CHAPTER IV

293 85 222
                                    

"Bahkan cermin pun akan hancur, jika dipaksa untuk menampilkan masa lalumu."
Zero Lindsey


Krakh!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Krakh!

Cling!

Kilatan cahaya keemasan terpercik, menyisakan serbuk-serbuk emas berterbangan bebas di udara. Maria mengerang, urat tangan dan lehernya mencuat, hampir keluar dari tempatnya. Telinganya meruncing dengan rambut hitam yang bersinar seperti diterpa sinar matahari.

"No ... na," rintih pelayan itu mencoba melepaskan tangan majikan yang mencekik lehernya.

Tubuh Sasya menegang, sepasang mata peraknya bersinar terang, memancarkan cahaya menyilaukan mata, diikuti dengan teriakan memilukan telinga siapapun yang mendengar itu.

Perlahan cahaya itu menghilang, menyisakan satu mata berwarna ungu sebelah kiri dan mata berwarna perak di sebelah kanan. Berikut dengan rambutnya yang senada, terbagi menjadi dua bagian warna, ungu di kiri dan perak di kanan.

"Maafkan aku, Maria," ucap Sasya tanpa suara dan mundur menjauh. Netra berbeda warna itu bergulir keseluruhan penjuru ruangan.

Kamarnya yang semula rapi tertata, berubah berantakan luluh lantak seperti selesai diterpa badai. Urat leher milik gadis itu mencuat saat melihat seseorang yang harusnya ia lindungi terluka.

Arthur meringis di ujung ruangan, tubuhnya terhimpit antara almari terbalik dengan dinding batu hingga menyisakan seperempat bagian tubuhnya keatas. Jangan lupakan trisula kecil berwarna perak menancap di dada kanannya.

"Sial ...." Sasya mengeram ketika sesuatu yang lain berusaha menguasai dirinya, lagi.

 Netra ungunya berkilat, berubah menjadi berwarna perak satu detik, kemudian kembali menjadi ungu lagi, dan berubah lagi sampai beberapa saat.

"JANGAN MENGENDALIKAN DIRIKU, DEWI SIALAN!" teriak Sasya marah besar. Perlahan-lahan warna perak pada mata dan rambutnya menghilang, kembali seperti semula.

Kepulan asap putih menguar dari tubuhnya, berkumpul pada satu titik, bergumul-gumul dan berubah menjadi sosok manusia utuh berjenis kelamin perempuan.

"Lihat dampak ulahmu, sialan! Kau menyakiti semuanya!" teriak Sasya menerjang orang itu hingga dirinya terjerembab kelantai ketika orang itu berhasil menghindar dengan cara menghilang.

Sosok itu kembali muncul, berdiri tepat di depan Sasya yang berusaha bangkit dari jatuhnya. Dengan pakaian menjuntai berwarna biru muda, rambut perak panjang berterbangan dan netra perak mengkilat, perempuan itu menatap remeh Sasya.

"Itu ulahmu sendiri, siapa suruh berusaha menyegel kekuatanku," ucapnya acuh. Rahang Sasya mengetat.

"Kau! Jika aku tidak menyegel kekuatanmu, maka bencana dua tahun silam akan terulang lagi, bodoh!" sergah Sasya kesal sambil menarik rambut perak yang berterbangan milik wanita itu setelah berhasil berdiri.

Just the Way You Are Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang