Masih di Minggu yang cerah, Rain tampak sedang asyik dengan dunianya sendiri. Tangannya tidak berhenti menggores buku gambar menggunakan pensil baru yang dibeli oleh Daddy Reagan saat mereka pergi ke supermarket tadi. Sejak kembali ke rumah, Rain sudah sibuk membuat sedikit kekacauan di ruang tengah.
Buku gambar dan segala peralatan lukis tersebar ke seluruh ruangan. Sedangkan si pelaku kekacauan terus bersenandung senang sembari menggores pensilnya di atas kertas. Sebenarnya, Rain memiliki potensi di bidang seni- baik itu di seni rupa dan seni musik.
Rain pandai melukis. Semua lukisan atau gambaran yang dibuat memiliki hasil yang indah dan sejujurnya Wenda mengakui bakat anaknya itu. Namun kembali lagi karena kondisi Rain yang berbeda dari anak lain, Wenda tidak mau tau mengenai anaknya.
Senyuman Rain terbit melihat hasil tangannya. Kertas putih terisi goresan-goresan indah itu diangkat tinggi-tinggi kemudian memekik senang. Tidak terlalu buruk pikirnya.
"Dede gambar apa sih? Papap pengen tau, tapi dede ga mau kasih tunjuk gambarnya" itu suara Papa Binar yang baru saja selesai dengan urusan dapur. Di tangannya sudah ada segelas air putih serta beberapa cemilan. Dia menyimpannya di atas meja kemudian menempatkan pantatnya di sebelah anaknya.
"Papap papap papap ayo tebak dede gambar hayooo?" seru Rain yang menyembunyikan karyanya di belakang punggung. Papa Binar berdehem sebentar, telunjuknya mengetuk dagu lancipnya berpikir keras gambar apa yang sekiranya dibuat anak itu.
"Eum kucing? Dede suka kucing, kan?" Rain menggeleng lucu dan menyuruh papapnya kembali menebak.
"Anjing? Puppy?"
"Bukaaan~~ ayo ayo ada di rumah ini" kerutan di dahi Papa Binar terlihat jelas. Di rumah ini ya? Berpikir sejenak sesuatu apa yang disukai Rain di rumah ini? Makanan? Selimut moominnya? Atau boneka abangnya?
Dengan candaan Papa Binar nyeletuk, "Papap ya?" Rain mengangguk antusias. Papa Binar mengedipkan matanya cepat mendapat jawaban tak terduga itu. Dirinya? Sungguh? Rain menggambar dirinya?
Rain memberikan gambarannya pada Papa Binar. Matanya tampak berbinar menatap papap dan gambarnya bergantian. Dia ingin tau bagaimana reaksi papap mengenai karyanya. "Bagus ga papap?" Papa Binar terdiam sejenak. Netranya menelisik seluruh arsiran halus yang ditorehkan Rain pada kertas itu.
Papa Binar menatap Rain dengan senyuman tulus. "Cantik banget, indah. Terima kasih ya dede, nanti gambarnya papap bingkai. Papap pajang di kamar" Rain memekik senang kemudian menubrukkan tubuhnya pada Papa Binar- memberikannya sebuah pelukan.
Pujian Papa Binar berhasil membuat Rain malu sekaligus terharu. Ini kedua kalinya dia menunjukkan hasil gambarnya pada orang lain. Masih terekam jelas di kepalanya bagaimana Wenda menyobek kertas gambarnya dan meneriakinya untuk tidak menggambar wajah maminya lagi. Dimulai hari itu juga, Rain menganggap bahwa apapun yang dibuatnya adalah sebuah kesalahan.
Melihat tatapan tulus Papa Binar memujinya, Rain bahagia sekali. Pujian sederhana yang diberikan membuat hatinya berbunga-bunga. Dia senang karyanya disukai oleh papanya. Sekarang, Rain berusaha tidak perduli akan ucapan orang lain. Jika Papa Binar memujinya berarti apa yang dilakukannya baik dan bagus. Itu sudah cukup untuk dirinya.
"Dede sayang papap"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain
Fanfiction[NORENMINHYUCK] [ON GOING] Like rainbow after rain. Happiness will come after sorrow #1 out of gay stories #1 out of norenminhyuck stories #2 out of renjun stories #3 out of fluffy stories #5 out of norenmin stories #5 out of markren stories #6...