CHAPTER I

602 90 220
                                    

"Mawar liar tetaplah mawar, meskipun ... ia liar."
Geoffrey Nathan

"Lebih cepat lagi larinya, bocah-bocah tengik!" seru seorang pria berkepala botak dan berperut buncit dari pinggir lapangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lebih cepat lagi larinya, bocah-bocah tengik!" seru seorang pria berkepala botak dan berperut buncit dari pinggir lapangan.

"Laksanakan!" Puluhan pemuda yang tengah berlari mengelilingi lapangan dari dari sisi lain pria itu kompak menjawab.

Pria tersebut memalingkan wajahnya dan mengumpat. Wajahnya yang bulat dan hampir dipenuhi keriput perlahan memerah karena matahari yang terlalu terik. Dua pria bertubuh kekar yang berdiri dibelakangnya sedari tadi hanya dia tidak menanggapi.

Ia memaki, "Ksatria tolol! Berlari saja harus diawasi terus-terusan, tidak berguna!"

Emosi seakan telah berkumpul diubun-ubunnya dan mendidih. Tumpukan baju para pemuda yang ditanggalkan menjadi sasaran kemarahannya. "Siapa yang telah memilih orang-orang dungu itu menjadi calon kelompok ksatria istana?" tanya pria itu marah.

Dua pria yang berdiri tak jauh darinya saling memandang sesaat. Kemudian salah satu diantara mereka menjawab, "Yang bertanggung jawab atas pemilihan mereka adalah Yang Mulia Putri Anastasya, Tuan."

Pria botak itu kembali mengumpat, "Gadis bodoh itu! Beraninya dia membuatku sus-aharrrghh!" Ia berteriak histeris ketika sebuah anak panah menancap pada lengannya tiba-tiba.

Dua pria didekatnya tadi juga ikut terkejut dan sigap menolong dan membawanya menjauhi lapangan. Satu diantara mereka menatap sekitar, mencari sumber datangnya anak panah tersebut.

Disisi lain lapangan, seorang perempuan dengan rambut ungu tergerai memegang busur dengan raut wajah yang tidak bersahabat. Pria itu sangat terkejut, kemudian melipir menjauh menyusul rekannya yang sudah pergi terlebih dahulu tanpa mau mencari tahu pelaku tadi.

Sasya mendengkus sebal, "Berisik! Orang tua itu terlalu berisik."

Perempuan itu semakin kelihatan sebal ketika seorang prajurit berjirah berlari tergopoh-gopoh kearahnya.

"Salam untuk Anda Yang Mulia Putri," ucap prajurit tersebut sembari menunduk hormat.

Sasya hanya menatapnya sekilas, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Apa yang membuatmu mengganggu waktuku?" tanya Sasya dingin. Aura sombong dengan tatapan tajam nan menindas seperti milik predator membuat prajurit itu berdiri gugup.

"Maafkan hamba Yang Mulia, pengawal bangsawan satu memberitahukan bahwa, Yang Mulia Raja Louis ingin Anda datang ke manor Auramour untuk jamuan makan malam kerajaan, Your Highness," jawab prajurit itu penuh kehati-hatian.

Sasya mendengkus dan memutarkan matanya malas setelah mendengar jawaban prajurit tersebut. Sesaat gadis itu terlihat menghela napas dalam-dalam dan mengangguk tipis. "Baiklah."

Dengan lambaian tak acuh, gadis itu mengisyaratkan agar prajurit tersebut pergi. Setelah prajurit itu pamit mengundurkan diri, Sasya kembali mendengkus.

Just the Way You Are Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang