Bagian 25

15 2 0
                                    

"Sayang, sarapan dulu, dong." Itu suara Lalita ketika melihat Dara yang tengah sibuk seorang diri.

"Bentar, Ma. Aku anuin ini dulu sebentar," balas Dara sembari fokus terhadap apa yang tengah dilakukan.

"Yaudah, selesai itu langsung makan, ya, Sayang," ujar Lalita.

Wanita paruh baya itu kini kembali sibuk menyiapkan masakannya di meja makan bersama bibi. Kedua wanita itu begitu sibuk dengan apa yang tengah dilakukan. Setelah beberapa saat kemudian, Dara sudah selesai dan kini berjalan menuju tempat makan.

Karena tidak sabar untuk mencoba masakan Lalita, Dara mengambil sendok dan menyicipinya. "Seperti biasa, masakan Mama enak," ucapnya sembari menunjukkan dua jempol miliknya ke arah wanita paruh baya yang menjadi ibunya tersebut.

"Iya dong, Istri siapa dulu." Suara itu tiba-tiba masuk diperbincangan mereka. Terlihat di sana Adnan tengah berjalan menuju mereka.

"Papaaa," panggil Dara sembari berlarian kecil menuju Adnan.

"Udah dari tadi pulangnya, Sayang?" tanya Adnan.

"Iya, Papa. Pa, besok jangan lupa yaa dateng ke acara ulang tahun sekolah, datengnya sama Mama juga," ujar gadis Itu.

"Siap, Sayang. Demi anak papa yang menjadi ketua OSIS ini, Papa pasti dateng," balas Adnan.

"Dara sayang Papa."

"Papa juga dong sayang Dara."

"Aduh ini anak sama papa malah peluk-pelukan. Sini makan dulu, udah dimasakin makanan favoritnya, nih!" Seruan itu dateng dari Lalita yang kini telah kembali dari dapur dan membawa dua gelas di tangannya.

Adnan dan Dara mengangguk lalu mendekati Lalita yang kini tengah menyiapkan alat makan untuk mereka. Sembari menunggu, Adnan dan Dara kemudian duduk di tempat duduk masing-masing.

"Terima kasih, Sayang," ujar Adnan. Lalita hanya tersenyum menanggapi. Wanita itu lalu duduk di samping sang suami sedangkan, Dara berada di sebelah Lalita.

Mereka hanya diam tanpa ingin bersuara, fokus makan. Dara sesekali melirik ponselnya yang sedari tadi berbunyi. Beberapa notif dari grup OSIS-nya muncul, tetapi karena prinsip keluarga mereka tidak boleh ada yang megang ponsel saat makan, gadis itu hanya melirik saja.

"Sayang, besok Papa boleh telat dateng nggak?" tanya Adnan memecah keheningan.

Sebelum menjawab pertanyaan sang papa, gadis itu mengunyah makanannya terlebih dahulu. "Kenapa memangnya, Pa?" tanya Dara.

"Kayaknya besok Papa ada meeting, tapi kalo besok meetingnya bisa diganti sama sekretaris Papa, Papa usahain pergi cepat kok," jelas Adnan.

"Eum, oke deh, Pa. Tapi janji yah harus bisa dateng," ujar Dara sembari mengunyah makanannya.

"Iya, Sayang. Habisin makanannya, terus nanti langsung tidur, besok kamu pasti sibuk banget," ujar Adnan.

Lalita hanya diam melihat percakapan kedua orang tersayangnya. Lalu tersenyum memandangi Dara yang kini kembali sibuk dengan makanannya.

"Anak Mama udah besar, ya sekarang. Kalo apa-apa harus bisa sendiri, ya, Sayang," ujar Lalita tiba-tiba sembari mengelus pelan rambut sang putri.

LANGIT YANG TERSELIP (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang