05- Rumah Felix

137 21 0
                                    

Changbin tidak bisa menahan senyum disepanjang perjalanan. Apalagi saat ia bertanya kearah mana jalan menuju sekolahnya Han. Walaupun Changbin tahu Han sekolah dimana. Remaja 18 tahun itu tetap menjawabnya dengan singkat sembari membawa pandangan ke samping melihat ke jendela, sepertinya dia enggan jika berpandangan dengan Changbin.

"Stop-stop. Aku akan turun disini" ucapnya tiba-tiba tapi Changbin hanya menoleh,

"Tapi sekolahmu masih jauh"

Jisung menghela nafas "Kali ini aku memohon padamu Changbin-ssi. Aku tidak mau teman-temanku melihatku diantar oleh seorang pedofil sepertimu. Jadi tolong biarkan aku turun disini" katanya seraya mencakupkan kedua tangan memohon tak lupa tersenyum dengan paksa.

Changbin tersenyum membuka kunci pintu itu dan membiarkan Jisung turun. "Terimakasih" ucap Jisung dengan raut wajah kecut, membuat Changbin menggeleng dengan senyum tipis.

Han Jisung sempat-sempatnya menoleh kebelakang hanya untuk memastikan mobil berwarna hitam mengkilat tadi sudah pergi. "Woahhh!" Han terkejut ketika seseorang menepuk pundaknya

"Aish, Felix kau membuatku kaget"

"Kau sedang apa disini? Oh iya, kemarin aku menunggumu datang untuk belajar loh. Tapi kau tidak datang" ucap Felix membuat Jisung terkekeh pelan

"Hmm maaf ya aku tidak bisa datang kemarin. Bagaimana kalau nanti sepulang sekolah?"

"Tentu, hari ini aku bebas. Kau langsung saja pulang bersamaku nanti"

"Ah yang benar?! Terimakasih ya Lix mau membantuku!"

"Iya. Sama-sama"

Jisung memekik girang, tumpangan Felix bisa menyelamatkannya dari si perjaka tua itu jika semisal dia tiba-tiba sok perhatian menjemputnya.

Eh tapi kenapa Han Jisung sangat sepercaya diri itu kalau Changbin akan menjemputnya ya?

•••

Jisung melepas sepatu ketika sampai dirumah Felix dan menyisakan kaus kakinya saja. Ia dipersilahkan duduk oleh Felix di sofa ruang tamu "Kau tunggu disini ya. Aku ingin berganti pakian, tidak nyaman rasanya kalau aku sudah dirumah masih mengenakan pakian sekolah"

Han mengangguk, membiarkan Felix memanfaatkan waktunya. Sebelum ia melihat seseorang yang keluar dari kamar dan melihatnya. Lalu dia tersenyum sepintas seperti menyapanya. Jisung ikut tersenyum, sedikit kagum karna dia tampan sekali. Tak lama Felix kembali dengan baju kaos biasa. "Apa kau buru-buru? Mau belajar sekarang?"

"Ah tidak juga, kita bersantai dulu. Tadi kan kita sudah belajar disekolah hehe" jawab Han seraya bersandar, Felix membenarkan.

"Apa ini boleh ku makan?" Han mengangkat toples cookies itu diatas meja. Felix tersenyum "Makan saja, itu memang untuk tamu"

"Waaa enak, aku jadi ingin membawanya pulang"

Felix tertawa mendengarnya apalagi melihat ekspresi bahagia Han setelah mencoba satu kue kering itu. Felix menyayangkan kalau seseorang seperti Han malah tidak punya teman dikelas. Belum pernah melihat Han mengobrol secara dekat dengan teman sekelas. Mereka hanya tahu kalau Han cuma bisa mengacaukan situasi. Padahal justru dia orang yang asik dan juga seru.

"Han, maukah kau menjadi temanku?"

Han memelankan kunyahannya, menatap Felix lekat "Kau serius mau berteman denganku?" tanyanya tak yakin

"Memangnya kau tidak suka berteman denganku?" Felix balik bertanya

"Aku yang justru merasa beruntung memiliki teman pintar sepertimu" balas Han memelan, Felix terkekeh pelan

"Percayalah aku tidak sepintar yang kau kira, aku juga pernah mendapat nilai yang kecil saat ujian. Satupun tidak ada yang tahu kan?"

"Yang benar saja?!"

"Iyaa"

"Hmm aku menyukai nilai itu. Mulai sekarang kita berteman" Han mengulurkan tangan dibalas yakin oleh Felix "Berteman"

"Maaf ya lama menunggu, mau belajar yang mana?" seseorang membuat mereka berdua menoleh

"Eh Kak, perkenalkan dia temanku Han Jisung" Felix mengarahkan pandangan kearah Jisung yang tersenyum kikuk pada kakak laki-laki Felix yang menyapanya hanya lewat senyuman.

"Ohh, aku Lee Minho"

Jisung tersenyum lagi kala Minho mau menjabat tangannya. "Kau sekelas dengan adikku?" tanya Minho duduk disebelah Jisung membuat remaja itu sedikit terkejut

"I-iya, kami ada dikelas yang sama" jawab Han grogi dan Minho hanya tersenyum.

"Astaga aku lupa membuatkan mu minum. Sebentar ya" Felix kemudian pergi kedapur meninggalkan Jisung bersama Minho diruang tamu

"Siapa tadi namamu?" tanya Minho lembut

"Kau bisa panggil aku Han, itu nama kerenku"

Minho mengangguk, teman Felix satu ini terlihat percaya diri sekali. "Omong-omong, aku mau berterimakasih karna kau mau menjadi teman Felix"

"Felix kelihatannya saja banyak teman, mereka mencari Felix saat berkepentingan saja setelah itu selesai" lanjutnya dan Han masih mendengarkannya

"Aku harap kau tidak sama seperti mereka ya"

Jisung tersenyum dengan anggukan ringan. "Jadi mau aku ajarkan yang mana?" Minho bertanya

"Oh, sebentar aku belum membuka buku" Jisung menyengir meraih tasnya

•••

Belum pernah sepanjang jalan pulang kerumah Jisung tersenyum seperti merasa bahagia saja. Tadi dirumah Felix, ia diajak makan bersama yang memasak juga Minho kakaknya Felix. Tidak menyangka dia sangat menyayangi adiknya, pintar memasak dan juga jago matematika. Mungkin tampan menjadi point plus dari kakaknya Felix itu. Tidak salah bukan kalau Jisung mulai menaruh rasa kagum padanya?

Senyum Jisung perlahan meluntur kala melihat mobil didepan rumahnya, lalu ibunya keluar dari dalam rumah seraya meminta ayahnya untuk bersiap dengan cepat.

"Mam.. mau kemana? Kenapa rapi sekali?" tanya Jisung matanya melihat kearah pakian ibunya yang entah kenapa terlihat megah dimatanya seperti ingin pergi jalan-jalan.

"Nanti juga kau tahu." jawabnya singkat, namun tidak jelas. "Mam? Pa..kita mau kemana?"

"Cepat naik ke mobil, papa akan mengunci pintunya" Jisung ditarik kedalam mobil begitu saja, belum mandi, bahkan belum makan sepulang dari rumah Felix.

"T-tapi pa aku—"

Pintu mobil ditutup keras oleh ayahnya setelah ia naik kedalam sana. Mereka duduk didepan, membuat Jisung tambah bingung dengan apa yang terjadi dan apa yang akan terjadi. Hingga mereka sampai disuatu tempat. Untuk apa ke tempat, tempat apa namanya ini?! Luxury hotel? Atau villa, resort atau apa ini entahlah Jisung terlalu katrok dan kuno untuk tahu tempat sebagus dengan pilar terukir indah yang disetiap sisi bangunan ada hiasan bunga putih yang indah dan juga digantung ada dimana-mana.

"Ohh...mam, pa, kenapa kalian tidak menyuruhku mandi dulu kalau mau mengajakku pergi ke undangan teman kalian menikah?" akhirnya Jisung mengerti. Ibunya tersenyum mengusap kepalanya

"Pernikahannya tertutup" jelasnya

"Ohh"

Resepsionis cantik itu datang kearah mereka dengan senyum ramah. "Selamat sore, dengan keluarga Han. Aku akan mengantar kalian untuk masuk keruang ganti"

"Hah?" Jisung memundurkan wajahnya tidak mengerti

"Kami akan menunggu di kehadiran tamu saja, bisa kau tunjukan dimana?"

"Sebentar nyonya." Resepsionis bernama Momo itu memanggil salah satu rekannya yang lain dan berbisik. "Mari nyonya, tuan. Aku yang akan menunjukan dimana tempatnya" Dahyun tersenyum ramah

"Mam? Kenapa aku ditinggal?" Jisung bertanya-tanya

"Ayo ikut denganku. Sebelumnya boleh tau namamu?" tanya Momo

"Han, namaku Han. Orangtuaku kenapa terpisah ya denganku kak?" tanya Jisung polos

"Kau tidak mungkin menghadirinya dengan pakian sekolah bukan?" Momo bertanya membuat Jisung terdiam. Iya juga...

GILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang