Bunda tersenyum manis memanggil Luna untuk duduk bersama di karpet yang mereka gelar. "Kamu besok sekolah, ya." bunda menyodorkan uang untuk jajan sekolah. "Bagi dua sama Soraya-kakakmu, jangan bertengkar kalau kami tidak ada. Dan kamu juga bunda harap bisa bantu-bantu pekerjaan rumah sedikit biar mengurangi beban kakakmu, Okey princess."
Luna terkekeh, "okey ratu aku yang cantik dan baik," ujar Luna sumringah. Luna salam dan berpamitan dengan kakak dan bunda, tak lupa ia mengecup kening ayahnya. Ia membawa pulang rantang yang tadi ia bawa.
Setelah beberapa langkah Luna meninggalkan ruangan itu Arum izin pergi keluar sebentar dan menelepon Soraya. "Hallo, dek. Kamu lagi apa?"
"Ngerjain pr, kenapa kak? makanannya gak enak ya," Tanya Soraya. "Emm, itu tadi aku liat resepnya di google, hehe. Pengen coba-coba aja mumpung bunda gaada, lagian kan-"
"-Engga," seka Arum. "Masakan kamu enak banget kok."
"So?"
Arum menghela. "Kamu tadi kenapa nyuruh Luna nganter makanannya sendirian, emangnya gak takut ya adiknya kenapa napa, ini udah malem, loh," ucap Arum memelankan suaranya.
Namun, tampaknya Soraya tersinggung akan hal itu ia merasa wajar saja Luna yang mengantar makanan, toh, berbagi tugas itu enak, ia yang masak adiknya yang mengantarkan. "kan aku udah masak, lagian Luna itu bukan anak kecil lagi,loh. Jalanan juga rame terus, kok, apa yang harus dikhawatirin," balas Soraya dengan nada kesal.
"Bukan gitu, dek. Kakak cuma khawatir aja Luna kenapa napa"
"Kakak khawatir sama Luna tapi kakak gak kasian sama aku. Aku banyak pr ini, loh."
"Hmm, yaudah maaf, ya. Yaudah kamu kerjain prnya. Selamat malam, dek."
"Malam."
Panggilan terputus, Arum menghela lagi dan tetap mencoba sabar dengan sifat Soraya yang mudah tersinggung. Ia kembali masuk ke ruangan ayah untuk menemani bunda.
Di sisi lain Soraya tampak teramat kesal, ia menulis tugasnya dengan cepat-cepat dan jengah, tak perduli tulisannya mereng kesana dan kesini yang penting selesai. Beberapa menit berlalu suara motor Luna terdengar ada rasa tenang karena adiknya sampai dengan selamat tapi ada rasa jengkel juga yang belum hilang. Luna mucul dari pintu kamar tiba tiba dan itu membuat Soraya kaget.
"Kakak!"
Soraya sedikit mengeluarkan kata kasar, "etdah buset, pelan ngapa, kamu mau aku pukul?!""
Luna terkekeh. "Bisa kan aku anter sendirian ke rumah sakit," ucap Luna berbangga hati." Sedang Soraya hanya berdehem.
"Taruh bekas rantangnya di dapur, biar besok aku cuci. Kamu tidur di kamar sendiri, gak apa, kan? Aku masih ngerjain pr."
Luna mengangguk. "Okey, sip." Luna menutup pintu dan menuju dapur seperti yang disuruh kakaknya barusan dan setelahnya ia tidur sendirian dikamar, jujur, ini pertama kalinya dia tidur sendiri, ada sedikit rasa takut tapi dia ingin belajar mandiri, dan ia juga senang saat orang-orang percaya padanya.
•••
Pagi ini Soraya bangun agak lebih cepat dari biasanya, dia ingin membersihkan rumah dan masak dengan segera agar tak terlambat sekolah. Namun, saat ia beranjak ingin mencuci piring, dilihatnya wastafel sudah bersih, bukannya senang Soraya terlihat panik, ia mencium piring, gelas dan juga rantang bekas tadi malam dan benar saja tercium bau DETERJEN!
Soraya berteriak, "LUNA!"
Luna tak menggubris panggilan kakaknya, ia masih tengah asyik tidur dan bersenang-senang di alam mimpinya. Soraya masuk kamar Luna yang tak terkunci. "Dek, kamu tadi malam cuci piring, ya?" Luna berdehem ditengah tidurnya yang sudah tak lelap. "Ya ampun," ucap Soraya sambil menepuk kening. "Kok kepinteran banget, sih, nyuci piring pake deterjen," timpal Soraya lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEGRITLY (Tamat)
Teen FictionIni tentang sebuah keluarga, bagi sebagian orang keluarga adalah tempat bersandar paling nyaman, tempat penerimaan yang tulus, tempat belajar paling pertama, tempat untuk menuntun kita dalam mengambil keputusan, tempat cerminan diri, tempat yang pal...