Hallo, Kita Sudah Sampai di Bagian Sepuluh

27 7 41
                                    

Sorak-sorai penonton terdengar seantero lapangan. Sebelah kanan lapangan terlihat suporter dari tim lawan dan sebelah kiri dari tim Aldo. Dua pihak sangat lincah bermain dalam merebut bola. Kali ini, tim Aldo--lah yang mencetak banyak point.

Seorang gadis dengan senyum cerianya tengah memberi semangat terhadap tim Aldo. Senyum yang sedari tadi ia tunjukkan tak pudar sama sekali. Melihat cowok itu mendrible bola dengan rambut yang bergerak membuatnya terlihat sangat tampan.

"Semangatt Aldo!" Semua pasang mata tertuju kepada Dara. Mendengar gadis itu menyemangati Aldo, membuat mereka berbisik-bisik.

Mata yang tetap fokus memegang bola terhenti sesaat lantaran mendengar seruan Dara. Senyumnya tak kalah manis membuat siapa saja berteriak histeris melihatnya.

Aldo kembali mendrible bola dengan semangat. Membuat tim lawan merasa letih mengejarnya. Sampai ketika menit menuju permainan selesai pun semakin mendengar. Aldo semakin gencar memainkan bola dengan lincah. Saling mengoper di detik-detik terakhir, hingga akhirnya Aldo melempar bola tepat di ringnya.

Suara pluit menggema secara bersamaan bola tersebut yang masuk. Sorakan mulai terdengar dari suporter tim Aldo. Dara menyorak bangga melihat bola masuk tepat di detik terakhir pluit berbunyi. Hari ini sekolah mereka menjadi pemenang. Tim Aldo telah bermain dengan sangat luar biasanya. Aldo terlihat digendong oleh timnya, bersorak nama cowok itu dengan semangat.

Aldo kembali turun dari gendongan salah satu timnya. Ia berjalan mendekati Dara yang kini sedang menunggunya sembari memegang botol air mineral di salah satu tangannya.

"Nih," ujar Dara sambil memberikan botol tersebut kepada Aldo ketika cowok itu sudah berada di depannya.

"Terima kasih, Dar," balas Aldo.

Senyum manis di wajah keduanya tak pudar satu sama lain.

"Kamu hebat banget mainnya. Keren," puji Dara.

"Aku nggak hebat, tim aku yang luar biasa kerja samanya, Dar," balas cowok itu sambil tersenyum lalu mengacak pelan rambut Dara.

"Tapi cara kamu main hebat, kamu nggak denger tadi teriakan mereka nyemangatin kamu?" Nada biacara kata terakhir yang ia ucapkan terdengar seakan tengah cemburu.

Aldo mengangkat satu alisnya. "Kamu cemburu, ya?" Pertanyaan itu membuat Dara salah tingkah.

"Ih eng ... nggak kok. Aku mau pulang." Jawaban Dara tidak diindahkan oleh Aldo. Cowok itu malah tertawa mendengarnya.

"Iya iyaa, tunggu bentar lagi, aku ke sana dulu baru kita pulang," ujar Aldo. Dara hanya mengangguk, ia masih malu dengan pertanyaan Aldo tadi.

Sembari menunggu Aldo yang tengah menerima hadiah, Dara berniat untuk duduk sembentar ke bangku yang tak jauh darinya. Namun, baru saja ia ingin mendudukan bokongnya, suara Aldo menghentikannya.

"Dar, sini," panggil Aldo. Mau tak mau, gadis itu berjalan menuju cowok itu. Banyak pasang mata meliriknya dengan berbagai tatapan.

"Kenapa, Do?" tanya gadis itu ketika sudah berada di samping Aldo.

"Mau foto bareng, nggak?" Aldo bertanya balik. Belum sempat menunggu jawaban dari Dara. Aldo langsung merangkul pinggul gadis itu yang membuat Dara panas dingin seketika.

Tangan Aldo sudah berada di pinggulnya. Ingin sekali ia teriak. Namun, harus tetap cool. Semua yang ada di lapangan menyoraki keduanya, Dara tak mampu menahan malu dengan perlakuan tiba-tiba dari cowok tersebut.

"Senyum, Dar." Setelah mendengar pinta dari Aldo. Dara terlihat tersenyum kaku sekali. Kamera yang siap memotret keduanya mulai menghitung mundur angka tiga-satu.

LANGIT YANG TERSELIP (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang