01- Perusak Suasana

461 32 1
                                    

Siang itu, mataharinya terik sekali. Tapi siswa kelas 12 itu tetap berbelanja di kantin luar sekolah dengan ramai sepulang sekolah. Jisung hendak mengambil minumannya tapi orang lain menyerobot begitu saja.  "Hoi, itu minuman terakhir dan aku yang mendapatkannya lebih dulu. Kembalikan, seenaknya saja kau mengambilnya dariku. Bu aku beli ini ya, tapi aku hari ini hutang lagi" ujar Jisung santai sembari meminumnya setengah

"Aah dasar kalau begitu, itu untukku saja. Aku mampu membayarnya" dumal orang itu tepat disebelah Jisung membuat Jisung terpancing emosi

"Mau? Ini untukmu" rambut orang itu basah dengan minuman tersebut karna habis diguyur oleh Jisung

Semua orang di kantin memperhatikan itu, Jisung kemudian meraih tasnya dengan asal setelah membuang asal botol minuman itu dan berjalan pulang. Tidak peduli dengan umpatan atau perkataan buruk tentangnya dibelakang sana.

"Maaam, aku pulaanggg..." suara Jisung memelan kala melihat dua orang tamu duduk di sofa. Ada ayahnya juga yang mana mereka bertiga menatapnya. Apalagi tatapan aneh dengan sorot menelesik itu jatuh pada seorang pria yang tentu saja Jisung kenal siapa orang itu.

Jisung merasa canggung seketika, karna penampilannya yang berantakan, berkeringat, bau matahari dan juga memberi kesan yang tidak sopan. Namun ia menolak rasa canggung itu dan mulai tersenyum tampan. "Selamat si—."

"Masuk kamarmu" potong ayahnya

Jisung menutup rapat bibirnya dan segera masuk ke kamar, tak lama saat hendak berganti pakian ibunya masuk ke kamarnya. "Mandi lalu pakai pakian yang pantas, jangan pakai pakian yang jelek. Dibawah ada tamu"

"Maam, bajuku memang seperti itu bentuknya, lagipula apa pentingnya memakai baju yang bagus. Apa aku harus menyambut tamu dibawah dengan tarian hawai? Selamat datang tamu, ayo senyum akan ku buatkan kalian kopi atau teh? Atau kalian mau teh olong?" Jisung mulai berakting

"Jangan bawa sifat ini dirumah, mama tidak pernah mengajarimu berbicara seperti itu. Temui mereka dan sapa setelah apa yang mama katakan padamu tadi" tegas ibunya lalu keluar dari kamar Jisung

"Aaaarggh iyaa"

Jisung melempar seragam sekolahnya asal, untuk apasih pria itu datang kemari. Si perjaka tua itu, wajahnya menyebalkan, pelit, dan juga tidak asik.

"Kami senang sekali kalau niatmu baik nak. Tapi apa kau tidak keberatan, Jisung susah diatur" kata ayah Han

"Aku tidak keberatan sama sekali" Changbin menggeleng sopan tak lupa tersenyum

Jisung turun dari tangga, pandangannya bertemu lagi dengan si perjaka tua bernama Seo Changbin itu. Namun melihat ibu dari si perjaka tua itu tersenyum kearahnya. Jisung membalas tersenyum "Nyonya Seo mau minum apa?" tanyanya sopan

"Ah jangan repot, aku hanya sebentar" balas perempuan itu seraya tersenyum manis meskipun dia sudah tua

"Eh tidak apa-apa. Anggap saja rumah sendiri" sahut ibunya Han

"Biar ku buatkan teh ya nyonya?" Jisung menawarkan tanpa bertanya pada Changbin sang tamu juga

Nyonya Seo mengangguk dengan senyum manis. Changbin pun bertanya "Apa aku boleh membuat kopiku sendiri?"

"Tentu saja, minta air panas pada Jisung didapur ya"

Changbin berjalan ke arah dapur dimana Jisung membuat air panas. Laki-laki berumur 18 tahun itu menoleh agak terkejut karna Changbin pria 30 tahun itu datang tiba-tiba mengambil toples bubuk kopi didekatnya. "Ini terakhir kali kau minum kopi dirumahku" ucap Jisung sembari menuang air panas pada cangkir kopi Changbin

"Terserah" jawab Changbin cuek

Jisung menoleh menatap Changbin yang kini mengaduk kopinya "Lagipula, apasih yang kau bicarakan dengan kedua orangtua ku? Sore hari begini?"

"Aku mau cari pembantu"

Jisung terbahak "Pembantu katamu? Pftt Dasar manusia aneh. Oh tunggu! aku mencium bau-bau perjaka tua yang ingin segera menikah. Astagaaa.. Itu darimu ya hahaha" Jisung kembali tertawa membuat Changbin memicing menatapnya. Bocah itu memang menyebalkan.

Tapi Jisung tidak peduli jikalau ucapannya membuat orang lain tersinggung, ia tetap membawakan tiga cangkir teh ke ruang tamu tanpa tahu kalau Changbin mulai tersenyum remeh dengan gelengan ringan.

"Mau ya, menikah dengan Changbin?" tanya nyonya Seo membuat Jisung terkejut

Kemudian Jisung tertawa renyah "Ah nyonya Seo bisa saja, perjaka tua itu sering pulang dengan pacarnya, masa dia ingin menikah denganku hahaha" tawa itu memenuhi ruangan yang sunyi

Jisung meredakan tawanya ketika semua mata memandangnya, sepertinya perkataan mereka serius belum lagi ibunya yang terlihat berkedip mengontrol sikapnya yang tidak sopan.

"Ah maaf ya, Jisung cuma terkejut makanya dia seperti itu. Dia pasti mau" ujar sang ibu membuat Jisung menoleh cepat kearahnya dengan gelengan ribut "Maaam" rengeknya pelan

"Mungkin Jisung perlu waktu? Kami tidak memaksa kalau belum siap" sahut nyonya Seo dengan tersenyum, Jisung kemudian bersikap santai sembari menatap Changbin yang sedang minum kopi

"Iyaaa itu benar, aku perlu waktu untuk berpikir. Kau tidak ingin menikah terlalu terburu-buru kan bro denganku?" tanya Jisung dengan kedua alis yang dinaik turunkan kearah Changbin "Nanti sehabis kau menikahiku, kau menjadikanku pembantu seperti katamu didapur tadi hihi" tambah Jisung lagi sembari terkikik tak lupa tersenyum miring meledek Changbin yang wajahnya panik

Ayah Jisung merasa tidak enak hati dengan tamunya, apalagi ucapan Jisung yang sama sekali tidak sopan. Bukannya dibela dan dipercaya, Jisung malah diomeli "Pelankan bicaramu. Membuat ayah malu saja" bisik ayahnya dengan mata melotot

Malu, itulah yang bisa menggambarkan keluarga Jisung sore tadi. Kini Jisung harus mendengar celotehan orangtuanya yang menyebutnya kurang sopan, harus ini dan itu.

"Pa, aku hanya ingin masa mudaku panjang" Jisung berkomentar

"Hal ini tidak akan merenggut masa mudamu Hanie" balas sang ibu

"Tidak darimana, kalau kalian saja menyuruhku menikah dengan si perjaka tua itu"

"Jangan bilang begitu"

"Itu kenyataan"

Mendengar Jisung menyahut setiap kali di beri saran, sang ayah mengangkat tangan lelah "Aku menyerah"

"Dengar Hanie, mama tau kau menyukai masa remajamu. Tapi permintaan ini, bisakah kau menuruti kami sekali saja? kau tidak keberatan kan kalau mama mau kau menikah dengan Changbin?"

"Itu lagi, mam.. kau bisa lihat sendiri kan perbedaan umurku dengannya. Dia jadi pacarku saja tidak cocok, apalagi menjadi pasangan hidupku, dia pantasnya menjadi...bodyguard hahahaha" Jisung tertawa ditengah suasana yang serius membuat ibunya geram

"Sudah Han Jisung, tidak ada lagi bercanda, ini bukan lelucon seperti yang kau kira. Mama dan papa bersungguh-sungguh. Kalau kamu tidak mau berubah, mama akan menikahimu dengan Changbin secepatnya" setelahnya ibunya bangkit berdiri beserta ayahnya meninggalkannya diruang tamu sendirian

"Ah maaaam?! Ayolah aku masih ingin bersenang-senang? Maam!" pekiknya nelangsa






Note
tes ombak dulu, guys makasih kalo kalian udah pencet cerita ini. btw cerita ini terinspirasi di kehidupan nyata bedanya ceritanya gak sedrama disini ya wkwk. entahlah aku emang pengen binsung ada storynya karna selalu gak jadi" trs kalo mau buat. so ya semoga suka, cerita ini juga cuma buat having fun aja ya dont take it seriously 😋✨

GILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang