Sepertinya ini bagian sebelas

27 6 34
                                    

Semuanya berawal dari mata, singkat. Namun, sampai ke ulu hati.

*****

Terik matahari begitu menyengat siang itu. Sekelas merasakan panas, bahkan AC yang berada di ruangan itu sangat tidak terasa dinginnya.


"Njir panas banget!" Salah satu teman sekelas Dara berseru.

"Iya, panas banget, ini kayaknya matahari lagi cemburu, deh," ujar Disa-teman kelas Dara.

"Dar, kita nggak rapat mengenai lomba apa aja yang bakal diadain nanti?" Kali ini Tiara yang bersuara.

"Besok baru kita rapat, hari ini aku harus ke sekolah lain dulu," balas Dara sembari memfokuskan pandangannya ke arah angka-angka yang tadi ia tulis.

"Jam berapa ke sana? Ada yang temanin?" Sekali lagi Tiara bertanya.

"Kayaknya besok sama Daren," jawab Dara lagi. Daren adalah wakil OSIS.

"Oh yaudah."

"Njir kenapa masih panas? Sedangkan sudah 30• nih AC--nya," ujar Riko-salah satu teman laki-laki yang berada di kelas Dara.

Yang benar saja, hari ini matahari sepertinya memang sedang cemburu. Benda luar angkasa itu sedang tidak baik-baik saja sama hal--nya dengan gadis yang masih saja fokus dengan angka-angka yang berada di buku tulisnya.

Entah kenapa, sedari tadi jawabannya singkah bahkan tanpa ekspresi. Tidak biasanya ia seperti itu. Tiara yang sejak tadi membuka percakapan sudah merasa tak mampu lagi melihat sikap Dara yang terkesan cuek hari ini.

Apa mungkin karena kejadian kemarin? Gadis itu cemburu? Hm, hanya Dara yang tahu bagaimana isi hatinya.

"Kamu kenapa, sih dari tadi cuek banget." Tiara yang tak sanggup melihat sikap Dara yang berbeda langsung bertanya to the point perihal  gadis itu yang cuek.

"Nggak papa," jawabnya.

Tiara hanya menghela napas pasrah. Sudahlah mungkin sahabatnya membutuhkan waktu untuk sendiri.

*****

"Daren, udah bikin proposal buat kita bawa ke SMAN 2 besok 'kan?" Dara bertanya ketika sudah berada di ruangan OSIS dan melihat Daren yang entah sedang apa.

"Sudah, Bu Ketua," jawab Daren sembari memberi hormat kepada gadis itu. Dara terkekeh melihat tingkah wakilnya yang selalu membuat dia dan anggota lain tertawa.

Cowok itu memang memiliki sikap humoris, jadi cocok untuk menjadi pencair suasana saat rapat. Entah mengapa, saat pemilihan OSIS, gadis itu memilih Daren untuk menjadi wakilnya.

"Emang nggak salah aku milih kamu jadi wakilku, Ren." Pujian dari Dara membuat cowok itu memainkan sebelah matanya.

"Ya sudah, aku ke kantin dulu, laper banget. Kamu nggak nitip, nih?" Dara bertanya.

"Nggak deh, Bu Ketua," jawab Daren. Saat setelah itu, gadis itu langsung keluar dan menghilang dari pandangan Daren.

Berjalan seperti biasa menuju kantin. Tidak jarang banyak yang menyapa gadis itu. Namun, entah kenapa, sikapnya hari ini benar-benar berbeda. Yang dulunya jika ia disapa, maka gadis itu akan menyapa balik atau bahkan mengucapkan sepatah-kata dan hari ini, gadis itu hanya tersenyum sedikit saja.

LANGIT YANG TERSELIP (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang