Secara pribadi, Soraya belum pernah melihat seseorang yang memancarkan kebencian pada dirinya begitu besar. Okey, kalau sebabnya takut kalah saing, tapi makin kesini alasan tersebut tampak tak masuk akal sampai mereka bertindak sejauh ini padanya.
Karin menyusupkan tangannya ke dalam kantong jaket yang ia kenakan sambil memegangi kunci kamar mandi yang ia simpan lalu menyeringai dan Soraya dapat melihat perasaan murka terlintas di mata indah miliknya.
Sedangkan seseorang di sebelahnya, Jessy. Sudah babak belur di siram air menggunakan semprotan water closet yang sudah Soraya siapkan kala kala Jessy membuka pintu.
"Tepat sasaran," ujarnya bangga. Soraya memberi pujian pada dirinya, terdengar orisinal.
Tak sampai situ, hatinya belum puas. Soraya kembali mengarahkan semprotan air tersebut, kali ini ke arah Ketrin hingga membuat gadis itu kocar-kacir menghindar.
Gantian, Soraya tertawa sampai perutnya melilit sakit. Mereka menjadi basah semuanya. "Ini baru namanya 'keadilan', basah satu basah semua," katanya bersemangat. "Akhirnya dapet juga," lanjutnya masih tentang 'keadilan'.
Jessy menjambak rambut Soraya, sayangnya Soraya tak bisa menahan dorongan dari Ketrin yang ikut membantu sahabatnya untuk menghabisi Soraya. Soraya terjatuh ke lantai.
Soraya merasakan panas pada kepalanya belum lagi mungkin tubuh Soraya akan banyak lebam dan biru karena tubuhnya di pukulin oleh Ketrin. Mereka berdua sangat tak berperasaan.
Seseorang mengetuk pintu kamar mandi. Ketrin dan Jessy menghentikan perlakuan mereka. Mereka menyeret tubuh Soraya masuk ke toilet lagi, Jessy mengunci toilet itu dan juga manutup mulut Soraya menggunakan tangannya, sedangkan Ketrin membuka pintu kamar mandi dan mengecek siapa orang di luar.
Ternyata adik kelas lagi, tapi bukan yang tadi pagi, dia ingin buang air kecil. "Pintunya kok di kunci, kak?" tanya orang itu, dan Ketrin hanya memalingkan wajahnya.
"Baju kakak kok basah, sih?" tanya orang itu lagi.
"Not ur bussines."
Orang itu terdiam dan pergi untuk buang air kecil di toilet nomor 5 paling ujung. Tumben sekali toilet nomor 3 di pakai, seingatnya toilet itu rusak dan tak pernah di gunakan. Ah, masa bodoh, pikir orang itu.
Ketrin berlagak merapihkan make up dan juga ia membuka Hoodienya yang basah, untung saja pakaian sekolahnya tak kena siraman tadi. Ketrin menunggu orang di toilet 5 keluar agar ia tak ketahuan.
Dalam kurun waktu sebentar orang itu akhirnya keluar, tapi ia hendak mencuci tangan dulu, orang itu menatap Ketrin sejenak karena gerak-gerik Ketrin yang mencurigakan.
"Apa?"
Orang itu menggeleng sambil menunjukkan senyumnya, ia sedikit kaget karena gelagat Ketrin yang tiba-tiba. Matanya beralih ke toilet nomor 3, entah apa yang ada di benak orang itu, pasalnya dari bawah celah pintu toilet dengan ukuran sekitar 9 sentimeter terlihat seseorang yang sedang duduk di bawah lantai.
Orang itu membungkukkan tubuhnya 90 derajat, berharap bisa melihat lebih jelas penampakan apa yang ada di dalam sana. Ketrin dengan sigap menghentikannya. "Lo ngapain begitu? Dia temen gue, udah sana pergi," usirnya pada orang itu."
Yang terlihat masih sepatu Converse berwarna hitam full, ia menandai sepatu itu dengan bercak cat dinding berwarna oranye yang hinggap di sana. Benar, bercak itu di dapatkan karena Soraya lupa menggeserkan sepatunya saat ayah sedang memoles warna dinding teras rumah.
Orang itu pergi begitu saja. Ketrin terlihat lega, ia kembali menutup pintu dengan gerakan cepat. "Aman, Jes."
Jessy yang mendengar perkataan itu langsung keluar menghampiri arah suara, membiarkan Soraya terduduk di sana dengan lemah. "Aduh, mana baju gue basah lagi gara-gara si brengsek ini," ujarnya sambil seolah-olah mengeringkan bajunya menggunakan hembusan yang ia lakukan.
![](https://img.wattpad.com/cover/303895858-288-k797792.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DEGRITLY (Tamat)
Teen FictionIni tentang sebuah keluarga, bagi sebagian orang keluarga adalah tempat bersandar paling nyaman, tempat penerimaan yang tulus, tempat belajar paling pertama, tempat untuk menuntun kita dalam mengambil keputusan, tempat cerminan diri, tempat yang pal...