14- Jalan-Jalan

99 17 7
                                    

"Pagi...ayo bangun sayang"

Suara perempuan yang lembut itu membuat Han mengusap mata dan melihat Changbin disebelahnya, ia langsung terduduk lalu melihat ibu mertuanya menggeser tirai jendela. Entah kenapa tidurnya jadi lebih nyenyak. Han bermaksud memuji kasurnya yang empuk, bukan kenyamanan saat tidur bersama si tua yang disebelahnya ini.

"Cepat mandi, karna ini hari Minggu. Ibu mau mengajak kalian jalan-jalan" sambung perempuan paruh baya itu dengan sumringah

"Kemana bu?" tanya Han bingung

"Sudah kau ikuti saja kata ibu. Ibu akan tunggu diluar ya. Jangan lupa bangunkan dia" tunjuk mertuanya pada Changbin yang belum bangun.

Han pun ikut menoleh kearah Changbin yang masih tertidur. Ia pun meraih bantal dan memukul wajah Changbin dengan bantal. "Hei perjaka tua. Bangun, bangun. Jangan jadi manusia malas..."

"Aduh hei! Aku bisa sesak nafas" Changbin spontan mebuka mata dan menatap Han kesal

"Kau menyebalkan" ucapnya merenggut

Changbin membeku sesaat ketika seseorang yang pertama kali ia lihat dari bangun tidurnya adalah Han Jisung. Lagipula, Kenapa dia imut sekali sih? Sepertinya Changbin terkena mabuk asmara, sadarkanlah dirimu Changbin-ssi.

"Kau dengar aku atau tidak?" tanya Han ketus seraya melempar bantal kearah wajah Changbin lagi

"Iya-iya, aku bangun"

"Nah sekarang cepat keluar kamar ini. Aku akan bersiap. Ibumu menyuruh kita untuk ikut pergi jalan-jalan dengannya"

"Hah? Kemana?"

•••

Han tidak tahu kenapa mertuanya mengajaknya ke sebuah penangkaran kupu-kupu dengan taman yang selalu ramai dikunjungi itu. Taman itu cukup terkenal didaerah mereka. "Ibu akan pergi melihat kupu-kupu. Kalian habiskan saja waktu berdua ya. Daah take your time honey"

Han saling menoleh satu sama lain dengan Changbin. Atmosfir canggung itu lagi-lagi menyela diantara mereka "Aku tidak mau ya menghabiskan waktu berdua denganmu. Membosankan, kau pergi saja sendiri" ucap Han melipat kedua tangan didepan dada

"Yasudah" Changbin tak peduli tapi Han menjadi panik dan menyegah pria itu pergi "Ehh! Maksudku jangan pergi jauh-jauh. Nanti kalau aku tersesat dan tidak tahu arah pulang bagaimana?"

Changbin menghela nafas namun dalam hati merasa senang. "Kau kan sudah dewasa. Lagipula siapa yang mau menculik orang cerewet sepertimu" ucap Changbin memelan dan mengalihkan pandang. Han mendelik "Katakan lagi, aku kurang mendengarnya. Awas ya kau Changbin-ssi" Han menunjuk wajah Changbin dengan tatapan membunuh

"Jadi, apa yang kita lakukan sekarang?" tanya Changbin mengalihkan pembicaraan. "Menurutmu?" Han balik bertanya melihat Changbin baru saja duduk di kursi

"Duduk"

"Ya aku tahu. Bergaul dengan pak tua sepertimu akan jadi hal yang membosankan. Aku belum pernah kesini, bagaimana kalau ikut melihat kupu-kupu?" tawar Han

Changbin terdiam sejenak, "Kau saja sendiri, aku akan disini" ujarnya "Aku akan mengawasimu darisini, tuh aku bisa melihatmu kalau kau berada disana" ujar Changbin seperti mengada ada

Namun hal itu membuat senyum miring tetera di wajah Han. "Ohh...apa kau takut dengan kupu-kupu Changbin-ssi?" goda Han dengan kedua alis naik turun

"S-siapa yang takut?"

"Kalau begitu cepat, kita kesana" Han menarik pergelangan tangan Changbin paksa dan dia mau menurutinya.

Han berjalan lebih dulu dan Changbin hanya mengikutinya dari belakang. Han juga banyak memotret, mereka diajak masuk oleh petugas kesebuah ruangan khusus bagaimana proses kepompong. Melihat istri bocahnya itu seantusias ini, Changbin jadi senang melihatnya. Selama ini, dia memang sedikit gila, kadang-kadang menjadi pemarah, kadang-kadang menjadi selugu bocah enam tahun, kadang-kadang dia juga berubah menjadi orang yang aneh. Tapi entah kenapa Changbin menyukai pribadinya yang seperti itu. Walaupun sedikit merepotkan karna sulit dimengerti.

GILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang