CHAPTER XIX (Spc.b)

131 37 103
                                    

"You're is a main lead on your
fate and your life."
Rowan Spencer

Second life, bukanlah termasuk sesuatu yang buruk saat engkau dilahirkan kembali di zaman yang berbeda tetapi dengan suasana yang sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Second life, bukanlah termasuk sesuatu yang buruk saat engkau dilahirkan kembali di zaman yang berbeda tetapi dengan suasana yang sama.

Sebuah berkah namanya jika yang kuasa berbaik hati memberikanmu kesempatan untuk memperbaiki semua kesalahan yang terjadi di masa lampau. Setidaknya begitulah kira-kira isi pikiran manusia normal yang merasakan kehidupan kedua pada umumnya.

Berbeda dengan Sasya-- gadis itu tidak berambisi besar untuk apapun di kehidupannya yang kedua. Tidak untuk berusaha mendapatkan atau rasakan apa yang tidak ia dapatkan sebelumnya, apalagi untuk membalas dendam. Sama sekali tidak, meskipun dapat dikatakan dirinya meninggal dalam keadaan hina bersama keluarga besarnya yang sesat bersekutu dengan iblis.

Dengan kehidupan yang selalu berpusat padanya, Sasya akan merasa lebih senang jika berhasil memenuhi rasa haus akan tujuan hidup 'tenang' dan 'penuh kenyamanan' berhasil dicapainya. Sampai lamaran dari seorang pemimpin kekaisaran datang dan membuatnya harus merancang ulang rencana hidup tenangnya pada kemudian hari.

Sesuatu dalam dirinya seakan terpacu untuk melakukan sebuah hal konyol, hal yang tidak pernah ia pikirkan. Seakan setitik jiwanya yang paling kehausan berhasil menemukan sebuah oasis di padang pasir. Hanya dengan menikah dengan 'orang itu' rasa hausnya akan teratasi. Sebuah ambisi dan obsesi berhasil tertanam di hatinya tanpa ia sadari.

"Jika aku jadi dirimu, aku akan meminta pertunanganku dengan Kaisar itu dipercepat," ucap seseorang mengalihkan perhatian Sasya.

Alis milik Sasya terseret ke atas, diikuti dengan lirikan matanya yang menajam sesaat. Sudut bibirnya tertarik, sepertinya ada hal yang lebih menarik daripada menyesap sampanye dan memperhatikan sekumpulan pemusik yang tengah mengiringi beberapa orang menari.

"Benarkah? Aku tidak menyangka ucapan itu keluar dari mulut seorang Duchess seperti Anda, My Grace," balas Sasya sarkastik.

Alicia mendengkus, ia meletakkan gelas yang dipegangnya ke atas meja sedikit kuat. Pupil emasnya memberikan sorot yang mudah ditebak. Istri dari penguasa Duchy Ezenla itu terlihat tengah mengalami masalah. "Aku hanya menyampaikan pendapatku saja," ujarnya sinis.

Sasya tertawa kecil, ia cukup hafal bagaimana tabiat asli kembaran sang Putri mahkota itu. Ketika dirundung masalah, Alicia akan sangat senang hati 'mengusik' orang lain demi menutupi masalahnya sendiri.

"Benarkah?" tanya Sasya memasang raut wajah mengejek. "Berhubung malam ini aku sedang 'sedikit bebas', tidak masalah bagiku untuk memahami permasalahanmu itu. Dengan senang hati aku mendengarkan dan mengejeknya," sambungnya dengan nada yang dibuat terdengar seolah-olah acuh.

Alicia bergeming, mulutnya tertutup kembali saat hendak berbicara. Seakan, hati dan logikanya berperang hanya karena ucapan dari Sasya yang sepenuhnya adalah omong kosong. Mustahil Sasya yang waras ingin menyibukkan diri dengan urusan orang lain, sangat tidak mungkin. Alicia menghela napas panjang dan mengalihkan pandangannya kepada Sasya

Just the Way You Are Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang