22. Let's Make Apologize

202 6 0
                                    

Soraya terbangun, lalu ia menyadari kedua saudarinya memeluknya semalaman. Soraya menghela napas panjang lalu menghelanya secara gusar, ia mengingat tentang keributan yang dilakukannya tadi malam, itu benar-benar dramatis.

Seketika Arum juga ikut terbangun karena grasak-grusuk pergerakan Soraya. "Kamu udah bangun?" Harusnya pertanyaan itu tak perlu ditanyakan, sudah jelas-jelas Soraya tengah duduk dan membuka matanya.

"Hmm." Soraya segera pergi ke kamar mandi di kamarnya untuk segera mandi, ia merasa badannya sangat panas dan gatal.

Arum juga membangunkan Luna, anak itu tampak sangat terlelap. "Ayok bangun, dek." Arum menggoncangkan tubuh Luna dengan kuat hingga sang empu terbangun.

Luna menggeliat bak seekor cacing. "Ih, 10 menit lagii ...."

"Heh, udah ayok, cepetan mandi."

Lalu mereka semua selesai mandi dan akhirnya berkumpul di meja makan dan menikmati makan itu bersama-sama dengan tenang, saat itu mereka tak berbicara banyak dan terasa canggungnya karena kejadian tadi malam.

Setelah selesai makan, ayah mencoba mencairkan suasana, ia menyuruh keluarganya untuk duduk dulu sejenak karena ada yang ingin ia sampaikan, ayah menyampaikan hal itu dengan bijaksana.

"Soraya ... gimana, udah sedikit tenang apa belum?" Soraya hanya mengangguk itupun terlihat samar.

Ayah tersenyum masam. "Ayah minta maaf karena selama ini ternyata kamu ngalamin hal ga ngenakin baik atas kesengajaan ayah maupun tidak," ucap ayah terkhusus untuk Soraya.

"Dan untuk kalian bertiga, ayah juga sekali lagi minta maaf karena ayah juga masih belajar untuk jadi ayah dan ternyata hal itu ga mudah, ayah sering pilih kasih dan kurang adil sama kalian. Meskipun gitu, ayah masih ingin coba buat jadi ayah yang baik untuk kalian kedepannya, ayah harap kita lebih saling terbuka satu sama lain. Perlakuan ayah memang berbeda sama kalian, tapi sayangnya ayah itu sama," jelas ayah panjang lebar, membuat suasana menjadi haru kembali.

"Bunda juga ya, nak. Kalian bertiga itu sama semuanya di mata bunda, bunda pikir karena kalian sudah beranjak dewasa maka cara mendidik kalian juga harus berbeda sesuai dengan umurnya, tapi nyatanya itu salah. Bunda ga pernah sadar kalau Arum susah payah cari uang sambil sibuk kuliahnya, bunda ga sadar Soraya selalu ngerasa terabaikan, bunda juga ga pernah sadar kala Luna begitu terkekang karena semua aturan yang dibuat khusus untuknya. Bunda juga ingin memperbaiki itu semua kedepannya," timpal bunda sambil menatap ketiga anaknya.

"Ayo kita ulangi semuanya dari awal, kami akan coba buat ngertiin kalian tapi kalian juga harus tau batasan masing-masing. Kita ini satu keluarga dan harus saling mengisi satu sama lain, satu sedih semua sedih, satu bahagia semua bahagia, satu kecewa semua kecewa, satu tertawa semua tertawa. Ayo kita jadi keluarga yang seperti itu."

Bunda mengelus ketiga rambut putrinya. "Jangan mendem-mendem lagi, kalau ada masalah ceritain dan kita selesain bersama. Hal yang sulit akan mudah kalau kita lakukan bersama 'kan?"

Arum, Soraya dan Luna mengangguk, mendengarkan perkataan orangtuanya sembari menunduk sendu, hari ini adalah hari yang mereka idam-idamkan sejak lama, dimana semuanya jatuh kedalam lautan kesadaran.

Arum bangkit dan memeluk ayah dan bundanya diikuti oleh kedua adik-adiknya. Momentum yang tepat untuk unjuk rasa kasih sayang bersama sebagai satu keluarga. Mereka berharap hari ini bukan hanya sebatas omong kosong belaka melainkan suatu keajaiban permanen yang terjadi sebagai hadiah untuk mereka.

***

Ternyata Ketrina dan ibunya sudah pulang ke rumah dan tak dirawat inap lagi di rumah sakit, jadi sekarang percuma saja mereka datang ke tempat itu.

DEGRITLY (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang