CHAPTER XXIV

82 13 0
                                    

“The darker the night, the brighter the stars, the deeper the grief, the closer is God.”
Fyodor Dotsoyevsky

Malam ini, malam terakhir pada minggu ketiga bulan pertama musim gugur merupakan malam paling mencekam dan lebih berdarah-darah dari malam-malam sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam ini, malam terakhir pada minggu ketiga bulan pertama musim gugur merupakan malam paling mencekam dan lebih berdarah-darah dari malam-malam sebelumnya. Sore tadi setelah Sasya mengatakan akan mengakhiri pemberontakan, maka malam ini benar-benar terjadi.

Ratusan ksatria jangkung berpakaian serba hitam memegang samurai dan membawa bendera khas kekaisaran Min Amethir bergerak memenuhi jalanan kota. Obor-obor diangkat tinggi guna menerangi jalan mereka. Dengan bagian mulut yang tertutup kain hitam dan hanya mata serta alis yang terlihat, mereka semua seperti seekor elang yang menyorot tajam ke depannya. Rambut panjangnya yang tidak terikat berkibar-kibar diterpa angin malam.

Dari balik bayangan, ratusan orang bertubuh kekar mendampingi perjalan para ksatria kekaisaran tersebut menuju istana. Jubah-jubah hitam bertudung yang dipakai cukup membantu menyatukan mereka dengan bayangan. Anggota dari prajurit rahasia pimpinan Sasya─ Black Armour dan enam batalyon pasukan pemanah perbatasan siap untuk kembali merebut istana.

"Seperti yang dikatakan sebelumnya, pasukan pemanah akan menghabisi mereka dari atas bersamaan dengan Jenderal Park dan ksatria-ksatrianya akan merubuhkan gerbang istana terlebih dahulu. Barulah aku dan Black Armour menyerang bagian dalam. Kalian mengerti?" tanya Sasya sembari mencengkeram erat pinggang Rudwigh saat kuda yang mereka tunggangi mengangkat kedua kaki depannya ke atas.

"Mengerti, Yang Mulia!"

Jajaran orang-orang penting dalam penyerangan ini duduk di atas kuda mereka masing-masing, lengkap dengan setelah perang mereka yang terbuat dari besi dan baja. Sasya mengangguk kecil, mengisyaratkan beberapa dari mereka untuk memulai terlebih dahulu.

"Kau terlihat cukup siap, Viscount Eden ... ralat, maksudku Tuan Xabier," ujar Sasya melirik pria penunggang kuda hitam yang berdiri di sebelahnya.

Yang dimaksud tersenyum lebar dibalik topeng besinya dan tertawa kecil. "Bahkan aku tidak pernah merasa jauh lebih siap seperti ini sebelumnya, Your Highness," jawab Xabier renyah.

Pria itu mengangkat tangan kirinya tinggi-tinggi dan menggantung di udara. Ratusan prajurit yang berdiri teratur di belakangnya langsung memposisikan busur yang mereka pegang ke atas. Saat Xabier menggenggam tangannya, ratusan anak panah terlontar secara horizontal mengangkasa, melayang bebas beberapa saat sebelum akhirnya jatuh menukik tajam setelah melewati pagar istana yang tinggi.

Tidak lama, suara teriakan yang bersahutan terdengar memecahkan keheningan malam. Saat lesatan anak panah yang kedua kalinya, suara teriakan yang bersahutan terdengar lebih keras dari sebelumnya. Xabier semakin tersenyum lebar saat Sasya menganggukkan kepala padanya. Pria itu langsung menarik tali kekang kudanya dan melesat cepat memasuki barisan prajurit.

Just the Way You Are Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang