Ini Bagian Empat

69 17 117
                                    


"Tadi kamu mau ngomong apa?" Setelah mengumpulkan keberanian. Dara bertanya kelanjutan dari ucapan Aldo walau tahu jika kini jantungnya tidak baik-baik saja.

Terlihat Aldo yang berusaha menepis rasa gugupnya. "Jadi gini, aku sebenarnya ..."

"Kamu gugup, ya?" Pertanyaan yang dilontarkan oleh Dara membuat Aldo mau tidak mau tertawa mendengarnya. Cowok itu lalu mengacak pelan rambut gadis itu saking gemesnya.

"Lain kali deh aku jujurnya," ujar Aldo.

"Kok lain kali?" Dara bertanya dengan alis yang bertaut.

"Nggak papa lain kali aja biar seru," jawab Aldo. "Lanjut makannya," sambung cowok itu.

Mau tak mau, Dara hanya mengangguk saja. Degup jantungnya yang tadi berdetak tak karuan, kini sudah tenang seperti biasa. Gadis itu kembali menyuapkan makanannya ke dalam mulut, begitu juga dengan Aldo. Tidak jarang, cowok itu melirik Dara sekilas dengan senyum manis dikedua sudut bibirnya.

Dara masih terlihat serius menyantap makanan miliknya, tanpa sadar jika sedari tadi Aldo menatapnya. Jika gadis itu tahu, bisa dipastikan ia akan salah tingkah untuk kesekian kalinya.

Bangunan super nyaman dengan berbagai hiasan yang ada di beberapa sudut dan menjadikannya terlihat lebih indah. Deretan meja dan kursi yang ditata sedemikian rupa banyak dipenuhi oleh berbagai kalangan, terlebih pada remaja.

Aldo sengaja memilih tempat yang tidak begitu ramai agar dapat lebih menikmati waktu santai dengan Dara.

"Suka tempatnya, nggak?"

Dara mengangguk bagaikan anak kecil. "Iya suka banget. Makanannya juga nggak kalah enak. Kamu sering ke sini?"

"Iya, tapi nggak sering juga. Cuma pas lagi mau aja," katanya lalu menyeruput minuman yang dia pesan.

Dara hanya membalas dengan anggukan. Dia sedang sibuk melahap makanannya.

"Kamu mau nambah? Laper banget, ya?"

"Hah? Nggak, kok. Cuma makanan ini enak banget. Aku paling suka sama udang pedas manis kayak gini." Dara lalu mengelap mulutnya.

Aldo mengangguk. Makanan mereka kini telah raib. Namun, keduanya masih menikmati suasana cafe yang asik. Cowok itu mengambil ponselnya lalu diam-diam mengabadikan wajah Dara melalui kamera.

"Eh kok?" Dara yang tadinya sedang melihat-lihat keramaian cafe, langsung menoleh karena cahaya kamera Aldo. "Mana coba aku lihat hasil fotonya."

Dengan jahil Aldo mengangkat tinggi-tinggi ponselnya. Dara yang berada di hadapan cowok itu jadi kesusahan dan terus memajukan badan hingga tanpa sadar wajah mereka sangat berdekatan.

"Eh ma ... maf aku nggak sengaja." Dara kembali menjauhkan diri.

"Hahaha ... iya-iya. Kamu lucu banget kalo dari dekat, dari jauh gemesin, dari kanan kiri atas bawah juga cantik."

Dara tersenyum, untuk kesekian kalinya wajah gadis itu memerah. "Kamu ngegombal banget." Gadis itu tak mampu menghilangkan rasa salah tingkahnya terhadap Aldo.

Entah mengapa Aldo terlihat berbeda saat ini. Namun, wajahnya tetap saja tampan seperti biasanya. Hari ini, cowok itu sering sekali membuat Dara terlihat bodoh atas perlakuan yang diberikan olehhya.

*****

"Bye ...."

Dara melambaikan tangannya dengan begitu ceria. Sebelum memakai kembali helmnya, Aldo tersenyum tipis melihat keceriaan gadis itu.

"Terima kasih untuk hari ini, Do," ujar Dara dengan senyumnya yang tak pernah pudar sejak tadi.

"Sama-sama, Dar," ujar Aldo sembari memakai helmnya. Kemudian cowok itu berpamitan pergi dan melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata.

LANGIT YANG TERSELIP (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang