya.

"Aduh, jangan terlalu keras sama diri sendiri, Sayang. Dari tadi kamu latihan terus dan lupa buat makan," omel Sinta-bunda Aldo.

"Iya, Bunda. Maaf, ya," ucap Aldo sembari mencium pipi sang bunda.

"Ih kamu bau asem bangey, mandi dulu sana baru makan," ujar Sinta.

Aldo mencium wangi tubuhnya dan benar saja apa yang dikatakan oleh Sinta. Tubuhnya kini bau asam. "Hehe bau ternyata, ya udah aku mandi dulu, ya, Bunda."

Sekitar empat puluh menitab berada di dalam toilet, cowok itu kini tengah berjalan menuju ruang makan dengan wajah yang sudah terlihat segar.

"Nah gini 'kan seneng liatnya, wangi juga," ucap Sinta dengan sedikit kekehan.

"Tapi, Bunda, walaupun aku nggak mandi seabad pun tetap cakep," protes Aldo.

"Dih PD banget, anak siapa, sih?"

"Anak Bunda Sinta, dong," balas Aldo.

LANGIT YANG TERSELIP (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang