Huh, Sudah Bagian Enam

46 12 85
                                    

Bahkan detak jantungnya aku bisa merasakannya.

Rasa yang sejak dulu untuknya, kini semakin menjadi. Bersamanya, membuat gadis itu tahu bahwa ia tak pernah sendiri di dunia ini. Masih ada orang yang sangat peduli padanya. Salah satunya adalah Aldo.

Aldo akhir-akhir ini selalu ada disaat dirinya butuh bahkan mampu menjadi pendengar yang baik.

Cowok itu selalu mampu membuat Dara menjadi dirinya sendiri, walau terkadang gadis itu masih malu-malu atas perlakuan Aldo yang terbilang tiba-tiba.

"Kenapa kamu ngelamun?" Suara itu menyadarkan Dara dari lamunannya.

"Eh, nggak papa kok, Do. Oh iya, makasih banyak, ya udah mau dengerin curhatan aku," ujar Dara. Aldo tersenyum menanggapi kemudian mengacak pelan rambut Dara dengan gemesnya.

*****

"Dar, kenapa? Kok nggak makan?" Tiara bertanya ketika melihat Dara yang tak biasa.

Dara mendongangkan kepalanya ketika mendengar ucapan Tiara. Ia memang belum sempat mengatakan apa yang terjadi tadi. Ia sedikit takut jika memberitahu Tiara tentang itu.

"Ada sesuatu yang membuat kamu terganggu, Dar? Cerita jangan dipendem kek gini," ujar gadis itu lagi.

"Nggak ada kok, Ra. Cuma lagi nggak napsu makan aja." Gadis itu terpaksa bohong. Ia tidak mau masalah ini semakin besar nantinya. Jadi cukup ia dan Aldo saja yang tahu.

"Jangan bohong, Dar. Aku tahu bagaimana kamu," ujar Tiara.

"Beneran kok, aku nggak papa. Yuk lanjut makan aja." Setelah mendengar jawaban dari Dara. Gadis itu hanya mengangguk saja tidak ingin melanjutkan pertanyaannya. Baru kali ini Tiara melihat Dara yang terdiam, biasanya gadis itu akan cerewet kepadanya.

Setelah ucapan Dara berakhir. Keduanya sudah tidak berbicara lagi. Tiara yang fokus makan dengan berbagai pertanyaan yang sangat ia lontarkan kepada Dara, sedangkan gadis itu hanya terfokus dengan makanan tanpa ingin menyentuhnya.

Kesunyian membuat keduanya canggung. Sampai akhirnya, Tiara mengajak Dara kembali ke kelas karena bel masuk akan berbunyi lima menit lagi.

Tanpa mengatakan sepatah kata pun. Dara dan Tiara kembali duduk di tempatnya. Hanya bermain ponsel sembari menunggu bel masuk berbunyi.

*****

Kedua remaja itu melangkah menuju parkiran. "Dar, kalo ada apa-apa kasih tahu aku, jangan diam kayak tadi," ujar Tiara. Yap, dia sudah mengetahui karena tadi saat berada di kelas.

Dara tak kuasa jika menyembunyikan apapun kepada Tiara, karena biasanya ia selalu memberitahukan kepada sahabatnya tersebut.

"Maafin aku ya, Ra. Aku janji kalo ada apa-apa aku bakal selalu cerita sama kamu," ujar Dara.

Tiara tersenyum mendengar tuturan kata dari Dara. Keduanya melanjutkan langkah menuju parkiran yang kini sudah tak jauh di pandang.

"Oh iya, Dar. Aku lupa, tadi Aldo dateng ke kelas pas kamu ke toilet, dia bilang bakal pulang sama kamu, nah itu dia!" seru Tiara ketika melihat Aldo yang kini sudah berada di samping motor miliknya.

Dara mengangkat satu alisnya sembari melihat ke arah tunjukan Tiara. Dan benar, Aldo berada di sana.

"Ya udah, aku pulang dulu, kayaknya mama udag ngejemput," pamit Tiara. Dara mengangguk, ketika sahabatnya telah hilang dari pandangannya. Aldo berjalan mendekat dengan membawa helm yang biasa di pakai oleh gadis itu.

LANGIT YANG TERSELIP (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang