16- Karna Panti,

109 15 2
                                    

"Changbin, apa kuenya sudah matang?" tanya Han antusias tapi melihat wajah Changbin yang tidak yakin membuatnya menghampiri perjaka tua itu dengan leka "Apa yang terjadi?!"

Changbin menatap Han yang terlihat sedih kala kue dihadapannya itu gosong hingga bagian dalamnya. Dia hanya diam saja menyaksikan kue yang baru saja dikeluarkan. "Apa kau menyetelnya lebih dari perkiraan?" tanya Changbin melembut

"Aku..." Han menjeda kalimatnya karna seketika tidak tahu mau mengatakan apa ketika ia melihat kue itu menjadi hitam dengan bau pengit yang menyengat. "Ovenmu menggosongkan kuenya..katakan padaku ini bukan salahku kan? Ini pasti ulah ovenmu kan?" tanya Han bertubi-tubi tak lupa meraih kerah baju Changbin dengan pandangan nelangsa

Changbin kikuk, ragu-ragu menyentuh kedua pundak Han "J-jangan sedih, iya oven ini yang salah kok, tenanglah." ucap Changbin dengan nada meyakinkan tak lupa tersenyum

"Bagaimana aku tidak sedih? Aku sudah berjanji pada Jane dan anak-anak akan membawakan mereka hadiah spesial tapi aku gagal dan mereka pasti kecewa padaku"

Changbin tidak pikir panjang dan langsung menarik Han dalam pelukannya. "Tidak apa-apa, masih ada hari esok. Kau bisa memberikannya besok, aku akan membantumu lagi. Lagipula besok hari Sabtu bukan?"

Han mendongak seraya menjauh "Sungguh? Kau mau membantuku membuatnya lagi?" tanya Han dengan mata berbinar

Changbin mengulas senyum dengan salah tingkah, "I-iya kalau kau tidak keberatan."

Han tersenyum lebar "Okay, besok aku dan Pablo akan membeli bahan-bahannya. Aku mau tidur karna aku harus menjaga energiku untuk besok"

Changbin mengangguk membiarkan Jisung masuk ke kamarnya. Sedangkan Changbin, hanya bisa tersenyum. Dia terlihat semangat sekali, bahkan hal yang membuat Changbin tersenyum saat Han terlihat imut ketika ia bertanya tadi. Dia sangat berbeda 180 derajat bukan? Changbin memuja sosok remaja yang akhir-akhir ini menyita perhatiannya terlalu banyak. Han Jisung, kau telah menjadi impian Changbin yang baru.

•••

Memberikan olesan dan lelehan coklat diatas kue serta buah strawberry di atasnya-mengelilingi setiap sisi membuat kue buatan Han dan si perjaka tua Changbin-ssi sangat indah. Pablo memotret karya baru dari mereka berdua tak lupa kedua pasangan baru itu juga tertangkap kamera menghias kue.

"Pablo, ku rasa kau sudah memotretnya lebih dari 10 kali" komentar Changbin menatap malas Pablo yang hanya terkekeh "Aku ingin mencetaknya tuan apa boleh?"

"Untuk apaa sih memangnya?"

"Ini kan sebuah karya tuan, memangnya tidak mau diabadikan?"

Han menggeleng mendengarnya "Pablo, kalau tanpamu aku juga tidak tahu cara membuatnya. Kita membuatnya dua, apa kau sudah mencobanya sepotong?"

"Tapi kali ini, kau tidak menambahkan pasta gigi didalamnya kan?" tanya Pablo dengan raut wajah meledek

"Pablooo.." rengek Han dengan wajah malu

Pablo terkekeh nyaris bersamaan dengan Changbin disebelah Jisung. "Masukan dalam kotak, lalu bersiap untuk kesana"

Han mengangguk antusias mendengar ucapan Changbin.

"Kenapa tidak ikut kesana tuan?" tanya Pablo iseng melihat majikannya hanya duduk bersantai di teras tapi tipis-tipis melihat kearah panti diseberang sana. Pablo tahu kemana arah mata itu. Pasti Han Jisung.

Changbin menggeleng ringan, "Biar dia saja"

"Ehm... yang kudengar tuan, kalau diperhatikan saja tidak akan membuatnya mengerti tuan, kau harus mendekatinya" ucap Pablo dengan senyum

GILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang