06- Menikah

164 24 2
                                    

Momo mengantar Jisung ke dalam ruangan yang mana ada perias disana dan juga beberapa kemeja, membuat Jisung tambah bingung.

Tapi perias itu menyuruhnya untuk mencoba semua baju disana. Tanpa mandi, ingatlah itu. Bau matahari dan keringat itu masih menempel ditubuh Jisung. Tapi orang-orang tidak menyadari hal itu atau mungkin mereka menyadarinya cuma mereka enggan mengtakannya?

"Kau terlihat cocok dengan ini. Kita akan menata dan memberi sedikit make up pada wajahmu. Kau kelihatan lesu" ujar pria lemah gemulai itu

"Aku belum mandi" balas Jisung singkat nan pelan membuat sang perias membeku sejenak

"Oh. Ah itu...tidak apa-apa. Aku kemari memang untuk membuatmu jauh lebih kelihatan seperti orang mandi. Kau tahu itu kan? Keajaiban make up? Aku akan membuatmu terlihat seperti itu" ucapnya dengan kekehan ringan

"Tapi untuk apa aku diberi apa tadi katamu macek up?" tanya Jisung mendongak ketika dirinya didudukan didepan cermin dengan banyak lampu terang didepannya.

"Make up, darl. Iya itu kau mau ikut photoshoot" perias laki-laki dengan bulu mata lentik itu langsung menorehkan taburan bedak di wajahnya.

"Serius?!" Jisung memekik membuat perias terkejut lalu tersenyum "Wah maaam aku masuk majalah!"



SIALAN.
SIALAN.
DAN SIALAN.

Jisung menggerutu dalam hati, ingin menangis,  ingin melompat, ingin pergi kalau saja keluarga dan kerabat yang lain tidak ada disebelahnya. Semuanya mereka menghadiri acara pernikahannya dengan Changbin.

Mereka bahkan tega berbohong padanya, semuanya. Perasaannya memang sudah tidak enak semenjak ia diminta ke gedung lain dari resort ini, melewati lintasan berwarna putih layaknya jembatan karna letaknya berada di kolam yang lebarnya melebihi dari gedung itu. Lalu dengan lilin disetiap jalannya sebagai cahaya, bangunan itu dihiasi bunga putih dan digantung disetiap sisinya. Atap kaca yang mana Jisung dapat melihat jelas bintang di langit meskipun kecil. Bukan hanya itu, keresahan hatinya sudah dimulai sejak ia pulang kerumahnya.

Han Jisung tidak bisa berbuat apapun.

Si perjaka tua itu, kini ada disebelahnya dengan janji pernikahan. Jisung merutuki diri sendiri yang belum mandi tapi kamera photograper itu terus tearah padanya. Ingin saja ia berteriak kalau ia belum mandi jadi jangan di foto. Ia malu, bukan cuma karna belum mandi, tapi malu karna ia akan menjadi pasangan si perjaka tua itu. Rencananya gagal. Bahkan mana sempat untuk menuang obat tidur dan juga mencari pengganti. Jisung kalah telak karna ternyata si pria tua itu jauh lebih pintar darinya.

Changbin menoleh kearah Jisung dan memilih untuk berpelukan setelah memasang cincin. Ewhhh. Jisung ingin mengata-ngatai pria ini. "Jangan macam-macam walaupun aku sudah menjadi milikmu" bisiknya dengan lirikan sinis

"Terserah" balas Changbin berbisik

Mereka tersenyum agar keluarga tak curiga. Mereka pintar beracting bukan? Acara pernikahan dadakan itu diakhiri dengan sesi foto dan juga bincang-bincang. Jisung mencari keberadaan Changbin yang mengilang tiba-tiba. Padahal Jisung ingin bicara serius padanya.

"Kau mencariku ya?"

Jisung menoleh kaget kearah belakang melihat Changbin tersenyum simpul.

"Hentikan senyum itu sialan. Hei dengar ya, aku tidak tahu sejak kapan kau mulai mengelabuhi orangtuaku hingga mereka juga berbohong padaku, maksudmu apa sih?" Jisung mengomel setelah menarik tangan Changbin kearah tempat yang jauh dari pandangan keluarga

"Kenapa kau begitu marah? Tidak ada yang merasa tersakiti bukan? Lihat, mereka bahagia disana" Changbin menunjuk keluarga mereka yang bercerita seheboh itu seperti keluarga lama yang baru bertemu. Jisung mengulum bibir kesal,

GILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang