CHAPTER XIII

133 46 108
                                    

"Life is game. But, not game on game."
Casper Cassiopea

"Casper Cassiopea

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Skakmat!"

Rudwigh mengumpat untuk kesekian kalinya. Pria itu terlihat kecewa berat dan mengacak-acak rambut coklatnya yang sudah acak-acakan sebelumnya.

"Kau bercanda?! Ini sudah keenam kalinya aku kalah dalam posisi yang sama. Trik apa yang kau pakai, Anastasya?! Padahal aku sudah memulainya dengan langkah-langkah yang berbeda. Tetapi, tetap saja mati di posisi yang sama," ujar pria itu mengungkapkan kekesalan hatinya.

Entah memang kurang beruntung, atau apapun itu. Yang jelas, sejak pagi Rudwigh duduk bermain catur dengan Sasya, ia selalu kalah dan mati diposisi yang sama. Yaitu, posisi Raja terjepit antara Menteri dan Benteng.

Tiga pasang mata berbeda warna menatap Rudwigh dengan pandangan jenaka. Arthur, Sasya dan Shin Hyun cukup terhibur dengan wajah frustasi dan tertekan milik Panglima muda tersebut.

Mereka, terlihat begitu menikmati pertunjukan keputusasaan didepannya itu. Rasanya, tidak sia-sia duduk dari pagi selesai sarapan sampai matahari di atas kepala dan menyebabkan pinggul terasa nyeri, bayaran yang mereka dapatkan cukup setimpal. Apalagi, Sasya terlihat tidak berhenti menyunggingkan senyum di ujung bibirnya. Gadis itu sangat menyukai kemenangan telaknya.

"Jenderal, kau hanya akan melihat pertunjukan menyenangkan ini sekali seumur hidupmu, nikmatilah," bisik Arthur kepada Shin Hyun yang duduk di sampingnya.

Jenderal bersurai panjang itu mengangguk antusias dan terlihat tersenyum lebar, hingga kedua sudut bibirnya mengembang dan matanya tenggelam karena terpejam.

"Anda benar, Pangeran! Ini sangat luar biasa menghibur."

Kedua pria itu tertawa kecil, membuat wajah dan telinga orang yang diceritakan semakin memerah.

"Lihat! Sia-sia aku mengeluarkan ratusan argent untuk buku tidak berguna ini. Damn it!" pekik Rudwigh tidak terima.

Baron itu melemparkan buku berukuran telapak tangan pria dewasa yang berasal dari saku mantel bulunya keatas meja. Buku dengan sampul berwarna abu-abu dan bergambar lukisan papan catur tersebut sampai membuat beberapa bidak catur berjatuhan dari atas meja dan berserakan di lantai.

Arthur meraih buku itu dan meneliti dari setiap sisinya. Sebelah alis matanya yang tebal dan berwarna hitam terangkat, mengundang rasa penasaran Shin Hyun hingga menggeserkan kursi kayu yang didudukinya agar mendekat dengan Pangeran tersebut.

"Berapa yang kau keluarkan untuk buku ini, Panglima?" tanya Arthur sembari membolak-balik halaman buku di tangannya tanpa dibaca.

Wajah milik Arthur dan Shin Hyun sangat dekat, hingga ketika Pangeran itu hendak menoleh ke samping, hidung bangir keduanya hampir bersentuhan.

Just the Way You Are Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang