CHAPTER XXI

104 16 0
                                    

"Orang gila bahkan tetap tertawa untuk banyak hal dalam kegilaannya.
Lantas, mengapa kamu yang waras tetap saja menangisi sesuatu yang sama?"
Gerhard Hans

Suara tapal kuda yang beradu dengan jalanan berbatu terus saja terdengar berulang-ulang di dalam kepala Sasya, membuatnya gila dan ingin berteriak keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara tapal kuda yang beradu dengan jalanan berbatu terus saja terdengar berulang-ulang di dalam kepala Sasya, membuatnya gila dan ingin berteriak keras.

Lantunan seriosa dan orkestra yang memekakkan telinga dari atas panggung bahkan tidak mampu membantu Sasya menghilangkan suara ketukan tersebut dari dalam kepalanya. Satu jam yang lalu bahkan ia hampir membedah kepalanya sendiri dengan belati. Jika saja tidak terpergok oleh para pelayan, mungkin tubuhnya sudah menjadi mayat sekarang.

Di sinilah Sasya sekarang, terdampar di antara puluhan orang yang sedang menikmati Opera dalam pencahayaan yang minim. Semua terjadi atas usulan konyol Eralita dengan dalih agar Sasya tidak bunuh diri.

Sangat konyol, Sasya hanya ingin membedah dan mengeluarkan suara aneh itu dari kepalanya. Bukan ingin bunuh diri, tidak Sasya tidak ingin menemui malaikat maut secepat itu. Tidak juga dengan cara yang hina dan memalukan.

"Kakak ipar, apa mereka akan tetap berteriak-teriak seperti itu sepanjang acara?" bisik Yohee kepada Sasya di balik jangot yang di pakainya.

Sasya mendengkus, melirik sinis gadis berpenampilan aneh sekaligus paling mencolok yang duduk di sebelahnya. Di antara para wanita yang memakai topi berlapis strimin dan bulu-bulu unggas warna-warni di atas kepala mereka, Yohee malah menutupi kepalanya dengan kain aneh berwarna merah. Hanya terlihat bagian depan wajahnya saja, sisanya tertutup kain tersebut.

"Iya," jawab Sasya singkat dan terdengar malas.

Yohee mengangguk pelan, membenarkan posisi duduknya dan kembali menatap kumpulan orang-orang bergaun sangat mengembang dan riasan tebal bergerak dan menari bebas di atas panggung.

"Kakak ipar, Anda ingin kemana?" tanya Yohee saat Sasya bangkit dari duduknya. Sasya meliriknya sebentar dan melepaskan pegangan tangan Yohee pada ujung gaunnya. "Ke tempat yang lebih menyenangkan."

"Bolehkah aku ikut, Kakak ipar?" tanya Yohee lagi dengan wajah berbinar-binar dan langsung berdiri.

Sasya mendengkus saat beberapa penonton lain mulai protes karena merasa terganggu. "Terserah," jawab Sasya melangkahkan kakinya.

Yohee memekik senang, cepat-cepat melangkahkan kakinya menyusul calon kakak iparnya yang sudah hampir mendekati pintu keluar gedung.

Berulangkali Yohee menggumamkan kata maaf saat tubuhnya tidak sengaja bertabrakan dengan orang-orang yang hendak memasuki gedung.

"Joesonghabnida!" pekik Yohee saat tubuh terpental setelah menubruk pria bertubuh tinggi dan kekar. Kain merah yang menutupi kepala Yohee melorot, memperlihatkan seluruh wajahnya. Membuat pria itu terdiam menatap Yohee penuh kekaguman.

Just the Way You Are Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang