Jangan Menjadi Angan, Bagian Tiga

84 22 174
                                    


Untuk kita, semoga tidak hanya menjadi angan.

Terlihat seorang gadis masih berada di atas kasurnya. Ini hari minggu dan tentunya harus digunakan oleh Dara untuk sekadar rebahan.

Jarang sekali ia bisa seperti ini. Pasti akan ada hal lain yang selalu membuat waktu weekendnya terganggu. Dan benar saja, perkataan gadis itu benar terjadi.

Nada dering ponsel Dara berbunyi. Gadis itu dengan kesal langsung mengambil benda pipih itu di atas nakas. Tanpa melihat siapa yang menelepon, gadis itu langsung mengangkatnya.

"Halo, siapa?" Pertanyaan itu dilontarkan oleh Dara.

"Lo nggak simpen nomor aku, ya?"

Suara yang sangat familiar membuat Dara spontan bangun. Gadis itu lalu melihat ponselnya yang di sana sudah tertera nama Aldo. Dara menutup mulutnya sebentar lalu menarik napas pelan.

"Eh, enggak gitu, Do. Udah aku save kok. Kenapa, Do?" ujar Dara jujur.

"Hm, kamu nggak mau jalan-jalan sama aku?" Aldo bertanya.

Dara tersenyum mendengar ajakan Aldo. Apa mereka akan melakukan pedekatan? Memikirkan saja sudah membuat gadis itu salah tingkah.

"Eum, ke mana emangnya?" tanya Dara.

"Terserah kamu aja, mau 'kan?" tanya Aldo kembali.

Dara sudah tidak bisa menyembunyikan salah tingkahnya. Ini kesempatannya untuk bisa mengenal Aldo lebih dalam dan juga sebuah kesempatan jalan berdua dengan Aldo adalah pencapaian Dara selama mengagumi cowok itu.

"Iya aku mau." Terdengar kata yes di seberang sana. Dara terkekeh mendengar ucapan Aldo yang masih bisa dirinya dengar.

"Nanti sore aku jemput, ya, Dar. Oh iya, jangan lupa dandan yang cantik." Ucapan Aldo mampu membuat Dara kembali salah tingkah.

Di detik selanjutnya, Aldo mematikan sambungan telepon. Terlihat Dara melirik jam tangannya, di sana sudah menunjukan pukul 10:47 WIB.

"Aku harus make apa, ya? Baju aku keknya nggak ada, deh," ujar Dara sambil berjalan menuju lemari yang tak jauh dari jaraknya.

Gadis itu lalu membuka rak lemari satu-persatu. Ia memang melihat pakaiannya yang sudah banyak di sana. Namun, semua yang ada di lemari sudah pernah ia pakai.

"Apa aku beli baju baru?" Gadis itu berpikir sejenak. Ia bingung harus memakai apa sore ini.

"Jangan deh, cari dulu kali, ya. Siapa tahu ada yang pas nanti," ujarnya sambil mengeluarkan satu-persatu baju yang berada di lemari tersebut.

"Yang ini?" Gadis itu mulai memilih pakaian yang mana yang akan ia pakai. Ia menempelkan satu-satu baju yang ia miliki ke tubuhnya, agar bisa mencocokkan pakaian mana yang dia pakai nanti.

"Aaaaa ... aku bingung milih baju yang mana!"

*****

Dara mulai bersiap. Tadi ia memilih untuk membeli pakaian baru. Katanya malas mencoba satu-satu.

Saking antusiasnya Dara mandi satu jam lebih cepat, gadis itu tidak sabar untuk pergi bersama dengan Aldo. Bisa berbicara dengan cowok itu saja sebuah keajaiban yang memajukan, apalagi bisa jalan berdua dengan cowok itu. Sebuah kesempatan yang tidak bisa ia tinggalkan.

Setelah mendapatkan pesan singkat dari Aldo. Dara langsung cepat-cepat keluar dari kamarnya. Cowok tersebut sudah berada di depan rumahnya. Jangan tanya bagaimana perasaan Dara saat ini, ia tidak bisa menghilangkan rasa gugupnya. Ini pertama kali ia keluar berdua dengan Aldo. Ingat hanya berdua.

Setelah ia berada di depan pintu. Dara langsung berjalan menuju gerbang yang di mana sudah ada Aldo di sana.

"Maaf ya lama," ucap Dara sembari terkekeh pelan. Aldo mengangguk, lalu mengacak pelan rambut Dara.

Sebelum Dara memasang helm tersebut, Aldo lebih dulu menghalangi tangan gadis itu dan membuat Dara bingung dengan apa yang dilakukannya.

Aldo mendekatkan dirinya. Cowok itu dengan hati-hati memakaikan helm tersebut kepada Dara. Jangan tanya bagaimana reaksi gadis itu saat ini, ia hanya terdiam membisu, bingung harus melakukan apa. Deru napas cowok itu menerpa wajahnya, dan itu membuat Dara merasa gugup dibuatnya. Keduanya sangat dekat saat ini. Aldo bingung kenapa dia melakukan ini. Bahkan ia merasakan sekujur tubuhnya dingin.

"Eh!" Dara berusaha mengalihkan kegugupannya. Aldo langsung menurunkan tangannya dari kepala gadis itu. Detik berikutnya mereka terdiam, sampai akhirnya Aldo memulai kembali percakapan.

"Ayo kita berangkat," ajak Aldo. Dara hanya mengangguk. Jantungnya berdetak dua kali lipat lebih cepat dari biasanya.

Aldo menyalakan mesin motornya dan menyuruh Dara naik, setelah itu kedua remaja tersebut mulai tak terlihat.

Aldo dan Dara mengelilingi Kota Jakarta. Melihat bagaimana macetnya kota. Sekali-kali keduanya tertawa bersama. Melemparkan lelucon. Aldo dan Dara merasa nyaman satu sama lain. Merasa nyambung jika berbicara.

"Oh iya. Kamu udah makan?" Aldo bertanya sembari fokus ke depan.

"Belum, kenapa, Do?"

"Yaudah, yuk kita makan. Aku juga belum makan, sekalian makan berdua sama gebetan." Ketika mengucapkan gebetan Aldo memelankan suaranya.

Setelah mendengar persetujuan dari Dara, Aldo langsung menjalankan motornya menuju tempat makan terdekat.

Aldo pun menghentikan motornya ke sebuah restaurant dan pas sekali tempat tersebut dekat dengan taman. Aldo kemudian memarkirkan motornya dan setelah itu keduanya masuk ke tempat itu.

Aldo dan Dara memilih tempat dipojokan karena meja itulah yang tersisa. Banyak sekali pasang mata yang melihat ke arah keduanya.

Ketika sudah duduk di tempat itu. Pelayan pun menghampiri mereka dan bertanya mau memesan apa. Pelayan itu pun memberikan buku yang berisikan menu-menu makanan yang berada di restaurant tersebut.

"Kamu mau pesan apa?" tanya Aldo.

"Pesan aja yang sama kaya kamu," jawab Aldo. Cowok itu pun mengangguk kemudian memberitahukan kepada pelayan itu apa yang ingin mereka pesan.

"Nasi goreng dua porsi, jus jeruk dua, sama ayam goreng dua," ucap Aldo. Pelayan itu langsung menulis semua yang diucapkan oleh Aldo.

"Baik saya ulangi pesanannya, Nasi goreng dua porsi, jus jeruk dua, sama ayam goreng dua porsi," ucap pelayan tersebut. Aldo mengangguk. Pelayan itu pun meninggalkan tempat mereka.

"Dar, aku mau ngomong sama kamu." Aldo tiba-tiba membuka percakapan diantara keduanya.

"Ngomong apa, Do?" tanya Dara.

Aldo menarik lalu membuang napasnya pelan. Ini butuh keberanian untuk mengatakannya. Bukan hanya Aldo yang merasa gugup, Dara juga merasakan hal yang sama.

Apa Aldo mau nembak aku? batin Dara.

"Jadi, sebenarnya aku ..." Belum sempat Aldo melanjutkan ucapannya. Pelayan tersebut sudah datang dengan membawa pesanan dari kedua remaja tersebut.

"Ini, Mas, Mbak pesanannya," ujar pelayan tersebut sembari menata pesanan keduanya di atas meja.

"Terima kasih, Mbak." Pelayan itu pun meninggalkan tempat tersebut.

"Tadi kamu mau ngomong apa?" Setelah mengumpulkan keberanian. Dara bertanya kelanjutan dari ucapan Aldo walau tahu jika kini jantungnya tidak baik-baik saja.

Terlihat Aldo yang berusaha menepis rasa gugupnya. "Jadi gini, aku sebenarnya ..."













Haloo perbestianku!
Gimana sama part ini??
Jangan kupa vote dan komennya!!!!


Senin, 21 maret 2022

LANGIT YANG TERSELIP (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang