20- Permintaan

80 13 6
                                    

"Kau tidak suka sayur brokoli? Kenapa?"

Minho urung memberikan sesendok sayuran di piring Jisung dan mengembalikannya ke piringnya saja.

"Soalnya terlihat aneh, aku seperti makan anak pohon" jawab Jisung seraya mengunyah

Changbin yang ada dimeja makan pun turut menguyah makanan dengan malas. Mirip seperti kambing sewaktu memakan rumput. Hadeh, Changbin rasanya mual mendengar obrolan mereka yang seperti bersebrangan di telinganya.

"Coba saja dulu, kalau tidak dicoba kau tidak tahu rasanya" Minho memberi sesuap pada Jisung. Istri bocahnya itu membuka mulut ketika hendak disuapi.

"Uhuek" niat ingin pura-pura batuk agar mereka tidak jadi suap-suapan. Changbin justru jadi batuk sungguhan karna tersedak "Ohoek! huek huek! Hook hoek hok! Ohok ohok"

"Apasih, seperti orang jompo saja kau ini" Jisung melirik Changbin yang terus terbatuk

"Ohok! Ahkkk!"

Melihat Changbin masih batuk dalam keadaan serius sampai berlinang air mata. Jisung menghampiri dengan menepuk punggungnya seraya  memberi minum paksa. Changbin agak kesal sebetulnya, istri bocah sialan, batuk belum reda tapi dia malah memaksanya untuk minum air.

"Changbin coba ikuti aku. Ini bapak Budi, nah sekarang repeat it" pinta Jisung disaat Changbin masih kewalahan dengan tersedaknya

Minho yang disana hanya bisa diam saja. Mereka hanya berdua tapi suasananya jadi ramai sekali.

"Apa-apaan kau ini uhuk! Uhuk" sentak Changbin maish terbatuk

"Ya aku bepikir kau tidak bisa bicara karna tersedak tulang" balas Jisung

"Mana aku tahu ada tulangnya" Changbin mengelap air matanya. Batuk sialan, bukannya memihak malah meresahkan.

"Astaga jangan-jangan...Awas! Aku harus ambil tindakan serius!"

"Kau mau apa?!" tanya Changbin khawatir

"Ambil palu untuk tenggorokanmu!"

"Hei" erang Changbin membuat Han cengengesan

"Aku cuma ambil senter!"

Minho tidak bicara apapun selain meneguk air menetralisir rasa canggung ketika hanya ada dirinya dan Changbin didepannya. Lagipula tulang ayam sebesar jari, kenapa bisa tertelan? pikirnya

"Kau serius baik-baik saja kak?" Minho mulai bertanya

"Ya, aku sudah tidak apa-apa"

Jisung datang lagi sembari membawa senter.

"Mana coba aku lihat. Ahh kau ini memang umur saja yang tua, tapi makan saja seperti anak kecil. Buka mulut mu! Kalau tidak buka mulut mana tahu ada tulangnya" Jisung tergesa-gesa meminta Changbin agar membuka mulutnya dengan paksa seraya menghimpit Changbin.

"Kau bisa tidak sabar? Aku tidak bisa nafas" Changbin bergumam kecil dengan nada sebal menatap Jisung yang berdiri terlalu dekat

"Jangan bicara, buka mulutmu!"

Changbin menganga dengan terpaksa saat jemari Jisung memencet pipinya agar terbuka. Mata Jisung menarawang mulutnya "Tidak ada apapun, yang ada gigi jelekmu dan bau nafas seperti seekor sapi yang ku cium" komentar Jisung mematikan nyala senter

Changbin yang mendengarnya hanya menghela nafas. "Terserah"

Daripada batuk lagi yang dapat membunuh kerongkongan. Lebih baik Changbin masuk kekamarnya.

"Kau memang sedekat itu ya dengan kakakmu, seperti bukan kakak adik" ujar Minho pada Jisung yang duduk kembali di kursinya. Ia tertawa canggung

"Aha aha aha maksud mu apa? Jelas-jelas aku adiknya dia kakaknya. Mungkin di dunia lain seorang adik selalu merepotkan kakaknya, tapi diduniaku seorang kakak merepotkan adiknya"

GILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang