CHAPTER VII

200 70 179
                                    

"Humanity a Human."
J. J Person

 J Person

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ting!

"Bersulang!"

Gemuruh tepuk tangan dan riuh siulan bergaung di lapangan. Di bawah tenda-tenda yang dibangun khusus untuk perayaan penyambutan, suara tawa prajurit, pelayan dan para koki bercampur menjadi satu, meramaikan temaramnya senja di ufuk barat.

Semua orang bekerja keras untuk menyiapkan pesta besar ini. Para prajurit menanggalkan zirah dan pedangnya, pelayan melepaskan celemek putihnya dan para koki beserta bawahannya meninggalkan medan pertempurannya.

Meja-meja dan kursi kayu disusun memanjang, buah, sayur, roti dan daging ditata rapi di atasnya. Tetamu yang berasal dari negeri seberang disambut penuh keramah-tamahan dan senyuman.

Suara gesekan biola dari kumpulan pemusik istana mengalun merdu, mengiringi setiap percakapan dan tawa setiap manusia di sana. Asap dari cerutu dan tumpukan kayu yang dibakar sebagai penghangat menguar memenuhi udara, tidak menyurutkan semangat pesta mereka.

Sementara di sudut lapangan, di bawah tenda tunggal dan sedikit jauh dari keramaian, Sasya duduk tenang dengan tangan kiri yang memangku dagunya. Mengabaikan keriuhan orang-orang yang hendak mulai berdansa bersama. Tangan kanannya memegang sebuah belati tajam yang sengaja digoreskan paksa di atas meja, menimbulkan bunyi derit memilukan telinga.

"Kau mau?" Rudwigh menyodorkan segelas minuman kepada Sasya.

Gadis itu hanya melirik cairan berwarna putih seperti susu yang diberikan pria disampingnya. Sebelah alis Sasya terangkat naik, memandang isi dari gelas kaca didepannya penuh tanya.

"Minumlah, itu hadiah dari kekaisaran. Jenderal utusan itu yang memberikan pada kita sebanyak lima puluh tong. Rasanya manis seperti jus tapi bukan dari buah. Apa namanya tadi? Barak ... kerak? Entahlah, aku lupa," ujar Rudwigh meneguk kembali isi gelas digenggamnya.

Iris kecubung itu memicing, kedua alisnya bertaut mendengar ucapan Panglima muda itu. Gaya bicaranya mulai acak-acakan, selaras dengan tampilannya yang jauh dari kata rapi.

"Apa yang kau lakukan?!" pekik Sasya ketika Rudwigh tiba-tiba merangkul bahunya dengan paksa.

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi tirus yang ditumbuhi bulu tipis milik Baron muda tersebut.

"Ayolah Anastasya, kau ini kaku sekali," ujar Rudwigh terkekeh kecil sembari mengelus pipinya yang terasa perih dan panas.

Sasya mendengus singkat, kemudian menenggak minuman di depannya dalam sekali tegukan. Matanya seketika terpejam saat rasa manis, melelehkan lidahnya. Gadis itu mengendus bagian dalam gelas digenggamnya.

"Aromanya ... tidak menyengat," gumam Sasya bingung.

"Anda menyukainya, Your Highness?"

Sasya mengalihkan pandangannya pada seseorang yang berdiri tiga meter di sampingnya. Seorang pria dengan setelan santai berupa tunik putih yang dimasukkan kedalam celana bahan senada dan rompi coklat tanpa lengan berdiri sembari tersenyum sopan.

Just the Way You Are Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang