CHAPTER XVII

87 14 0
                                    

"Everything we hear is
an opinion, not a fact. Everything we see is
a perspecktive, not a truth."
Marcus Aurelius

"Marcus Aurelius

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DUARR!

Suara dentuman meriam yang berat dan keras memekakkan telinga. Kericuhan terjadi di atas geladak kapal. Beberapa prajurit pria sibuk bertebaran membuat pertahanan dan menghindari bagian badan kapal yang berlubang.

"Apa yang terjadi?" tanya Yohee saat melihat beberapa dayang berjongkok dan berteriak histeris di depan kabin miliknya.

Wanita yang berdiri di depannya terlihat panik, dan meringis memegangi lengannya yang berdarah.

"Kapal kita diserang Tuan Putri. Peluru meriam tidak dikenal meledakkan sisi sebelah kiri kapal," jawab dayang itu menahan sakit.

Jeritan histeris para dayang terdengar semakin keras, Yohee tersentak saat saraf-saraf kakinya merasakan sesuatu yang dingin dan cair menyentuh telapak kakinya. Mata sipit gadis itu terbuka lebar, jantungnya terasa dihimpit sesuatu yang besar dan berat.

"KAPALNYA BOCOR! SELAMATKAN DIRI KALIAN!"

Telinga Yohee mendengung saat tembakan kedua datang menghantam kapal. Peluru meriam tidak dikenal itu berhasil membuat lubang besar pada dinding luar kabin milik Yohee, hingga angin laut yang memiliki kecepatan lumayan kencang menerpa tubuh gadis itu.

Yohee bergeming saat beberapa dayang meneriakinya untuk menjauh, ia tidak bergerak sama sekali seakan kakinya terpaku pada lantai kapal yang telah terendam air laut.

"BERLINDUNG! PELURU KETIGA DATANG!"

Jantung Yohee semakin berdetak kencang, seluruh tubuhnya yang terbalut Hanbok bergetar hebat ketika melihat peluru meriam jatuh menukik tepat kearahnya. Melesat sangat cepat, lebih cepat dari angin untuk mendekat dengan suara desing yang kuat dan sedikit lagi menghantam wajahnya.

"TIDAAAK!"

"Tuan Putri!"

Yohee tersentak, gadis itu spontan terduduk meraup udara sebanyak-banyaknya, mengisi rongga dadanya yang terasa sempit. Wajahnya linglung, dengan mata menyorot lurus ke depan.

"Anda baik-baik saja Tuan Putri?" tanya dayang Choi khawatir. Gadis yang ditanyai tidak menjawab, tetap bergeming dari posisi selonjoran di atas ranjang.

"Aku selamat," gumam Yohee memperhatikan kedua tangannya yang masih utuh. Bergetar hebat dan terbalut perban.

"Dayang Choi, apa yang sebenar-"

Bibir gadis itu seketika terbungkam, dayang yang biasa disampingnya berpenampilan lain. Perban membebat keningnya, dan tangan kanannya tergantung di depan dada.

Just the Way You Are Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang