02- Cuma Mimpi

212 32 4
                                    

Jisung mengetuk-ngetuk meja makan disebuah kedai dengan jari telunjuknya, kedai yang akan jadi pertemuan singkatnya dengan Seo Changbin. Yap, si perjaka tua itu walaupun dia masih bisa dikatakan muda, cuma sebutan itu yang pantas untuknya. Jarak sekolahnya dengan tempat Changbin bekerja tidak terlalu jauh, jadi Changbin menerima tawarannya untuk bertemu sebentar.

"Cepat kau mau bicara apa? Aku sedang sibuk" dia baru datang langsung berbicara membuat Jisung bangkit berdiri karna menunggunya lama.

"Memangnya kau saja yang sibuk, aku juga sibuk"

"Lantas, mau bicara apa?" tanya Changbin seraya mengecek ponsel

"Aku minta kau, bicara pada ibu dan ayahku, katakan pada mereka kalau kau tidak jadi menikah denganku"

Changbin sontak saja mengarahkan pandangan pada Jisung yang bicara dengan angkuh. Kening Changbin mengerut "Kenapa aku harus melakukan itu?"

"Jadi kau tidak mau melakukannya?!"

Changbin menggeleng membuat Jisung frustasi, kemudian otaknya berputar sehingga menunjukan senyum lebar "Bagaimana kalau aku carikan dirimu pasangan sempurna? Seperti apa tipemu biar ku catat. Aku janji akan mebawakannya untukmu" Jisung mengeluarkan kertas dan pulpen didalam tasnya

"Tidak perlu, aku hanya ingin menuruti permintaan orangtua mu" Changbin menolak dengan lembut sembari menyingkirkan kertas itu, Jisung mendelik

"Apa tujuan mu menikahiku sih?!"

"Kau mau tahu?"

"Iya"

Melihat keantusiasan Han Jisung yang menatap Changbin tajam. Changbin hanya bisa tersenyum miring "Nanti juga kau tahu sendiri"

"T-tapi aku perlu tahu, kalau—"

"Sudah, aku harus kembali ke kantor. Aku harus bekerja" Changbin sengaja menepuk kepalanya membuat Jisung geram

"Hei! Sialan! Kau gila! Aku belum selesai bicara padamu"

••••

Jisung menerima kertas ulangannya yang nilainya empat itu. Ia tidak terkejut karna terbiasa, satu-satunya yang pandai matematika dikelas cuma Felix. Tapi sayang, Jisung tidak sedekat itu dengan teman-temannya

Bahkan Jisung tidak punya teman, baik teman untuk diajak bercanda ataupun teman yang mau mengajarinya untuk memperbaiki nilai yang seperti hitungan senam itu. "Hai"

Jisung menoleh mendapati Felix yang menyapanya diteras depan kelas mereka, "Ada apa?" tanya Jisung sembari mengunyah roti

Felix terkekeh canggung lalu ia ikut duduk disebelah Jisung "Tidak, aku hanya ingin mengajakmu belajar bersama dengan teman-teman yang lain"

"Aku? Kau yakin mengajakku?" Jisung bertanya dengan wajah tak yakin

"Iya aku yakin, kau kan juga teman kami"

Jisung tersenyum. Belum pernah ia diajak belajar bersama oleh anak pintar dikelas. Rasanya seperti kau diundang ke acara ulang tahun orang kaya. Senang sekali.

Tapi baru sampai dirumah Felix, belum sempat Jisung duduk. Teman-teman melihatnya dengan tatapan sinis. "Oi Felix, kenapa kau membawanya kemari?"

"Iya, harusnya kau tidak mengajaknya saja"

"Itu benar, dia hanya akan mengacau kalau dia ikut belajar"

"Teman-teman, Han hanya ingin ikut belajar. Tidak salah kan?" Felix membela membuat Han Jisung menatap Felix "Tidak apa-apa Lix aku pulang saja"

Felix langsung merasa tidak enak hati dengan situasi ini "Eh jangan begitu, tunggulah sebentar aku akan bicara pada mereka. Teman-teman, Han boleh kan ikut belajar dengan kita?"

GILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang