CHAPTER XVIII

82 14 0
                                    

"First ask yourself who you want to be;
and then do what you have to do."
Epictetus

"Selamat pagi!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat pagi!"

Sasya berdecak malas, matanya menatap sinis Eralita yang tersenyum lebar di depannya sembari memegang keranjang piknik.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Sasya tidak suka.

Eralita tidak menjawab, ia hanya mengangkat bahunya tak acuh. Masuk begitu saja melewati Sasya yang berdiri di tengah pintu menutupi jalan masuk. Membuat gadis berambut ungu itu sedikit terhuyung karena Eralita sengaja menabrakkan bahu mereka.

"Halo, apa kabar?" sapa Eralita ramah pada seseorang yang duduk bersender di atas ranjang. Yohee-- gadis itu hanya memperhatikan dengan saksama gadis yang menyapanya.

"Anda bisa memahami bahasa yang saya gunakan, bukan?"

"Oh ... tentu saja. Kabarku baik, terima kasih. Bagaimana kabar Anda, Putri mahkota?" balas Yohee tersenyum manis.

Sesaat, Eralita terpesona dengan kecantikan dan kelembutan suara milik gadis utusan kekaisaran yang berada di depannya itu. Mata mungil dan teman-temannya yang serba mungil terbingkai dalam fitur wajah yang juga mungil sungguh memanjakan mata. Mirip seperti Dewi dalam lukisan di dinding kamarnya.

"Apa kau manusia?" tanya Eralita spontan. Kalimat itu lolos begitu saja dari bibirnya saat ia masih terpesona oleh wajah asing di depannya.

Sasya berdecak malas, gadis itu melirik isi keranjang piknik yang dibawa oleh keturunan sulung Raja Auramour itu. Gadis itu berdehem singkat mengejutkan Eralita yang masih terhanyut pemikirannya sendiri.

"Bukan seperti itu, maksudku ... Anda sangat cantik Tuan Putri, benar-benar seperti peri," ucap Eralita meralat perkataannya yang sebelumnya.

Yohee tersenyum tipis, tangannya terulur menerima keranjang yang disodorkan padanya oleh Eralita. "Terima kasih Your Highness. Sejujurnya Anda juga sangatlah cantik dengan mata seperti perhiasan itu, tercantik dari yang pernah ada."

"Anda baik sekali, Tuan Putri. Mulut Anda sangat manis melebihi anggur yang aku petik pagi tadi," ucap Eralita tertawa jaim sembari menutupi mulutnya dengan telapak tangan, dipuji memiliki iris emas selalu membuatnya seperti terbang tinggi.

Gadis itu menghindari lirikan tidak suka dari Sasya dengan memalingkan wajahnya yang memerah ke arah lain.

"Tunggu sampai kau melihat kembarannya nanti. Aku jamin kau akan menarik ucapanmu itu... Yohee," celetuk Sasya berjalan ke arah balkon.

Gadis dengan kelopak mata sipit itu hanya terkekeh kecil menanggapi celetukan calon kakak iparnya kelak. Ia menggeserkan tubuhnya sedikit, memberikan ruang kepada Eralita agar duduk di ranjang tepat di sebelahnya.

Just the Way You Are Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang