Tulisan yang Tak Seberapa, Bagian Delapan

31 9 62
                                    

Kepada laki-laki yang ku kagumi ketegasannya, kuharap engkau membaca bait yang ku rasa di dalam jiwa, ku titipkan pada tulisan yang tak seberapa.

Langkah kaki Dara terhenti, ketika melihat sang pujaan hati yang berada di tengah lapangan sembari memegang sebuah bola basket. Dari jarak yang lumayan jauh tak membuat Dara kehilangan gerak-gerik cowok itu.

Bahkan gadis itu bisa melihat bagaimana keringat Aldo mengalir di setiap lekukan wajahnya. Rasanya seakan tidak ingin mengalihkan pandangan ke arah lain, hanya untuk melihat sang pujaan hati yang tengah latihan.

Dara tersenyum ketika melihat Aldo mencetak point, senyum di bibir cowok itu tak pudar ketika berhasil menambah angka untuk timnya. Setiap hari mereka latihan, karena besok cowok itu akan bertanding melawan sekolah lain.

Dara tak henti-hentinya melirik cowok itu. Namun, tiba-tiba tak sengaja Aldo melihatnya dan itu membuat Dara salah tingkah, sebab ia bingung harus bersembunyi di mana. Tak disangka oleh gadis itu, bahwa Aldo tersenyum ketika melihatnya yang tengah kebingungan.

"Dar!" panggil Aldo sembari mengangkat tangannya seakan menyuruh Dara untuk menunggunya di tempat tersebut.

Dara melihat Aldo yang kini tengah melangkah mengarah kepadanya. Wajah gadis itu terlihat serius ketika memandang gerak-gerik cowok tersebut.

Bahkan Archimedes dan Newton pun tidak tahu ion-ion apa yang membuatku begitu menganggumimu, batin Dara.

"Hai, ngapain ke sini?" Pertanyaan itu dilontarkan oleh Aldo ketika sudah berada di depan Dara.

"Eh, anu ... eum ... tadi habis ke sana, oh ini buat kamu." Ucapan Dara terbata-bata, bingung harus mengatakan apa. Namun, untungnya botol isi air minum yang ia pegang menyelamatkan alasannya.

Aldo hanya mengambil saja botol yang berisikan air mineral yang diberikan oleh Dara. "Terima kasih, Dar," ujar Aldo.

"Ya udah, aku ke kelas dulu, ya, Do," pamit Dara. Namun, belum sempat ia melangkah, Aldo memegang tangannya sehingga membuat gadis itu berhenti.

"Kenapa, Do?"

"Itu besok 'kan aku tanding basket, nah kamu dateng, ya," ucap Aldo.

"Siap, besok aku dateng kok," balas Dara. "Ya sudah, aku ke kelas dulu, takut ntar guru masuk lagi," sambungnya.

Setelah Aldo menjawab, Dara akhirnya pamit dan berjalan menuju kelasnya dengan rasa gugup yang sudah tidak karuan.

*****

Tidak lama ketika Dara masuk ke kelas, guru Matematika telah datang. Sekelas dengan sigap siap mendengar penjelasan dari guru tersebut. Walau terkadang tidak jarang murid-muridnya merasa ngantuk dan bosan dengan penjelasannya. Berbeda dengan Dara, gadis itu terlihat senang. Namun, bukan karena pelajaran Matematika yang menyenangkan, tetapi dikarenakan Aldo yang tadi mengajaknya untuk menonton dirinya yang bertanding.

Melihat tingkah Dara yang seperti disambat oleh makhluk halus membuat Tiara menyenggol sahabatnya tersebut. Takut jika Dara kesurupan.

"Kamu kenapa? Dari tadi aku perhatiin senyum-senyum sendiri," tutur Tiara.

"Eum, nggak ada, hehe," balas Dara yang di akhiri dengan kekehan khasnya.

LANGIT YANG TERSELIP (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang