27- Sakit

100 15 2
                                    

Baru sampai di tempat bekerja, Changbin langsung dihampiri oleh Nayeon dengan senyum sumringah. "Astaga Changbin-ssi! Nanti kau serius kan kalau aku boleh datang?!" tanyanya antusias

"Kau tunda saja Nay." jawab Changbin lesu

Melihat wajah rekan bekerjanya seperti galau, lemah, letih dan lesu. Nayeon mengikuti Changbin sampai naik lift

"Eh kenapa? Ada apa denganmu? Dengar ya, Aku sudah merelakan jam makan siangku dengan tunanganku ditunda agar aku bisa berkunjung kerumahmu. Sekarang kau juga memintaku untuk menunda? Yang benar saja dong!" ucap Nayeon didalam lift. Changbin menghela nafas pelan,

"Iya aku minta maaf. Aku pikir kau bisa datang lain hari saja. Suasananya sedang tidak bagus"
Mereka berdua keluar bersamaan dari lift ketika berhenti di lantai 8. Changbin duduk di sofa.

"Hei? Ada apa, wajahmu juga tampak kusut. Kau bertengkar dengannya?" tanya Nayeon lagi kali ini dengan wajah khawatir

"Entahlah Nay, dia lebih mementingkan oranglain daripada aku"

"Maksudmu? Orang lain itu siapa? Istrimu punya kekasih?"

"Belum, maksudku bukan." Changbin melihat wajah Nayeon yang semakin kelihatan bingung.

"Oke jadi dia punya teman, temannya punya kakak, kakaknya itu menjadi tutor, dia mengajari istriku untuk matematika, dan ya nilainya jadi bagus"

"Hah? Kakak teman? Bagaimana? Oh no berikan aku waktu!..... Aah i see. Lanjutkan"

"Aku pikir tidak apa membiarkan mereka belajar bersama, tapi yang ku lihat mereka jadi semakin dekat. Parahnya, saat aku tahu kalau tutor istriku ini, dia bahkan sudah punya pacar" ujar Changbin galau

"Oh bagus dong, jadi dia tidak macam-macam dengan Han"

"Kupikir juga begitu Nay, tapi kata-katanya yang seperti meminta restu untuk mendekati Han membuatku kepikiran. Belum lagi, dia tidak tahu faktanya kalau aku dan Han sudah menikah" curhat Changbin membuat Nayeon menggeplak lengannya reflek

"HAHHH?! Kalian berdua masih merahasiakannya? Astaga betapa bodohnya kau"

"Kau mulai lagi, bukan aku yang salah tapi bocah itu. Dia yang tidak mau teman-temannya sampai tahu kalau dia sudah menikah"

"Astagaaaaa. Bahaya. Kau harus bertindak cepat. Sekarang telpon dia!"

"Bagaimana menelponnya? ponselnya saja ditinggal. Setelah aku menghapus nomor pujaan hatinya, ponsel ini seperti tidak berguna baginya" Changbin memperlihatkan ponsel canggih keluaran terbaru itu membuat Nayeon mendecak sebal

"Sudah, Tidak usah berpikir macam-macam. Aku punya ide. Bagaimana kalau kau ajak dia ke hotel"

Mata Changbin terlihat melotot pelan kala mendengarnya.

"Kau gila. Tidak mungkin aku melakukannya"

"Cuma itu satu-satunya cara. Ayolah kau harus menunjukan stigma yang baik padanya"

"Ck, aku tidak bisa melakukannya. Dia juga pasti menolak"  kata Changbin mengalihkan pandangan malas

"Kau tidak bisa melakukannya atau kau malu melakukannya. Astagaa Changbin-ssi kau umur berapa sih?"

Changbin mengerucutkan bibir mendengarnya.

"Sudahlah, kau jangan banyak protes. Aku akan pesankan hotel yang sama denganku. Ahahaha aku mengawasi kalian berdua"

"Nay!" Changbin bangkit berdiri hendak menghentikan Nayeon tapi wanita itu segera masuk kedalam lift

"Aku pesankan tiketnya yaaa! Daaah" Nayeon buru-buru memencet tombol di lift membuat liftnya tertutup. Changbin hanya bisa pasrah pada sahabatnya itu.

GILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang