CHAPTER III

317 84 176
                                    

"Seburuk-buruknya milik kita,
setidaknya kita punya."
Cristin Michael Heart

"Cristin Michael Heart

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tap!

Tap!

Suara tapak sepatu yang menapak di marmer begitu jelas terdengar, hingga menggema di sepanjang lorong. Pemilik langkah tersebut berjalan terburu-buru, bahkan terkesan berlari. Wajahnya tertutupi oleh selembar kain berwarna hitam.

Tak jauh di belakangnya, terdapat beberapa prajurit bertameng yang mengejar orang itu. Derap langkah mereka sangat besar mampu memecahkan kesunyian malam. Sepanjang lorong gelap yang hanya diberi penerangan beberapa obor kecil berubah menjadi sedikit ramai.

"Cepat kejar orang itu!" teriak salah satu prajurit yang berada paling depan.

Para prajurit itu terus mengejar orang asing tersebut hingga menghilang di belokan lorong. Mereka terlihat kebingungan karena kehilangan jejak orang tersebut.

"Kita bagi kelompok menjadi dua, satu ke sayap kiri dan sisanya kesayap kanan." Kumpulan prajurit itu pun berpencar menjauh ketempat masing-masing.

Sosok tersebut keluar dari kegelapan dengan napas terengah-engah di balik masker hitam yang menutupi sebagian wajahnya. Ia juga memperbaiki tudung hitam yang menutup kepalanya.

"Bodohnya aku, untung tidak tertangkap," gerutu orang itu sembari mulai melangkah menjauh menuju bagian yang hanya mendapatkan penerangan sedikit, itu pun berasal dari sinar rembulan.

Sesosok wanita telah berada di sana saat orang itu tiba. Dahinya berkerut samar balik tudung tudung hitam yang ia pakai ketika memperhatikan wanita yang berdiri satu meter di depannya. Wajahnya datar dengan memakai pakaian pelayan, rambut hitam yang tersanggul rapi dibelakang. Orang itu langsung mengenali siapa sosok wanita di depannya itu.

"Kau─"

"Nona telah lama menunggu, Tuan Oliver," sela wanita itu sembari berjalan menghampiri orang berjubah yang ia panggil Oliver barusan dan langsung memegang pundak pria berjubah hitam itu tanpa izin.

Sebelum Oliver berbicara dan protes, dalam hitungan detik mereka berdua langsung menghilang dari tempat itu. Tidak menyisakan apapun, selain debu cahaya hijau berkilauan dan dedaunan kecil yang berpusar diterbangkan angin.

Mereka berteleportasi.

Dua detik kemudian, Oliver dan wanita tadi muncul secara tiba-tiba di tempat lain, sebuah ruangan minim cahaya dan berangin. Bukan lagi dalam posisi wanita memegang pundak pria berjubah itu, mereka sudah berada diposisi yang berjauhan.

Just the Way You Are Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang