03- Kau lagi

166 27 0
                                    

"Hanie!"

Han tentu saja menoleh kala baru sampai disekolah seseorang memanggilnya dan mendapati Felix yang melambai tangan dari kejauhan.

"Lix, kau memanggilku?" tanya Jisung

"Ah iya, hmm maaf ya soal kemarin. Kau baik-baik saja kan?"

"Aku yang minta maaf Lix, aku membuat suasana rumahmu menjadi gaduh kemarin. Maafkan aku ya"

Felix tersenyum lega mendengarnya karna Jisung tidak begitu mengambil hati atas ucapan teman-teman kemarin.

"Tidak apa-apa. Apa kau mau aku melakukan sesuatu untukmu? Kita berdamai dengan situasi kemarin sore" tawar Felix mereka kini berjalan beriringan ke kelas

"Bisa kau ajarkan aku matematikanya? Kali ini aku hanya ingin berdua saja" kata Jisung dengan cengiran ringan membuat Felix tersenyum

"Tidak masalah, nanti datang kerumahku saja ya"

Jisung mengangguk mengiyakan. Sebetulnya Jisung ingin langsung saja kerumah Felix tanpa berganti pakian terlebih dahulu. Namun Felix sedang ada urusan jadi dia tidak ada dirumah sepulang sekolah.

Dijalan hendak pulang ia malah bertemu dengan beberapa laki-laki yang menyimpan dendam padanya sebulan lalu. Permasalahannya pun sepele, hanya karna Jisung tidak mau disuruh-suruh untuk melayani mereka. Mungkin saja dulu Jisung terlampau bodoh mau mengikuti kemauan mereka sampai ia kewalahan menjadi budak. Sekarang saat ia menjauh dan melawan, mereka malah marah dan menaruh dendam padanya.

"Minggir aku mau lewat" Jisung menatap datar kearah mereka berempat dan lagi ia sedang tidak ingin bertengkar

"Dia sedang sendirian kawan, ayo kita habiskan saja"

"Walaupun aku sendiri, melawan kalian hal yang mudah. Ingat itu baik-baik!" teriak Jisung waspada

Jisung melawan ketika satu persatu mereka menyerangnya. Seperti katanya tadi, melawan mereka hal yang mudah. Namun Jisung sempat lengah dan membuatnya terkena tinjuan yang cukup keras. Hingga Jisung jatuh tersungkur dan dipukuli

"Hei! Jangan bertengkar disini!" teriak seseorang

Security itu datang membuat gerombolan siswa lain kabur kecuali Han. Security itu menghampiri Han yang terduduk memegangi pipinya. "Nak, kau mau ku antar kerumah sakit?" tanyanya khawatir

Han menggeleng ringan "Tidak usah, aku akan pulang saja"

"Kalau begitu hati-hati ya"

"Terimakasih pak"

Jisung tidak tahu mengapa mereka sebegitu kesal padanya, karna ia tidak lagi menjadi suruhan mereka. Ketika sampai dirumah, Jisung melihat pintu rumah yang terbuka, ia harap orangtuanya tidak melihatnya seperti ini. Oh astaga pertama kali bibirnya terluka ternyata seperih ini. Lebih perih daripada sariawan yang terkena makanan.

Namun bukan orangtuanya melainkan ia menemukan si perjaka tua itu ada dirumahnya. Jisung langsung terpancing emosi dan menghampiri si perjaka tua alias Changbin dengan langkah cepat

"Untuk apa kau kemari?"

Changbin menoleh menatap Jisung yang justru menatapnya sengit. "Aku tanya untuk apa kau kemari? Kau ini..." ucapan Jisung dengan nada sarkas itu terhenti kala Changbin menghapus keringat pada dahinya dengan tisu.

Lantas Jisung menjauhkan tangan Changbin. "Apa-apaan sih?!"

"Ada apa dengan bibirmu?" tanya Changbin salah fokus

"Jangan mengalihkan pembicaraan, eh! Kau mau apa!" Jisung memekik kala tangannya ditarik dan tubuhnya terbanting ke sofa

"Jangan kemana-mana" pesan Changbin sebelum ia meraih kotak obat yang ada di dapur. Changbin hapal tempatnya karna ia kenal betul dengan keluarga Han Jisung, bahkan denah rumahnya saja sudah diluar kepala. Mata Jisung mengikuti gerak tangan Changbin yang mengambil alkohol dan menuangnya pada selembaran kapas putih.

Jisung hendak mengomel "Aaah! Kau ini bisa pelan-pelan tidak sih!" Jisung menjauhkan wajahnya seiring Changbin mengobati sudut bibirnya

"Diam lah, kalau kau bergerak itu membuatnya tambah sakit"

Jisung mendumal dalam hati, apa ini sungguhan Changbin? Kenapa dia terlihat nyata atau ini cuma mimpi? Dia mulai mencari perhatiannya "Sudah-sudah, aku bisa melakukannya sendiri nanti. Sekarang keluar dari rumahku"

"Aku akan tetap disini" putus Changbin

"Oh Tuhan, Jangan datang ke kehidupanku sehari saja bisa tidak? Beberapa hari lalu kau datang, membawa ibumu lah, lalu melamarku dengan tiba-tiba, lalu kau datang sendiri kemarin. Kau punya kekuatan sihir kan?!"

"Apa yang kau bicarakan sih? Aku hanya diminta berkunjung oleh orangtuamu, lalu kebetulan kedua orangtuamu sedang pergi keluar" Changbin menjelaskan

Han menetralkan nafas mencoba mencerna ucapan Changbin yang entah kenapa sulit dipercaya.

"Kau sengaja melakukannya kan?! Ini bentuk dari siasat bodoh mu itu kan? Nah, aku sudah membacanya"

Changbin mendecak "Ck, Aku sudah bilang, mereka yang menyuruhku kemari bocah"

"Aku bukan bocah, aku sudah dewasa!"sentak Jisung mengalihkan pandang, ia merasa kesal sekali dengan Changbin

"Ya sudah, orang dewasa tidak akan bau keringat seperti anak kecil yang bermain seharian" sindir Changbin seraya memasukan kembali alkohol itu

"Sekarang keluar dari rumahku!" Jisung mendorong tubuh Changbin disebelahnya hingga pria itu terjatuh di lantai

"Kau ini kasar sekali ya. Orangtuamu menyuruhku menjagamu selama mereka pergi"

"Aku tidak peduli" Jisung melirik vas bunga diatas meja dan sontak mengambilnya membuat Changbin melotot "Pergi atau aku akan melemparimu dengan benda ini"

Changbin mundur setiap langkah karna Jisung membawa vas bunga diikuti langkah pelan Jisung mendekat. "Hati-hati dengan benda itu" peringat Changbin seraya mundur. Jisung menajamkan senyum miring ala pembunuhnya sampai Changbin tidak tahu kalau dibelakangnya ada dua belah pintu yang satunya belum terbuka. Bukan vas bunga yang menyakiti kepalanya hingga ke punggungnya, tapi pintu yang belum terbuka itu, benturannya cukup keras membuat pria itu mengaduh tapi Jisung malah tertawa dengan nada mengejek.

"Kasihan, apa kau mengalami amnesia seketika Changbin-ssi? Atau atau kau mengalami gagar otak dengan kapasitas mb yang sedikit? Hahahaha" Jisung makin keras tertawa kala Changbin mengusap kepalanya

"Manusia aneh, kau mengatakan hal yang tidak masuk akal"

"Memang, aku memang aneh. Sana pergi, aku tidak membutuhkanmu" Jisung terkejut kala Changbin mendorong tubuhnya menempel pada pintu.

"Kenapa kau begitu banyak bicara? Lagipula kehadiranku tidak mengharuskanmu untuk meladeniku setiap saat" ucap Changbin berat seraya menatap Jisung dihadapannya. Jisung merinding seketika dan segera mendorong dada bidang pria itu menjauh,

"Terserahmu saja, terserah entah kau mau berdiri disini, atau duduk disofa sambil bernafas, tapi aku tidak akan membuatkan mu minum ataupun bicara padamu!" Jisung melangkah pergi

"Aku tidak meminta, aku bisa membuatnya sendiri" sahut Changbin membuat Jisung diam-diam menggerutu

Jisung kini duduk di sofa setelah berganti pakian sembari menonton tv. Ia melirik Changbin yang duduk diseberang sana.

"Apa kau tidak bekerja perjaka tua?" tanyanya tak menatap Changbin

Changbin tersenyum menang "Nah, lihat siapa yang mulai membuka obrolan"

"Gila" Jisung mencebik kesal

Changbin tertawa pelan "Aku hari ini pulang lebih awal tapi pekerjaanku ada dirumah"

"Sesibuk itu kah kau? Sampai tidak sempat untuk mencari pasangan? Atau takdir memang membuatmu menjomblo seumur hidup? Hahahahaha" lagi, Jisung tertawa terbahak karna ucapannya sendiri apalagi melihat ekspresi Changbin

"Kau tidak mengerti bocah" balas Changbin singkat

"Hei jaga ucapanmu ya!"

Changbin melirik Jisung, dia sendiri marah kalau disebut bocah. Padahal dia hampir setiap detik menyebut Changbin dengan sebutan perjaka tua. Tidak bisa dipungkiri sebutan itu memang fakta. Tapi apa ia terlihat setua itu dimata Jisung?

"Bagaimana kalau kau ikut aku untuk ke club?"

GILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang