Sempurna?, Baik Ini Bagian Sembilan

39 9 52
                                    

Rapat evaluasi OSIS telah dimulai beberapa menit yang lalu. Dara yang sebagai pemimpin tengah berbicara dengan serius. Mimik wajahnya terlihat menahan kesal sedari tadi.

"Aku mohon banget sama kalian, tolong kerja samanya, beberapa minggu lagi sekolah kita akan merayakan ulang tahun," jelas Dara.

Terlihat semua anggota serentak mengatakan, "iya". Dua minggu lagi acara penting akan dimulai, dan mereka harus memaksimalkan kinerja mereka dari sekarang. Ulang Tahun sekolah adalah sesuatu yang selalu ditunggu, di mana semua alumni dari tahun ke tahun, murid-murid, serta guru atau bahkan wali kota akan datang dan itu sangat seru.

Acara tahun lalu tidak kalah serunya, bahkan mereka mengundang artis papan atas untuk mengisi acara, dan tahun ini tidak kalah kerennya karena beberapa anggota OSIS mengusulkan nama artis terkenal yang akan diundang.

"Ada yang ingin mengusulkan lagi?" Kali ini yang bersuara adalah sekretaris OSIS.

"Gimana kalo Tulus? Dia nyanyinya keren bnaget." Salah satu anggota mengusulkan lagi.

"Oke kita simpan, jadi apa ada lagi? Kalau ngak ada biar aku sebutin siapa aja artis yang kalian ngusulin tadi," jelasnya.

"Nggak ada!" seru mereka.

"Baik, ini nama beberapa artis yang tadi kalian ngusulin, satu ada Rizky Febian, dua ada Betran, ketiga ada Tiara Andini, keempat ada Tulus, nah itu dia nama-nama artis yang tadi kalian ngusulin," jelas sekretaris tersebut. "Jadi untuk rapat besok, kita fix-in siapa yang bakal kita undang dari keempat artis tersebut," sambungnya.

"Baik apa ada tambahan dari kamu, Dar?" tanya sekretaris tersebut.

Dara mengangguk kemudian mengatakan, "pokoknya, kita harus meriahkan acara ulang tahun kali ini, bawa nama OSIS yang lebih baik dari sebelumnya, semangat semua!"

"Baik, karena tambahan dari ketua OSIS kita telah selesai, rapat pun telah selesai, jadi untuk kita semua, harus dimaksimalkan untuk acara ulang tahun minggu depan, dan jangan ada yang ngaret untuk jaga gerbang, karena itu tugas kita. Oke, semangat!" seru sekretaris itu.

Semua yang berada pada ruangan itu bersorak semangat untuk memaksimalkan kinerja mereka. Dua minggu lagi acara yang ditunggu-tunggu akan dimulai, dan mulai senin besok, mereka harus mulai merapatkan segala kebutuhan yang diperlukan saat acara besar itu.

Satu persatu anggota OSIS keluar dari ruangan tersebut. Dara, sekretaris dan pengurus inti lainnya memilih diam di tempat karena masih ada yang harus dilakukan.

"Dar, aku ke kelas duluan," pamit Tiara. Dara mengiyakan saja, sedangkan Tiara kemudian menghilang dari pintu ruangan itu.

Dara terlihat serius menjelaskan apa yang menjadi pertanyaan teman-temannya. Gadis tu dengan lincah berbicara membuat yang lain mendengarkan dengan cermat.

"Acara ini sangat ditunggu oleh banyak orang, Gio, kamu sebagai kepala bidang yang menyelenggarakan acara ini harus cari tau, sponsor apa yang akan kita butuhkan, untuk kamu, Helmi, cari tahu apa aja kebutuhan acara ini dan jangan lupa tanya-tanya ke alumni OSIS tahun lalu, siapa tahu mereka bisa bantu kita ngerayain acara besar ini," jelas Dara. Yang disebutkan namanya mengiyakan, paham akan ucapan gadis itu.

"Ya sudah, karena bel masuk sudah berbunyi dari tadi, silakan kalian masuk ke kelas lagi," ucap Dara.

*****

Bel pulang telah berbunyi lima menit yang lalu dan kini Dara dan juga Tiara tengah merapikan alat tulis di atas meja. Kedua gadis cantik itu sama-sama terlihat serius. Beberapa teman sekelas mereka sudah keluar dan tinggal lima orang yang tersisa di sana. Saat selanjutnya, kedua gadis itu lalu keluar dan berjalan menuju parkiran. Hari ini Tiara membawa motornya sehingga Dara akan pulang bersama gadis tersebut.

Hendak naik motor, kedua gadis itu dihentikan oleh sebuah suara seseorang yang sangat Dara kenal. Hari ini Dara dan Aldo tidak bertemu sama sekali, karena keduanya sama-sama sibuk sehingga tidak bisa bertemu.

Tiara dan Dara secara bersamaan menengok ke belakang, melihat Aldo yang kini tengah memakai seragam basketnya. Ketampanan cowok itu kini semakin menjadi ketika memakai pakaian tersebut.

Terlihat Aldo menghampiri keduanya yang kini tengah menapatnya. "Dar, jangan lupa nonton aku basket, ya," ucap cowok itu ketika sudah berada tepat di depan Dara.

Untung saja Aldo menghampiri dan mengingatkannya. Sebenarnya gadis itu lupa bahwa hari ini-lah Aldo tanding, tetapi untungnya cowok itu datang mengingatkan.

"Eh, iya, Do. Nanti aku nonton kok, acaranya di sekolah kita, kan?" tanya Dara. Aldo mengangguk mengiyakan ucapan gadis itu.

"Ya sudah, aku kembali ke lapangan dulu, mau siap-siap tanding. Tim lawan bentar lagi nyampe deh kayaknya," ucap Aldo sebelum benar-benar pergi.

"Oo, ya udah. Ra, kamu pulang duluan aja, ya. Aku mau liat Aldo tanding dulu," ucap Dara.

"Terus nanti kamu pulang sama siapa?" Tiara bertanya.

"Nanti Dara pulang sama aku." Itu adalah suara Aldo. Cowok itu akan mengantar Dara pulang nantinya. Dara kira , cowok itu sudah meninggalkan mereka. Namun, nyatanya ia masih di sana.

"Ya sudah, aku pulang duluan, ya." Tiara melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata hingga gadia itu menghilang dari pandangan Dara dan Aldo.

"Yuk ke sana, Dar," ajak Aldo.

Keduanya teihat serasi ketika berjalan. Di mana Aldo yang berada di samping gadis itu. Bahkan beberapa pasang mata menapa mereka dengan perasaan iri.

Perasaan iri memang selalu timbul di hati manusia. Ketika melihat sesuatu yang membuatnya merasa ingin. Namun, tidak bisa di dapat dan hingga akhirnya mereka hanya mampu untuk melihat.

Namun, tak jarang, perasaan iri membuat mereka lupa akan dirinya. Remaja zaman sekarang memang seperti itu.

Aldo dan Dara kini telah berada di pinggir lapangan basket. Keduanya selalu diperhatikan sedari tadi. Ketua Tim Basket dan Ketua OSIS tengah berada dalam satu tempat umum dan membuat siapa saja iri melihatnya.

Siapa yang tak ingin dekat dengan Aldo? Siapa yang tak ingin dekat dengan Dara? Semuanya merasa ingin dekat dengan keduanya. Bisa berbicara dengan mereka saja sebuah sesuatu yang patut disyukuri. Untungnya, kedua remaja itu memiliki sifat ramah yang sama, sehingga beberapa murid menyukai keduanya.














Ada yang tak mampu diutarakan, ketika hati sulit menjelaskan. Perasaan apa yang kini semakin menjadi ketika melihatnya tersenyum sangat menawan.

Ia menyesal tidak mampu menyimpan senyum manisnya yang selalu menjadi candu.

Mata indah miliknya seakan membuatnya terpesona. Keindahan ciptaan Tuhan memang sangat indah.

Jejak ilusi semakin menjadi,
Jejak imajinasi selalu terdepan,
Apa kini jejak hatinya akan berlabu?

Harapan ingin selalu menjadi yang utama. Mengingingkan semua hal yang ingin dirasakan.

Cukup, ia sudah tak mampu mengucapkan kata lain selain "Sempurna"






Kamis, 14 April 2022

LANGIT YANG TERSELIP (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang